Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima Susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Perasaan Ima tidak tenang. Perempuan tadi sukses mengaduk - ngamuk hati dan pikirannya. Ia mesti menanyakan perihal ini pada suaminya. Kalau boleh jujur hati Ima terasa di remas - remes,tak terasa air matanya lolos begitu saja.
"Mas." sapa Ima saat suaminya sudah pulang.
"Hmmm..." seperti biasa Bimo bersikap dingin pada istrinya.
"Mas,aku mau tanya boleh?" Ima duduk di tepi ranjang memperhatikan suaminya berganti pakaian.
"Tanya apa?" tanya Bimo dingin.
"Mas kenal dengan seorang perempuan yang bernama putri?" tanya Ima terus memperhatikan ekspresi dari suaminya yang terlihat terkejut saat Ima menyebutkan nama perempuan itu.
"Putri yang mana?Yang namanya putri itu banyak." jawab Bimo kesel.
"Itu lho anak baru yang bekerja dikantor." pancing Ima.
"Trus kenapa?" tanya Bimo memandang perempuan buncit di depannya.
"Tadi ia datang kerumah." Ima mencoba melihat reaksi suaminya.
Bimo berusaha bersikap sedatar mungkin tapi sayangnya Ima dapat membaca gestur tubuh Bimo yang jelas tidak nyaman.
"Ngapain ia kemari?" tanya Ima mulai lembut.
"Mas mau jujur atau bagaimana?" tantang Ima.
"Jujur apa,yang?" sudah lama panggilan itu hilang baru kali ini Ima dengar kembali.
"Sebenarnya mas ada hubungan apa dengan putri?" tanya Ima menahan sesak dihati.
"Mas ga ada hubungan apa - apa,yang. Dia itu cuma karyawan sama seperti yang lain." elak Bimo berusaha mendekati istrinya.
"Baiklah,mungkin saat ini aku percaya sama ,mas. Tapi bila aku menemukan fakta yang sebenarnya, bersiaplah aku dan anak kita tidak pernah bertemu dengan mas lagi." ancam Ima.
"Mas tidak bohong,yang. Sumpah. Mas cuma mencintai kamu seorang." Bimo berusah memeluk istrinya tapi istrinya menghindar. Entah kenapa Ima juga merasa enggan di peluk suaminya saat ini.
"Baiklah. Berarti si putri itu yang bohong,pecat saja dia mas. Masa mas mau memperkerjakan orang yang tidak bagus atitutenya." pancing Ima.
"Iya." jawab Bimo gugup.
Ima yang sedang malas berdebat memilih merebahkan tubuhnya dan di ikuti Bimo. Ima merasa heran dengan perubahan sikap suaminya,tiba - tiba menghangat. Apakah ada sesuatu yang ia tutupi? Atau memang ia punya hubungan khusus dengan Perempuan itu?
Saking lelahnya dengan pikiranya Ima akhirnya tertidur. Tengah malam Ima merasa kantong kemihnya penuh minta untuk di keluarkan. Ia menoleh disampingnya tidak di temukan keberadaan suaminya.
"Mas Bimo kemana?" Ima berjalan pelan kekamar mandi menuntaskan hajat yang sudah mendesak.
Keluar dari kamar mandi ia masih belum keberadaan suaminya. Ia perlahan berhak kearah balkon yang pintunya sedikit terbuka. Niat hati ingin menutup pintu tapi samar - samar Ima mendengar ada orang yang tengah berbicara.
Karna penasaran perlahan Ia melangkah mendekati pintu dan ia cukup mengenal suara itu. Suara yang tengah mengobrol melalui sambungan telpon dengan seseorang. Ia mendekatkan kupingnya mempertajam pendengarannya.
"Iya,sayang. Mas besok janji ajak kamu jalan - jalan."
Jam tidak bisa mendengar suara dari sebrang sana karna tidak di loudspeker.
"Kamu jangan datang kerumah lagi,ya. Jangan buat istriku curiga. Kita kan bisa tiap hari bertemu di mini market."
Ima yang tidak tahan mendengar kata - kata suaminya memilih kembali kepembaringan. Ia saat ini akan memilih pura - pura tidak tahu sampai putranya lahir.
Untung tadi ia sempat merekam pembicaraan suaminya. Ini bisa jadi barang bukti nanti di pengadilan. Ia akan mencoba mencari bukti yang lain .