NovelToon NovelToon
Meraih Mimpi

Meraih Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: isha iyarz

" Tapi sekarang kamu jauh dari abang. Siapa yang melindungimu kalo dia kembali merundung? " Arya menghela napas berat. Hatinya diliputi kebimbangan.
" Kalo dia berani main tangan pasti Diza balas, bang! " desis Diza sambil memperhatikan ke satu titik.
" Apa yang dia katakan padamu? " Arya menyugar rambut. Begitu khawatir pada keselamatan adiknya di sana. Diza menghela napas panjang.
" Mengatakan Diza ngga punya orang tua! Dan hidup menumpang pada kakeknya! " ujarnya datar.
" Kamu baik-baik saja? " Arya semakin cemas.
" Itu fakta 'kan, bang? Jadi Diza tak bisa marah! " pungkasnya yang membuat Arya terdiam.
Perjuangan seorang kakak lelaki yang begitu melindungi sang adik dari kejamnya dunia. Bersama berusaha merubah garis hidup tanpa menerabas prinsip kehidupan yang mereka genggam.
Walau luka dan lelah menghalangi jiwa-jiwa bersemangat itu untuk tetap bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isha iyarz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Bergetar bibir Diza menyebut nama Segara. Dia menarik maskernya perlahan. Dan tubuhnya huyung saat lelaki itu kembali merengkuhnya kedalam pelukan.

" Aku senang kalian selamat! Bagaimana keadaan kakakmu? " Segara mengurai pelukan. Mereka duduk bersisian di ranjang.

" Alhamdulillah baik, bang! Bagaimana dengan abang sendiri? " Diza cepat mengusap matanya.

" Seperti yang kamu lihat! " Segara tersenyum hangat. Dadanya buncah. Mereka saling menatap menyatakan rasa yang sama-sama ada dibenak. Suasana panti.

" Apa yang sedang kamu lakukan di sini, dik? " Segara menelisik curiga. Diza menggeragap.

" Ehm, aku ... " dia kesulitan mengatakan alasan terbaik.

" Gedung ini bukan milik kampus. Tak ada malam orientasi di sini. Jadi kamu ngga mungkin ada di sini karena alasan itu! " Segara menatap tajam.

" Aku tau gedung ini kosong. Dan tadi pagi lewat di depan melihat baju-baju yang digantung di salah satu jendelanya. Jadi aku kesini untuk memastikan. Siapa penghuninya! " Diza membalas tatapan itu berani.

Dia sudah mengenal sifat Segara di panti. Walau masih kecil tapi dia mengerti sosok keras lelaki ini. Tidak suka di bohongi. Separuh alasannya juga tidak berdusta. Hanya alasan utama jelas hanya miliknya sendiri. Arya saja tidak diberi tahu pikirnya gemas.

Segara memicing. " Kamu terlalu berani, dik! " desisnya tak percaya. Diza diam. Menjaga datar wajahnya.

" Jika memeriksanya pagi seperti dulu alasanmu masuk akal. Tapi ini tengah malam. Teman-temanmu sudah nyenyak dibuai mimpi. Dan kamu sengaja kesini hanya untuk memastikan itu? " Segara mendekatkan wajah.

Menatap penuh intimidasi ke dalam manik mata gadis yang ternganga di depannya. " Katakan bahwa Arya merestui semua yang kau lakukan sekarang! " desisnya tepat di depan Diza. Mata gadis itu mengerjap beberapa kali. Jelas ingin menyangkal.

" Abang ngga tau! " akhirnya desah itu keluar diiringi kepala yang tertunduk. Segara mengatupkan rahang. Dia melipat kedua tangan di depan dada.

" Katakan yang kamu selidiki di sini! " ucapnya tegas. Diza mendongak. Matanya berkilat. Sesuatu mengusiknya.

" Abang selama ini menguntitku? Mengawasi semua yang kulakukan? " desisnya tak kalah gertak. Segara menggeram.

" Jangan berkilah! Jawab saja yang kutanyakan! " ujarnya gemas. Ingin marah tapi tak tega.

" Jelaskan juga mengapa abang bisa tau aku di sini! Apa selama ini abang sudah tahu aku tinggal di kota ini? Apa yang kulakukan? Menyelidiki teman-temanku? Kehidupan kami? " Diza tersinggung. Matanya merah.

Segara terkejut melihat kilatan marah di mata gadis itu. Dia tergamam sejenak. Berdiri menuju jendela. Menyugar rambutnya yang sedikit panjang.

" Abang tak sengaja melihatmu berdiri di depan rumah! " Segara menghembuskan napas panjang. Diza menoleh. Perlahan dia melangkah mendekati lelaki itu.

" Rumah abang? " lirihnya tak yakin. Segara menoleh.

" Apa kau punya kebiasaan senang memandangi rumah orang, he? Dimana saja ketika kau lewat? " Segara mengulum senyum. Diza terpana. Mata lentiknya membelalak tak percaya.

" Jadi abang yang membeli rumah pak Junet? " ujarnya dengan ekspresi gembira. " Boleh aku duduk-duduk di halaman belakang rumahmu? " Diza melupakan kekesalan hatinya tadi.

Segara memejamkan mata. Melirik jam di tangannya. Setengah dua dini hari. Dengan cepat dia meraih tangan gadis itu. " Ayo, pulang! " ujarnya setengah berbisik.

Dan Segara membawanya melewati lorong menuju pantri. Walau kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan tapi dia mengikuti langkah Segara meninggalkan tempat itu.

*****

" Tumben bangun siang, Diz! " Bulan yang sedang menyesap susu di gelasnya menatap gadis yang masih muka bantal di depannya. Juga tatapan heran dia terima dari ketiga temannya. Mereka menanti jawaban.

Diza menghela napas panjang. " Aku terlalu lama menelpon bang Arya. Setelahnya tidak bisa tidur. Banyak yang mengganggu pikiran. Jadi nyenyaknya mungkin setengah empat " dusta Diza sambil mengusap wajah.

Bagaimana mungkin dia menceritakan bahwa tadi malam menyelinap di gedung kosong yang ternyata berpenghuni itu? Bisa heboh ruang makan itu dengan teriakan Zeta, Mentari dan Tatiana. Terlebih dia pasti menerima kemarahan Bulan.

" Apa kabar kakakmu? " Bulan bersimpati. Dia khawatir lelaki itu sakit tanpa ada yang menemani.

" Alhamdulillah! Sehat, kak. " Diza tersenyum. Dia menyesap coklat hangatnya pelan-pelan.

" Dan kamu ngga niat segera mandi ? " Tatiana menatap sambil menggelengkan kepala. Berpikir tumben Diza jadi malas bergerak.

" Aku masuk mata kuliah kedua saja. Pasti telat kalo bersiap sekarang. Rasanya juga masih mengantuk " sahut Diza kembali menguap.

" Ckck, aku pikir lagi demam. Tumben-tumbenan dia jadi siput begini! " Mentari beranjak menuju wastafel mencuci tangan.

" Kalo gitu kami berangkat dulu! Dah, kak Bulan! Assalamu'alaikum! " Tatiana meraih tasnya dan berlalu diiringi Mentari yang menyambar helm diatas meja.

" Kakak juga berangkat! Jangan lupa kunci rumah kalo mau tidur lagi, Diz! " Bulan mendorong kursinya dan segera kembali ke kamar untuk mengambil tas kerjanya.

Tinggal Diza dan Zeta di meja makan. Gadis dengan rambut shaggy itu menurunkan kacamatanya. Menatap Diza tajam. " Kamu ngga mengendap-ngendap ke gedung itu lagi 'kan, Diz? " ujarnya yang membuat Diza merengut.

" Kamu kira aku udah segila itu pake kesana malem-malem? " sahutnya gemas. Zeta menghembuskan napas panjang.

" Abis aku curiga kamu tumben bangun siang begini. Kalo ngga diseruduk ngga bangun-bangun. Padahal biasanya cuma disentuh dikit aja kamu langsung sadar. " Zeta menghabiskan bubur di mangkuknya.

" Emang aku senyenyak itu? " Diza meringis tak percaya.

" Kayak kebo! Dipanggil-panggil Tatiana dibukain jendela masih aja merem. Digoyang-goyang sama dia baru kamu bergerak. Aku kira udah jadi jenazah! " sahut Zeta dengan wajah tega. Diza tertawa. Hatinya sedikit lega.

" Udah, aku berangkat dulu! Kunci motor aku simpen di bawah helmmu kalo mau berangkat nanti! Aku duluan, ya! " Zeta beranjak sambil membawa mangkuk keatas wastafel.

" Pintunya dikunci, Diz! " Teriak Zeta dari pintu depan.

" Iya-iya! " Diza setengah berlari menuju pintu yang terbuka separuh. Memandangi tubuh Zeta yang mulai lenyap di ujung jalan.

Dia kembali ke meja makan. Menghabiskan coklatnya cepat lalu mencuci piring kotor diatas wastafel. Bergegas mandi dan berkemas. Dia sudah janji mengunjungi Segara ke rumahnya pagi ini.

Setelah mengunci pintu dia keluar pagar dan merapatkannya. Lalu berjalan di trotoar sambil menikmati suasana pagi yang sudah ramai dengan lalu lalang kendaraan di jalan raya. Kali ini langkah kaki Diza ringan menapaki gang kecil itu.

Tiba di belakang rumah tanpa pagar, dengan halaman dipenuhi rumput gajah yang dipangkas rapi, dia melangkah menuju pintu. Mengetuknya sembari memberi salam. Pintu terbuka, wajah Segara yang baru selesai mandi menyembul di baliknya. Senyumnya lebar menyambut Diza.

Membuka pintu lebih lebar lalu mempersilakan gadis itu masuk. Diza memperhatikan dapur yang terlihat cozy itu. Lebih lapang dari yang dilihatnya diluar.

Dinding berwarna krem dengan plafon putih yang pinggirannya diberi lis berwarna biru. Terasa lega dengan sedikit perabotan yang terlihat. Kitchen set minimalis, meja makan dengan enam kursi membuatnya betah duduk berlama-lama di sana.

" Minum apa, dik? " Segara muncul di belakangnya. Lelaki itu membuka lemari es besar dengan empat pintu dan mengeluarkan beberapa cetak kue dari sana.

" Abang bikin? " Diza mencomot satu bika ambon diatas meja. Segara tergelak. Tawa pertama yang didengarnya sejak pertemuan mereka tadi malam.

" Kamu kira abang bisa? " Segara membawa dua gelas kosong dan sekotak susu kedelai lalu duduk di sebelah gadis itu.

" Siapa tau sekarang abang udah sukses jadi pembuat kue? " Diza kembali meraih cake yang terlihat menggoda di depannya. Segara kembali tertawa lebar. Hatinya sedang senang. Dia bahagia kembali bertemu gadis ini.

" Hei! Bukankah sekarang banyak kisah orang sukses dari jualan kue rumahan begini? Bisa bikin rumah produksi sendiri! " Diza melotot merasa diremehkan.

Segara menepuk kepalanya yang dilapisi jilbab berwarna hitam. Wajah putih Diza tampak lebih cerah. Matanya mengerjap beberapa kali membuat Segara gemas.

" Abang ngga bakat di dunia itu, sayang! Bukannya jadi kue, tepungnya mungkin jadi bom kalo abang yang olah " ujar Segara disambut tawa renyah gadis itu.

" Telepon bang Arya, yuk, bang! " Diza mengeluarkan ponselnya.

" Nanti dulu! " Segara menolak. " Kita bikin surprise aja nanti kalo dia kesini! Sekaranng kamu harus cerita bagaimana kisah setelah kita berpisah! " lelaki dengan kaos oblong itu memperbaiki duduknya.

" Haruskah? " Diza tampak keberatan. Segara mengangguk pasti.

" Bagaimana kalo abang dulu! " Diza menatap dengan wajah polos. Segara menghela napas panjang.

" Baiklah! " jawabnya yang disambut mata berbinar milik Diza. Dia ikut memperbaiki duduk.

1
Dhedhe
deg²an bacanya ..ikut berimajinasi 🤭🤭
Iza Kalola
wow woww... sport jantung..🫠
Iza Kalola
penuh misteri 🫠
Aisha Lon'yearz
thanks dukungannya, kaka
Iza Kalola
cukup menegangkan dan aku suka cerita yang seperti ini... semangat thor, masih nungguin kelanjutan ceritanya./Determined/
Iza Kalola
keren, semoga makin banyak yg baca karya ini. semangat selalu author/Determined/
Aisha Lon'yearz
makasihhh 😊
Jasmin
lanjut Thor
Jasmin
aku suka, aku suka... gaya bahasa yg enak dan gak bisa di lewatkan per kata 🥰
Jasmin
mantap Thor
Jasmin
Arya 💥
Jasmin
keren Thor ..
Jasmin
keren
Fannya
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Daina :)
Ditunggu cerita baru selanjutnya ya, thor ❤️
Kieran
Membuat mata berkaca-kaca. 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!