Terjerat Pesona Sahabat Suamiku

Zelmira tidak pernah menyangka hubungannya dengan Alshad sudah sampai titik yang sangat jauh. Bagaimana tidak sangat jauh, mereka sudah selayaknya sepasang suami-istri. Sudah lima bulan hubungan mereka layaknya suami-istri. Apalagi Nathan sudah sering ke luar kota beberapa hari akhir-akhir ini. Zelmira yang kesepian, kadang memilih untuk menginap di rumah Alshad. Menghabiskan waktu bersama Alshad, tentunya mereka menghabiskan waktu untuk bercinta, apalagi Zelmira haus akan sentuhan Nathan.

Nathan lebih mementingkan pekerjaannya, entah proyek apa yang sedang Nathan geluti saat ini, yang membuat dirinya sampai diperbudak oleh pekerjaannya. Ia menghiraukan istrinya, cuek, dan jarang menyentuhnya. Sekali menyentuh saja hanya sekali, dan itu pun Zelmira yang harus memulainya lebih dulu.

“Nathan sampai kapan ke luar kota?” tanya Alshad.

“Dia sampai seminggu katanya. Entahlah sampai kapan aku harus seperti ini,” jawab Zelmira dengan pandangan menerawang ke atas, menatap langit-langit kamar Alshad dengan tatapan kosong.

Zelmira sedang berada di rumah Alshad. Dari sepulang kerja, Zelmira langsung pulang ke rumah Alshad, ia menikmati malam minggunya di rumah Alshad, sedangkan Nathan, sabtu pagi ia malah memilih untuk terbang ke luar kota untuk menyelesaikan pekerjaannya yang mendadak. Tentunya ia bersama Jesica, partner kerjanya yang menurut Nathan memang terbaik.

Malam ini Nathan sibuk dengan pekerjaannya di kota orang. Di kamar hotelnya ia sibuk dengan pekerjaan barunya, dia seorang arsitek terbaik, tidak salah perusahaannya memilih dirinya menangani proyek tersebut. Padahal orang tua Nathan memiliki perusahaan, namun ia malah memilih bekerja di perusahaan lain, karena ia selalu berselisih pendapat dengan Papanya, jadi ia memilih untuk bekerja di tempat lain, mengembangkan kariernya tanpa campur tangan Papanya.

Tok

Tok

Tok

Nathan mendengar suara ketukan pintu di pintu kamar hotelnya. Ia langsung bangkit dari kursinya, lalu membukakan pintu kamarnya. Sebelum membukanya, ia melihat siapa yang datang ke kamarnya.

“Ada apa Jesi ke sini?” batin Nathan, lalu ia membukakan pintu kamarnya.

“Ada apa, Jesi?” tanya Nathan.

“Nat, ini dokumen yang harus kamu cek, lalu kamu tanda tangani, besok sudah memulai pengerjaan. Kau masih semangat? Apa kau tidak enak badan?” Jesica memberikan dokumen pada Nathan, namun netranya lekat menatap wajah Nathan yang terlihat pucat.

“Aku baik-baik saja, memangnya kenapa, Jes?”

“Kau kecapekan pasti, kau pucat sekali, Nat,” ucap Jesica.

“Ya dari semalam aku memang belum istirahat. Zelmira meminta jatah, karena dia protes aku gak pernah menyentuhnya,” ucap Nathan.

“Keterlaluan! Kau boleh bekerja keras, asal jangan lupakan keharmonisan rumah tanggamu, Nat! Kau mencitai Zelmira, kan? Nanti kalau dia sampai jenuh karena merasa hambar dengan hubungan kalian bagaimana?” ucap Jesica.

“Enggak lah, masa jenuh?” ucap Nathan. “Kau mau masuk?” tawar Nathan.

“Gak lah, masih banyak pekerjaan. Aku juga mau bertemu seseorang. Eh, kamu lebih baik istirahat deh, Nat? Biar besok fresh, kerjain nanti menjelang pagi kan bisa? Apalagi besok minggu, kita baru mulai kerja senin pagi. Jangan diforsir, kita memang lagi banyak pekerjaan, tapi utamakan kesehatan juga,” tutur Jesica.

“Baiklah, aku akan istirahat, dan aku lanjut besok pagi-pagi,” ucap Nathan. “Kau mau bertemu siapa? Suamimu?” tanya Nathan.

“Suamiku sedang di Luar Negeri, mau bertemu teman, perempuan tenang saja, aku tidak mungkin menyelingkuhi suamiku, Nat,” ucapnya.

“Ya aku tahu kau memang setia dari dulu,” ucap Nathan.

Setelah menerima beberapa dokumen dari Jesica, Nathan kembali mengerjakan beberapa pekerjaannya. Namun, kepalanya terasa berat, ia membenarkan saran Jesica supaya istirahat saja. Nathan memutuskan untuk istirahat lebih dulu, ia meninggalkan pekerjaannya.

