NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:42k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kita Lihat Besok

💐💐💐

Mahen menginterogasi Divi di meja makan dalam kesunyiannya malam yang sedikit menaruh suasana mencengkamkan. Menghadapi Mahen sudah seperti menghadapi calon ayah mertua saja bagi Divi. Mereka duduk berhadapan dan di samping Mahen Shanum duduk menikmati makan malamnya dengan mengabaikan mereka.

“Menikahi Kak Shanum untuk kedua kalinya tidak mudah. Banyak yang harus Kakak pertimbangan, terutama kebahagiaannya. Bagi seorang adik, aku ingin kakakku bahagia,” ujar Mahen.

Shanum menaruh ayam di tangannya di atas piring dan menoleh ke arah Mahen, tercengang dan sedikit kaget mendengar cara bicara adiknya itu yang membuatnya sedikit terharu. Shanum menjilati jari-jari kanannya dan memeluk Mahen.

“Kamu memang adikku yang paling pengertian.”

“Kakak apa-apaan?”

Mahen melepaskan pelukan Shanum karena merasa seperti anak kecil diperlakukan seperti itu.

“Dengar tuh. Satu lagi, banyak belajar percaya sama istri,” tambah Shanum.

“Jadi, kamu menerima lamaranku?” tanya Divi, mulai antusias.

Shanum diam, berpikir kembali untuk meyakinkan perasaannya dan yakin kejadian di masa lalu tidak akan terulang kembali.

“Jangan memaksa Kakak,” sela Mahen.

“Tidak, aku tidak memaksanya. Tapi, aku berharap dia masih memberikan kesempatan kedua untukku,” terang Divi sebelum mereka salah paham padanya.

“Kita lihat besok. Aku ngantuk.”

Shanum berdiri dari tempat duduk dan meninggalkan dapur dalam perasaan bingung. Pertanyaan Divi masih digantung karena ingin kembali memikirkannya. Terpisahnya Divi dari keluarganya yang mengganggu pemikiran Shanum saat ini, ia tidak ingin mereka berpisah karena dirinya.

Setelah memasuki kamar, Shanum menutup pintu, dan menghampiri lemari. Sebuah album foto diambil dari sana dan dibawa ke tepi kasur, di sana album itu dibolak-balik, di mana banyak foto kebersamaan wanita itu bersama Divi di masa lalu.

“Mungkin saja aku dan Divi bisa hidup bahagia. Tapi, tanpa restu orang tuanya, pernikahan kami tidak akan berarti. Pernikahan bukan menyatukan dan memisahkan, tetapi mempererat hubungan. Bukan jadi bumerang, aku ingin menjadi hal yang tidak ditakuti oleh keluarganya. Pusing sekali memikirkannya,” ucap Shanum sambil mengacak-acak rambutnya dengan kesal.

***

Divi membuka pintu kamar mandi Shanum dalam balutan handuk kimono berwarna putih dengan tangan kanan mengusap handuk persegi panjang di rambutnya yang basah. Kebetulan, Shanum terbangun dari tidurnya dan menemukan wujud sang mantan suami yang membuatnya tercengang dan meneguk air liur melihat pesona duda beranak satu itu.

Divi terdiam setelah melihat Shanum menatapnya. Perlahan bibirnya tersenyum smirk sambil lanjut melangkah mendekati kasur.

“Liat apa? Kalau mau, bilang saja,” goda Divi sambil merendahkan tubuh ke arah Shanum setelah berdiri di sisi kanan kasur.

“Ngapain di sini? Jangan terlalu berani. Dikasih hati minta jantung,” gumam Shanum dengan wajah kesal sambil duduk.

“Numpang mandi.”

“Bukankah di kamar mandi Mahen juga ada air.”

“Air di kamar ini lebih manis, seperti pemiliknya,” rayu Divi dengan senyuman smirk.

“Ke-lu-ar!” usir Shanum. “Keluar!” Usir Shanum sambil memukulkan bantal guling ke tubuh Divi.

Pria itu masih saja di kamar itu. Shanum bangkit dari kasur dan menyeret Divi keluar dari kamarnya, bahkan keluar dari rumah dengan Mahen dan Denis yang memperhatikan mereka dari pintu dapur.

“Cari tempat tinggal sendiri. Ini bukan penampung.” Shanum menutup pintu rumah.

“Bukankah kamu sudah setuju membiarkanku tinggal sementara di sini? Selain itu, tidak mungkin aku keluyuran di luar dengan pakaian begini!” seru Divi dari luar sambil mengetuk pintu rumah, meminta agar pintu dibuka. “Shanum! Mahen! Denis! Tolonglah … jangan begini.” Suara Divi terdengar sedikit memohon di akhir kalimatnya.

“Papa kenapa, Ma?” tanya Denis.

