"Perhatian!"
Agar tidak bingung dengan cerita ini, baca dulu cerita "Cinta Sembunyi-sembunyi dengan bos"
Elang dan Merpati adalah sepasang anak kembar berbeda karakter. Elang seorang pria dingin dan cuek sama lawan jenis. Bahkan hingga saat ini pun belum memiliki pacar.
Sementara Merpati, seorang gadis bar bar, namun juga sulit untuk mendapatkan cintanya. Meskipun gampang bergaul dengan lawan jenis tapi sangat sulit untuk didekati.
Namun pada suatu hari mereka jatuh cinta pada seorang gadis dan seorang pria.
Siapakah yang bisa meluluhkan hatinya? penasaran? ikuti yuk kisahnya dan baca jika berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
"Bagaimana kabarnya Mang?" tanya Merpati.
"Baik Neng, semua pekerja juga baik," jawab Mang Nono.
"Alhamdulillah," ucap Merpati lalu masuk kedalam untuk mengecek laporan penghasilan dalam satu bulan ini.
Merpati setiap bulannya akan selalu mengecek, jika ada peningkatan maka bonus akan di berikan kepada mereka yang bekerja.
Untuk saat ini tidak ada penurunan pendapatan di bengkelnya. Jadi keuntungan selalu ada meskipun sedikit.
Tapi cukuplah untuk membayar gaji mereka. Merpati datang karena mereka akan menerima gaji setelah ini.
Dengan bantuan Mang Nono mengelola bengkel, beberapa pengangguran mendapatkan pekerjaan.
Bahkan bengkel milik Merpati sudah ada tiga, nanti jika bengkel nya maju, Merpati akan mengembangkan nya lagi di berbagai tempat di kota ini.
Dengan demikian, Merpati bisa meringankan beban hidup mereka dan memperbaiki perekonomian keluarga mereka.
Merpati akan meninjau dua lagi bengkelnya. Setelah ia memberikan uang gaji secara cash dan sedikit bonus untuk mereka dari keuntungan yang diperoleh.
....
Hansen sudah tiba di restoran miliknya, tadinya ia ingin pulang ke apartemen. Namun diperjalanan ia menerima telepon dari orang kepercayaan nya yang mengelola restoran tersebut.
"Bagaimana Paman?" tanya Hansen saat sudah tiba di restoran.
"Terjadi sedikit masalah, Tuan. Sepertinya ada yang sengaja ingin menjatuhkan restoran milik Tuan."
Hansen memeriksa Cctv-nya, dan melihat ada orang yang mencurigakan dan sengaja membuat masalah.
"Siapa yang menyuruhmu?" tanya Hansen.
Pria itu terdiam dan tertunduk. Hansen kembali bertanya, namun pria itu tetap menjawab.
"Aku akan membebaskan mu jika kamu beritahu orang yang menyuruhmu," kata Hansen.
Pria itu mendongak, karena posisinya sedang berlutut di lantai. Dengan tatapan berbinar, pria bertanya.
"Benarkah? Saya hanya disuruh, karena perlu uang yang banyak untuk istri saya."
"Katakan! Tidak perlu bertele-tele."
"Tu--tuan muda Robby."
"Sudah kuduga, mengapa dia masih saja mengganggu ku? Padahal kejadian itu sudah sangat lama, dan juga bukan salahku," batin Hansen sambil mengepalkan tangannya.
"Paman, urus dia!"
"Baik Tuan."
"Tuan, Tuan sudah janji akan membebaskan saya. Saya melakukannya karena terdesak, Tuan ... Tuan!"
"Kamu akan bersaksi nanti setelah Robby di tangkap. Dan barulah kamu dibebaskan," kata Hansen dengan tegas.
Akhirnya masalah selesai, hanya tinggal menangkap dalangnya saja. Hansen meminta manager restoran untuk menelpon polisi.
Manager itupun segera melakukan tugasnya, ia sangat di percaya oleh Hansen, jadi tidak mungkin ia mengkhianati kepercayaan tersebut.
"Paman, semuanya aku percayakan padamu," ucap Hansen sambil menepuk pundak manager itu.
"Baik Tuan, terima kasih sudah memberikan kepercayaan kepada saya."
"Hmmm, jangan khianati kepercayaan ini Paman, karena sekali berkhianat maka aku tidak akan percaya lagi selamanya."
Manager itupun menunduk hormat, ia berjanji pada dirinya sendiri. Karena kepercayaan adalah kunci dari segalanya.
Hansen pun kembali, namun saat diparkiran. Ia malah bertemu dengan Roweina dan teman sosialitanya.
"Oh anak malang, rupanya kamu disini? Kamu pasti sedang mencari pekerjaan, kan? Kasihan malah tidak punya uang sekarang," ejek Roweina.
"Terima kasih Tante, semua pembicaraan Tante sudah kurekam. Oya, apa yang akan dilakukan oleh papa jika rekaman ini ku kirim?"