Nathan melihat ponselnya, tumben sekali Zelmira tidak menghubunginya, biasanya Zelmira meninggalkan pesan cukup banyak, hanya sekadar mengingatkan dirinya makan, dan istirahat yang cukup. Kali ini, pesan masuk hanya dari rekan bisnis saja, tidak ada pesan dari orang yang ia cintai.

“Apa aku terlalu cuek dengannya, hingga dia seperti ini? Tumben sekali dia tidak meninggalkan pesan sama sekali?” batin Nathan.

Sedangkan di tempat lain, dua orang perempuan dan satu laki-laki sedang berdiskusi, mereka terlihat begitu tegang, entah apa yang mereka bahas, hingga membuat salah satu perempuan terlihat begitu kecewa hingga menyeka air matanya.

“Aku harus gimana, Ndrew?” tanya Jesica pada seorang laki-laki yang bernama Andrew, dia adalah sepupu dari sahabatnya bernama Freya, seorang Dokter spesialis Obgyn. “Aku sangat mencintainya, Ndrew.”

“Je ... kamu ini cantik, kariermu sedang bagus, kamu tidak boleh seperti ini. Biar saja, dia sedang menikmati dunianya, dia belum tahu yang sebenarnya, kalau yang bermasalah ada dirinya, bukan kamu. Kamu harus buktikan perbuatannya di luar sana saat ini, Je?” ucap Freya menenangkan sahabatnya.

“Jahat sekali dia,” ucap Jesica dengan  sesegukkan.

“Kita ke sini bukan untuk membuatmu menangis, Jesi Sayang?”

“Dia selalu bilang aku yang mandul, ternyata dia yang bermasalah. Dia selalu cari alasan untuk pergi meninggalkan aku, aku capek, Fre!” pekik Jesica.

Freya memeluk sahabatnya itu. Jesica sudah lama menikah, lima tahun menikah dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya. Ya, mereka dijodohkan, namun sebelum perjodohan itu terjadi, Jesica memang sudah menyukai laki-laki tersebut. Mereka menikah, hingga usia pernikahannya menginjak tahun kelima, mereka tak kunjung diberi keturunan.

Segala macam cara Jesica dan suami lakukan untuk mendapatkan keturunan, hingga akhirnya jesica menyarankan untuk memeriksaan kesehatannya masing-masing. Baik Jesica atau suaminya. Suaminya menyetujuinya, namun karena pekerjaan suaminya, mereka harus menunda pemeriksaan sampai beberapa bulan. Akhirnya, dengan bujukan Jesica, suami Jesica mau pulang dan lanjut pemeriksaan. Sebelum pemeriksaan keluar, suami Jesica kembali dengan pekerjaannya, itu semua karena dia merasa yang bermasalah adalah Jesica, bukan dirinya. Yang  tidak bisa memberikan keturunan adalah Jesica bukan dirinya. Suami Jesica yakin itu.

Setelah hasilnya keluar, ternyata yang bermasalah bukan Jesica, melainkan suami Jesica. Jesica dibuat tercengan oleh kabar yang Andrew sampaikan kalau suaminya ternyata mandul, dan dia tidak tahu, malah menuduh Jesica yang mandul. Lebih kaget lagi, Freya memergoki suami Jesica ke hotel dengan perempuan lain, setiap hari Freya menyaksikan suami Jesica bermesraan dengan perempuan itu.

Freya memperlihatkan beberapa bukti,  baik foto dan Video pada Jesica. Sebetulnya Freya tidak mau menunjukkan itu pada Jesica, namun setelah dipikir-pikir Freya harus menunjukkannya, karena Jesica sangat percaya suaminya itu tidak akan begitu, karena mencintainya.

“Tega sekali kamu melakukan seperti ini?” isak Jesica.

“Tenangkan dulu, sekarang kau buktikan sendiri. Aku tahu di mana dia tinggal. Selama ini dia berada di sini, dia memang sedang mengurus pekerjaannya, mungkin perempuan itu partner kerjanya, Je,” ujar Freya.

“Aku tidak asing dengan perempuan itu. Aku akan selidiki sendiri, Fre. Tapi aku tetap butuh bantuan kamu,” ucap Jesica.

“Aku akan bantu kamu, Je. Tenangkan dirimu, kau perempuan yang sempurna, kau cantik, kariermu bagus, dan satu lagi, kau tidak mandul, seperti apa yang suamimu tuduhkan. Dia yang mandul, Je,” ucap Freya, lalu memeluk Jesica.

Lima tahun menikah, Jesica baru merasakan cinta suaminya saat dua tahun usia pernikahannya. Pernikahan yang manis, harmonis, dan romantis itu, sekarang harus berada di titik paling mengecewakan untuk Jesica. Apalagi saat di tahun keempat Jesica tak kunjung hamil, sang suami terus mendesak Jesica untuk periksa, karena suaminya yakin Jesica yang bermasalah.