Kisah masa lalu Ayahnya juga Bundanya terlalu membekas hingga Intan tak bisa percaya pada Cinta dan kesetiaan.
Baginya Kesetiaan adalah hal yang langka yang sudah hilang di muka bumi.
Keputusannya untuk menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan dan menghibur orang tuanya saja.
Jodohpun sama-sama mempertemukan dirinya dengan orang yang sama-sama tak mempercayai Cinta.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Akan kah Dia mempercayai Cinta dan Kesetiaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Bunda
Di dalam mobil Reihan.
Setelah Intan dan Reihan menemui kata sepakat, juga mobil Intan belum benar karena montir belum juga datang, Reihan meminta anak buahnya untuk mengurusnya.
Kini Intan telah duduk di sisi Reihan, tadinya ingin duduk di kursi belakang namun, Reihan protes dan melarangnya.
"Stop... Duduk depan... aku bukan sopir ya...! " Kata Reihan jiwa arogan nya kembali.
"Ckkk... yang bilang kamu sopir juga siapa... " Intan masuk dan duduk di kursi depan dengan wajah malas, sikap baiknya orang di sisinya itu ternyata hanya sementara pikir Intan kesal, karena sebenarnya dia risih jika harus duduk di depan tanpa ada orang lain di dalam mobil.
Mobil itu pun berjalan meninggalkan lokasi yang menjadi bukti dan saksi terjadinya kesepakatan di antara manusia yang memiliki hati beku juga keras kepala ini.
Di dalam mobil semua membisu, seperti AC yang ada di mobil itu, suasananya menjadi dingin seperti biasanya, hanya sepi yang terasa dan terdengar di dalamnya.
Intan menyalakan musik di dalam mobil karena suasananya yang terasa garing menurutnya. Lalu Intan memutar lagu Nasyid kesukaannya, Reihan berdecak menilai selesa Intan yang terlalu melankolis.
Semalam aku kelukaan kecewa kehampaan
Mencalar ketabahan
Impian seringku harapkan menjadi kenyataan
Namun tak kesampaian
Allah…
Inginku hentikan langkah ini
Bagaikan tak mampu untuk ku bertahan
Semangat tenggelam lemah daya,
Haruskah aku mengenang namun jiwa
Ku berbisik inilah dugaan
Dan langkahku kini terbuka
Pada hikmah dugaan uji keimanan
Tak dilontarkanNya ujian
Diluar kekuatan setiap diri insan
Allah…
Pimpinlah diriku
Untuk bangkit semula meneruskan langkah perjuangan ini
Cekal kan hati dan semangatku
Kurnia kan ketabahan
Agar mimpi jadi nyata
PadaMu ku meminta
Dan ku mohon agung Kodrat-Mu
Wahai Tuhan Yang Satu
Segalanya dari-Mu
Reihan mencibir saat putaran lagu itu selesai, lalu melihat ke arah Intan sembari menyetir. Reihan mengamati wajah yang menjiwai lagu itu barusan, ternyata Intan hanya cangkang kosong yang dingin, nyatanya hatinya terlalu rapuh dan kelu sehingga masih mudah terluka.
"Ckkk... kamu tu ternyata hanya cangkang kosong ya..." Kata Reihan, kemudian membuat Intan mengernyit heran dengan maksud kata-kata Reihan barusan.
"Wajah dan gayamu aja yang sok kuat dan dingin, di dalam tubuhmu keropos dan lemah, hati kamu ternyata mudah rapuh... " Kata Reihan kemudian membuat Intan merasa di ejek namun apalah daya mungkin ada benarnya juga apa yang di ucapkan Reihan barusan.
"Ckkk... stop menilai orang lain, kamu sendiri bisa jadi ke arogan mu itu, juga hanya menutupi kekurangan yang ada pada dirimu... " Balas Intan sambil tersenyum tapi sebelah.
"Sial... mengejek sekali senyumannya itu... " Batin Reihan sedikit geram.
"Saranku jika hatimu ternyata masih terlalu lemah dan lunak, jangan dengarkan musik yang melo, itu hanya akan menambah dirimu semakin lemah... " Kata Reihan akhirnya.
"Mungkin bagimu melo, tapi bagiku lagu itu barusan mengajarkan bagaimana kita kembali pada Tuhan saat ada ujian, bagaimana kita harus bangkit dan semangat lagi... Orang punya cara masing-masing untuk menguatkan hatinya...! " Kata Intan yang kemudian membuat Reihan membisu, dia sendiri selama ini hanya bisa menambah terus pola pikir dasar yang membuat dirinya semakin merasa diri paling benar sehingga mungkin seperti ini jadinya, dirinya lebih keras kepala dan tidak mau tertindas atau di remehkan orang lain.
Reihan menepikan mobilnya saat melihat toko Kue, Reihan turun dari mobil dan meninggalkan Intan sendirian di dalam mobil. Reihan lalu masuk ke toko Kue itu dan membeli beberapa bolu juga brownis untuk di bawa ke dalam mobilnya.
Reihan masuk kedalam mobil dan meletakan dua bungkusan kue itu di dalam kursi belakang mobilnya, lalu kembali menjalankan mobilnya.
Intan tak ingin berdebat jika dirinya masih membuka mata, maka dia pun memejamkan matanya, berpura-pura tidur di kursi yang didudukinya.
Reihan melihat wajah damai, cantik dan menawan itu tengah memejamkan matanya. Reihan lalu membenarkan kursinya agar wanita cantik yang jika membuka mata itu bersikap dingin terhadap tidur dengan nyenyak nya.
Reihan terpaksa mengikis jarak hingga bibir merona kecil dan manis itu begitu menggoda di pandanganya, membuat Reihan menelan ludahnya kasar, dan sialnya ada bagian tubuhnya yang merespon saat pikiran tidak baik melintas di pikirannya.
"Owh... Astagaa... Aku pasti sudah gila... " Decak Reihan sambil memukul ke pantai sendiri.
Setelah membenarkan kursi Intan, Reihan pun kembali menyetir mobilnya, menuju kediaman orang tua Intan, mudah baginya meski Intan tidur, Dia tetap tau alamat orang tua Intan, karena semua tentang Intan telah berada di kantongnya semua.
Intan benar-benar tertidur, niat awal berpura-pura namun saking nyamannya justru membawa dirinya kedalam alam mimpi yang indah, di sana dirinya tangga bermain pasir bersama laki-laki, bahkan dirinya berpelukan dengan laki-laki itu, di sana Intan dapat menangkap jika ada tahi lalat di telinga laki-laki itu.
Intan tersenyum saat wajah bersinar yang susah dia lihat dengan jelas itu mau mengecup keningnya, tiba-tiba tubuhnya bergetar kuat seperti ada goncangan hingga dirinya terkejut dan membuka mata.
Intan terkejut saat membuka mata dirinya di kejutkan dengan wajah arogan Reihan yang kesal membangunkannya karena tertidur.
"Ckkk astagaaa... rupanya selain dingin dan datar kamu juga punya kelemahan lain ya... Kebo saat tidur...!!! Aku sampai lelah membangunkan mu...! " Kata Reihan lalu turun dari mobilnya dan membuka pintu mobilnya, lalu dirinya ke sisi pintu Intan dan membukanya.
Tadinya Intan ingin mengumpat namun karena sudah di bukakan pintu dirinya menjadi urung lalu menyimpan umpatannya lalu turun dari mobil, ternyata dirinya sudah sampai di halaman rumah Bundanya.
"Lap dulu air liurmu!!! " Kata Reihan membuat pipi Intan merona lalu reflek melihat wajahnya di kaca spion mobil Reihan, membuat Reihan tersenyum tipis karena sudah berhasil mengerjai wanita dingin itu.
Reihan mengetuk pintu lalu mengucap salam, dari pintu muncul wajah cantik yang sudah tidak muda, namun masih terlihat bersinar dan nampak seperti Intan jika saat muda.
"Assalamualaikum Tante.... " Sapa Reihan sok ramah.
"Walaikum salam... Eh... Ada Tuan Reihan... " Bunda Mutia menjawab, Dia sudah kenal dengan Reihan, karena sudah beberapa kali ikut rapat di kantor bersama Reihan jika dia di undang sebagai pemilik saham.
"Silahkan masuk... " Kata Bunda Mutia lalu pandanganya tertuju pada putrinya yang ternyata datang bersama Reihan, dahi Bunda Mutia pun mengerut penuh dengan pertanyaan.
Di dalam Reihan menarik Kue yang barusan di bawa lalu mengalami Ayah Arsya dengan penuh hormatnya, bahkan menaruhnya di kening tangan Ayah Arsya, Intan merasa apa yang di lakukan Reihan adalah misi dalam melancarkan niatnya untuk menikahi dirinya.
"Sehat Om... Tan... ??" Reihan berbasa-basi terhadap orang tua Intan.
"Alhamdulillah... " Jawab Bunda Mutia sambil tersenyum hangat dan ramah beda sekali dengan Intan anaknya batin Reihan.
"Ada Angin apakah gerangan Tuan Reihan kemari? "Tanya Arsya sambil menatap wajah Reihan, dia yakin ada maksud tertentu dengan kedatangan Reihan bersama putri sulungnya itu.
"Mohon ijin Om... Saya ingin melamar putri Om dan Tante... Mohon di ijinkan saya menikahinya.... "Kata Reihan langsung tanpa berbasa-basi.
"Aa... Apa??? " Bunda Mutia terkejut sementara Ayah Arsya juga syok dengan ungkapan laki-laki di hadapannya itu.
"Ckkk dasar tukang paksa... meminta pada orangtuaku saja kenapa cepat sekali...! " Intan pun terkejut dan mengumpat di dalam hati.
"Apa Tuan Reihan Serius??? " Ayah Arsya meyakinkan pendengarannya.
"Sangat... Sangat serius Om... " Jawab Reihan mantap tanpa ragu.
"Jika di ijinkan, Besok keluarga saya akan datang kemari... " Lanjutnya lagi, dia tidak akan membuang kesempatan, selagi Intan tidak berubah pikiran dirinya harus segera bergerak cepat.
***
Mohon maaf jika masih ada typo...