Roweina gelagapan, ia tidak menyangka jika Hansen sekarang lebih licik. Roweina pun menghampiri Hansen dan memohon agar tidak melapor kan ke suaminya.
"Aku tidak janji, Tante. Dan hasil visum penganiayaan Tante padaku juga ada ditangan ku." Hansen sengaja berbohong untuk menakut-nakuti Roweina.
"Hansen ... Hansen!" panggilnya. Namun Hansen sudah berlalu pergi dari situ.
"Aduh, bagaimana ini?" tanya Roweina pada dirinya sendiri.
Teman sosialitanya tidak ingin ikut campur pun segera pergi meninggalkan Roweina sendirian.
Roweina akhirnya tidak jadi untuk masuk kedalam restoran. Mood nya berubah buruk saat diancam oleh Hansen.
"Kapan hidupku bisa bahagia?" batin Hansen.
Sejak kecil, ia selalu menyaksikan orang tuanya bertengkar. Hingga keduanya memutuskan untuk bercerai.
Hansen ikut sang papa, karena papanya memenangkan hak asuh. Hansen yang belum mengerti pun menurut saja.
Kedua orang tuanya sama-sama memiliki pasangan di luar sana. Jadi saat semuanya terbongkar, hanya perceraian jalan penyelesaian.
Sang mama ikut selingkuhan nya dan hingga saat ini tidak tahu keberadaan nya. Itulah penyebab mengapa Hansen seperti ini.
Ditambah siksaan fisik dari ibu tirinya sejak kecil, membuat dirinya semakin sulit untuk di sentuh.
Hansen tiba di apartemen miliknya, ia langsung ke ruang latihan. Hansen menjadikan samsak tinju untuk melampiaskan kekesalannya.
"Argh...!!!" Hansen menjerit sekuat-kuatnya. Kemudian ia terduduk dilantai. Ia menangisi dirinya sendiri yang begitu lemah.
Hansen berbaring di matras dengan dada naik turun. Sekilas bayangan gadis penyelamatnya terlintas di pikirannya.
"Dia hanya seorang perempuan, tapi dia bisa sekuat itu. Mengapa aku tidak bisa? Aku harus bisa, aku harus bisa," gumam Hansen.
Keesokan harinya ...
Hansen sengaja datang lebih awal dari biasanya. Ia duduk di jok motor miliknya. Menunggu Merpati datang.
Namun sudah setengah jam, seluit bayangan Merpati pun tidak kelihatan.
Malah yang datang menghampirinya Olivia. Tanpa malu-malu Olivia langsung merangkul Hansen dari belakang.
Hansen yang kaget pun refleks mendorong tubuh Olivia hingga tersungkur ke tanah. Olivia menangis karena perlakuan Hansen.
Ditambah lagi telapak tangannya berdarah terkena kerikil. Karena posisi jatuhnya terduduk.
Hansen langsung berjalan berpindah dari situ, sebelum itu ia mengambil tas dan kunci motornya terlebih dahulu.
"Hansen ... kamu jahat," ucap Olivia sambil menangis.
Para mahasiswa dan mahasiswi pun tidak tahan untuk tidak tertawa. Membuat Olivia semakin malu.
Tiga rekannya pun menghampiri Olivia untuk menenangkan nya. Namun Olivia malah menyalahkan Merpati.
"Semua ini gara-gara cewek sialan itu, awas saja kau cewek sialan!"
Orang yang Olivia maki baru saja datang. Tanpa tahu apa salahnya, Merpati langsung mendapatkan satu tamparan dari Olivia.
Merpati berdiri mematung ditempatnya, ia baru saja datang sudah mendapatkan tamparan keras.
Hansen yang melihat kejadian itu dari kejauhan berniat untuk menolong. Namun ia berhenti saat melihat tiga cowok tampan menghampiri Mentari.
"Ada apa, Dek?" tanya Elang.
"Gak tahu Kak, sepertinya cewek itu dendam banget sama aku. Kemarin pun, saat aku ke toilet, aku yakin merekalah pelakunya," jawab Merpati.
"Kamu, semua gara-gara kamu. Aku sudah minta jauhi Hansen!" pekik Olivia.
"Syaraf nih orang," ucap Darrel.
"Iya, pasti sudah stress deh kayanya." Marvel menimpali.
Merpati maju. "Aku tidak tahu apa salahku padamu? Namun, tamparan ini aku kembalikan 3 kali lipat!"
Plaak ... plaak ... plaak ...
Tiga tamparan mendarat sempurna di pipi kiri dan kanan Olivia. Darrel dan Marvel sampai meringis melihatnya.
Mereka sangat tahu jika pukulan Merpati begitu keras. Pasti akan tercetak sempurna di pipi Olivia.
Karena mereka juga pernah merasakan saat latihan dulu, sehingga mereka tahu pukulan Merpati tidak main-main.
Duuuhhh....almt msk rs tu ank orng....
Smngt merpati....km pst mnang.....
jangan lama2 up nya
𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐤𝐤... 𝐠𝐤 𝐬𝐛𝐫 𝐤𝐮 𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐢𝐧