NovelToon NovelToon
Mawar Merah Berduri

Mawar Merah Berduri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Aini

Mawar merah sangat indah, kelopak merah itu membuatnya tampak mempesona. Tapi, tanpa disadari mawar merah memiliki duri yang tajam. Duri itulah yang akan membuat si mawar merah menyakiti orang orang yang mencintainya.

Apakah mawar merah berduri yang bersalah? Ataukah justru orang orang yang terobsesi padanyalah yang membuatnya menjadi marah hingga menancapkan durinya melukai mereka??!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23 Kesal!!

"Wuhuuu, akhirnya selesai juga ujian."

Obi dan Timo merasa sangat lega, karena akhirnya ujian tengah semester telah usai.

"Baru juga ujian tengah semester, bro. Masih ada ujian akhir semester menunggu." ujar Adit.

"Urusan itu belakangan, Dit. Yang terpenting sekarang, saat ini. Iya gak, Tim?" tanya Obi meminta persetujuan Timo yang dianggukkan setuju oleh Timo.

"Din, kalau gue dapat nilai sempurna, lu harus tepati janji lu."

"Janji apa, Dinda?" Tanya Inne penasaran.

"Rahasia."

"Heh, kalian berdua jangan jangan..." Obi menatap Timo dan Dinda bergantian.

"Oh no. Jadi sekarang geng kita memang sudah berganti menjadi geng suami/istri?" Lanjut Obi berceloteh dengan menatap satu persatu sahabatnya itu bergantian.

Plakkk

"Mulut lu emang gak guna!" ucap Dinda setelah memukul kepala Obi dengan gulungan kertas.

"Eh Dinda, lu kok mukul kepala gue terus? Kalau gue jadi bodoh salah lu."

"Terserah."

Timo, Adit dan Inne hanya tersenyum saja melihat pertengkaran Dinda dan Obi.

"Eh, itu gue kenal deh kayaknya anak SMA satu itu?!" Tunjuk Obi kearah Brian yang sedang melangkah sambil menyapa beberapa mahasiswa yang ternyata mengenalnya.

Empat lainnya ikut menoleh kearah yang ditunjuk Obi. Dinda dan Timo tersenyum senang, Inne agak tertekan, sedangkan Adit tentu saja sangat jelas tidak suka dengan kehadiran Brian.

"Adek Brian! Ih gemas, ternyata aslinya lebih tampan." ujar Dinda antusias.

Adit tambah tidak suka mendengar Brian dipuji oleh sahabatnya itu.

Mengetahui suasana hati Adit sedang tidak baik baik saja, Inne pun menggenggam tangan Adit yang ada di bawah meja gazebo tempat mereka nongkrong saat ini.

Inne tersenyum, lalu sedikit menggeleng memberi isyarat pada Adit untuk tidak terlalu memperlihatkan rasa tidak sukanya terhadap Brian. Tapi, Adit tidak bisa tersenyum saat ini. Dia tahu apa yang Inne maksud, hanya saja sekali benci tetap saja benci, Adit tidak bisa berpura pura suka saat dia tidak suka.

"Halo kak!" Sapa Brian saat tiba di dekat rombongan Inne.

"Halo, dek." sahut Dinda yang kagum dengan ketampanan Brian.

"Hai kak Inne." sapanya yang disenyumi oleh Inne.

"Wah, lu terkenal, In. Sampe selebritis sekelas Brian aja kenal lu?" tanya Obi penasaran.

"Oh itu, Brian ini kebetulan anak Direktur tempat bunda kerja." jawab Inne yang diangguki oleh Obi, Timo dan Dinda.

"Kebetulan saya juga muridnya kak Inne." sambung Brian yang membuat Inne terkejut ngeri.

"Mantan murid ya. Bukan murid Inne lagi." Celetuk Adit menegaskan.

"I-iya maksudnya gitu, kak."

"Kamu bolos atau gimana ni, dek?" tanya Dinda.

"Gak bolos kok, kak. Saya kebetulan diamanahi untuk ikut kunjungan ke kampus ini. Nah saya izin buat jalan jalan ke fakultas teknik."

"Mau ambil jurusan teknik ya?" tanya Timo.

"Rencananya sih gitu kak."

"Bagus dong. Pendaftaran sudah buka, daftar aja cepat, dek."

"Maunya juga gitu, kak. Tapi, tunggu ujian akhir dulu deh. Takutnya nanti malah gak lulus."

"Ya gak mungkinlah. Udah pasti lulus itu." sahut Obi dan Timo memberi semangat.

Sedangkan Adit sibuk dengan dirinya sendiri sambil menatap layar hp nya. Dia sangat tidak suka pada Brian. Mendengar suara Brian saja membuatnya ingin marah. Dia berusaha menahannya saat ini, karena Inne.

"Almamater fakultas teknik bagus ya, kak. Jadi gak sabar pengen punya seragam teknik juga." puji Brian.

"Oh tenang, kamu bisa mencoba almamater sekarang." ucap Obi yang langsung mendekati Adit dan hendak meminjam almamater Adit.

"Apaan sih!" Tepis Adit gak suka saat Obi memegang almamaternya.

"Pinjam bentar untuk Brian, Dit."

"Gak mau lah. Punya lu aja kali."

"Eh kok lu marah marah sih, Dit. Kenapa lu?"

"Tau ah malas." Jawabnya kesal yang membuat Obi ikut kesal pada sahabatnya itu.

"Eh Adit, lu kenapa sih?" ujar Dinda heran dengan perubahan sikap Adit sejak Brian datang.

"Nih kamu pake punya abang Timo saja?" Timo memberikan almamaternya pada Brian.

"Makasih bang Timo."

Timo dengan senang hati membantu Brian memakai almamater itu.

"Nah kan terlihat tambah ganteng pake almamater kampus kita." puji Dinda pada Brian.

"Eh photo dulu yuk!" ajak Obi mendekat pada Brian.

"Nih biar gue yang photo." Dinda siap dengan kamera hpnya.

"Dit ayo ikut. Gue sama Obi jadi kelihatan keren nih kalau photo bareng dua idol boys." Timo menarik Adit untuk ikut photo.

Dengan wajah kesalnya Adit terpaksa ikut photo bareng mereka.

"Nih lihat hasil photonya keren banget." Dinda memperlihatkan hasil jepretannya.

"Gantengan mana nih, Adit atau Brian In?" tanya Obi sengaja memanas manasi Adit yang semakin tampak kesal.

Inne diam saja dia tidak memberi jawaban apapun. Toh baginya Adit yang paling ganteng dihatinya. Tapi dia tidak enak jika harus menjawab begitu kesannya malah akan membuat Brian mungkin tersinggung. Lagian Obi sengaja banget nanya gitu untuk memperkeruh keadaan.

"Gue cabut. Lu pada gak asyik." Ujar Adit melangkah pergi dengan menyenggol kuat bahu Brian.

"Kenapa sih si Adit?" Teriak mereka semua heran dengan tingkah kekanakan Adit.

"Dek Brian gak apa apa kan?"

"Gak kak aku baik baik aja kok."

"Guys gue duluan ya!" seru Inne sambil meraih tas Adit dan juga tas nya.

"Iya In, bujuk tu suami pemarah lu." Ujar Obi sama Timo hampir bersamaan.

Inne pun tersenyum pada Brian sebelum dia pergi menyusul Adit yang sudah berada di mobilnya. Inne ikut masuk ke mobil Adit.

"Dit, kamu kenapa sih. Kamu tau gak, wajah gak suka kamu itu kentara banget."

"Ya biarin, biar semua orang tahu aku gak suka sama tu anak."

"Ya, tapi jangan malah Obi sama Timo juga ikut dimarahi, Adit."

"Ya biarin aja lah, In. Lagian Obi juga, udah tau sejak tu bocah datang aku gak respon, eh dia pakai segala mau pinjamkan baju aku sama tu bocah, suruh photo bareng dan yang lebih parah malah dia banding bandingin aku sama tu bocah."

"Mungkin maksud Obi baik Dit, dia mau membuat kamu akrab sama Bri..."

"Sampai kapanku aku gak suka sama dia, In. Kamu jangan sampai dekat dekat dia. Awas sampai kamu dekat sama dia, aku gak suka."

Inne terdiam mendengar itu. Tapi apa boleh buat, tinggal tiga minggu lagi, dia sudah tidak akan menemui Brian lagi.

"Kamu kok diam? Gak suka aku atur atur?"

Inne tersenyum, lalu dia menggeleng sambil menyandarkan kepalanya di bahu Adit.

"Iya Dit aku gak akan dekat dekat Brian lagi kok."

"Maafkan aku ya, Dit. Aku tidak bermaksud membohongi kamu. Sebentar lagi, Dit. Aku harap, semuanya selesai dengan baik baik saja." Batin Inne kemudian.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!