“Bukan apa-apa. Mahen, ambil pakaianmu dan berikan padanya, suruh dia pergi!” Shanum kembali memasuki kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.

“Mama dan Papa bertengkar lagi?” tanya Denis.

“Iya. Lanjut sarapan, Om ke kamar sebentar.”

Mahen keluar dari dapur dan lanjut memasuki kamarnya, mengambil baju kaos polos putih dan celana levis dari lemari, lalu membawanya kepada Divi. Ketika pria itu hendak masuk, Mahen menahannya mengingat temperamen kakaknya yang sedang tidak baik.

***

“Jadi, semalam kamu tidur di rumah mantan istrimu? Wahh … kamu gila, Div? Kamu juga sih, udah dikasih tempat tinggal sementara malah berulah.” Atte berceloteh sambuk mengemudikan mobil menuju apartemennya setelah Divi menghubunginya melalui ponsel Mahen.

“Ternyata dia tidak seperti dulu lagi. Dulu aku sering menggodanya,” balas Divi sambil mengingat kemesraan mereka di masa lalu.

“Jelas. Wanita itu makhluk perasaan yang cukup tinggi, mereka memiliki hati yang mudah sensitif. Perpisahan kalian, kesulitannya selama ini, ditambah dengan ulah mamamu pasti menoreh luka di hatinya. Mungkin itu yang membuatnya banyak berubah dan kelihatannya dia wanita pekerja keras.”

“Benar. Sejak menikah denganku, dia hanya tau pekerjaan rumah. Ternyata, setelah bercerai dariku, dia melanjutkan pendidikannya dan sekarang menjadi perawat. Kecerdasan dan tekadnya membuatnya sukses sekarang. Dia juga bertambah cantik,” kata Divi sambil tersenyum, membayangkan wajah Shanum.

“Aura janda itu memang memikat. Jadi, rencananya kamu mau mengejar cinta mantan istrimu?”

“Benar. Cukup selama ini aku bodoh dan gagal dalam memahaminya. Kamu harus bantu aku,” ucap Divi sambil menepuk pundak kanan Atta beberapa kali.

“Tidak ada untungnya bagiku membantumu sekarang, tidak punya apa-apa,” ledek Atta, sengaja memancing kesal teman dekatnya itu.

***

Divi tidak henti mengejar Shanum. Pria itu dagang ke rumah sakit dalam balutan pakaian kasual milik Atta sambil memegang buket bunga mawar putih. Kedatangannya ke rumah sakit menjadi sorotan selepas semua orang tahu pria itu tidak bekerja lagi di rumah sakit itu dan ada isu miring yang mengembang mengenai terkuaknya masa lalu antara Divi dan Shanum.

Meskipun begitu, mereka tetap menyapa Divi. Bukan pria itu yang disalahkan, beberapa dari mereka banyak memandang buruk Shanum karena cerita buruk yang digiring oleh Milka yang hanya bekerja kemarin saja di rumah sakit itu, lalu dipecat Medina setelah mendengar rekaman yang diperdengarkan oleh Divi kemarin.

“Dokter …!” sapa para perawat yang dijumpai Divi di lobi rumah sakit.

Divi tersenyum ringan sembari menganggukkan kepala dan kaki terus berjalan menghampiri Talita yang dari pintu menjadi tujuan pertamanya untuk bertanya mengenai keberadaan orang yang dicarinya. Ketika itu Talita tengah berbicara bersama resepsionis rumah sakit.

“Shanum di kamar Dokter Marta,” jawab Talita.

Mereka, para petugas rumah sakit yang mendengar perkataan Talita mulai mengeluarkan pendapat baru.

“Mungkin Suster Shanum sengaja mendekati Dokter Marta sebagai jembatan agar hubungan mereka kembali seperti dulu,” kata salah satu perawat di pojokan lobi.

“Maksudnya ambil hati Dokter Marta?” tanya perawat lain yang ada di hadapan perawat itu.

Divi menoleh ke belakang dan memperhatikan beberapa orang yang tampak sedang beropini mengenai Shanum dengan membicarakan wanita itu dengan suara kecil. Secara sama Divi menangkap pembicaraan mereka yang membuat pria itu geram, termasuk Talita yang tahu kebenaran mengenai kisah Shanum dan Divi.

“Kalian masih ingin bekerja di sini?” tanya Divi sambil memperhatikan mereka. “Mulai detik ini, jangan ada yang membicarakan Shanum yang bukan-bukan. Masalah pribadi kami tidak harus kalian ikut campuri. Jika lain kali saya mendengarnya, jangankan berhenti dari rumah sakit ini, saya pasti kalian juga tidak akan diterima di rumah sakit lain,” tegas Divi dan beranjak berjalan menuju lift.

1
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!