NovelToon NovelToon
Kembali Ke Tubuh Yang Salah

Kembali Ke Tubuh Yang Salah

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / cintapertama / Reinkarnasi / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:49.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kak UPe

Nama ku Andine, aku adalah salah satu ketua geng preman cewek yang di segani. Hidup ku berantakan. Ayah ibu ku cerai, kakak- kakak ku tidak peduli dengan ku. Mess-up lah pokok nya. Jadi wajar saja jika jalan ini yang aku tempuh akhir nya.
Pertarungan antar geng, itu mah soal biasa bagi ku! Siapa sih yang tidak tahu Andine. Mau itu cowok atau cewek, aku tidak peduli. Kau menjadi musuh ku? Maka siap-siap kau akan ku hajar.
Hingga suatu ketika sebuah kecelakaan terjadi pada ku. Motor yang biasa aku kendarai tiba- tiba saja Rem nya Blong, Dan aku tidak sengaja menabrak seorang anak SMA yang sedang melintas di depan ku. Jalanan licin karena saat hujan di tambah lagi motor yang tidak dapat aku kendalikan, membuat aku tidak bisa menghindari nya.
Dan BOOOOM! Tidak ada yang aku ingat lagi setelah nya. Namun satu hal yang pasti, saat aku terjaga aku bukan diri ku lagi. Tiba - tiba aku malah sudah masuk ke tubuh siswa SMA yang aku tabrak tadi?
Apa yang sedang terjadi? Ini bukan tubuhku!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak UPe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18- KUNJUNGAN KAK ARLAN

Entah sudah berapa jam lama nya Alan mutar- mutar  tidak jelas. Masuk dari lorong yang satu dan keluar dari lorong lain nya tapi UKs yang dia tuju tidak kunjung dia temukan.

"Apa gue sesat?" Tanya Alan kesal dengan nafas ngos- ngosan sambol melihat ke arah jam tangan yang dia pakai.

"Ah! Sial! sejak kapan ni jam mati." Sungutnya saat sadar ternyata jam tangan yang dia pakai mati.

Alan kembali melihat ke kiri dan ke kanan. "Tapi ya masa gue sesat sih? Gue kan udah pernah pergi ke tu Uks! rasa nya ya sekitar- sekitar sini! Tapi ya kok gak ada?" Tanya Alan pelan dan kembali melemparkan pandangan ke setiap tempat. Kali aja memang dia ada salah belok tadi. Secara sekolahnya ini memang banyak belokan dan lorong.

"Lorong sebelah sana rasa udah gue lewati tadi. Yang sebelah sana juga!" Alan benar- benar dibuat kewalahan hanya untuk mencari UKS sekolah.

"Lo ngapain di sini Lan?" Sapa Andhine sambil menepuk pundak Alan dari belakang.

"Hannah?" Panggil Alan heran melihat Andhine udah nyandang tas aja.

"Lo ngapain liat gue kayak gitu? Dasar aneh! Di mana- mana ya! Orang kalau bolos sekolah ngacir langsung keluar sekolah! Gak kayak lo! udah skip the class whole day tapi elo nya masih di sekitar- sekitar sini doang. Nih tas lo gue bawain. Baik kan gue?" Andhine memberikan tas itu sedikit kuat ke Alan hingga membuat tubuh Alan agak terdorong ke belakang.

"Apa lo bilang barusan Hannah? Gue skip the class sepanjang hari ini? Emangnya udah jam berapa sekarang?" Tanya Alan dan langsung mengambil tangan Andhine untuk melihat jam berapa sebenarnya saat itu. Karena dia yakin, walaupun dia tersesat itu gak akan dari pagi hingga sore tiba.

"Jam empat?" Teriak Alan kaget.

"Jadi gue udah berlari selama lebih kurang enam jam?" Seru nya terhenyak kaget mendapati kalau dia benar- benar telah tersesat selama enam jam di sekolah nya sendiri. Enam jam mutar- mutar di tempat  yang sama?

"Hei! Malah bengong?! Gue duluan ya! Bapak pasti sudah nunggu di depan." Ujar Andhine lalu pamit.

"Gue ikut ama lo Hannah!"  Alan pun buru-  buru nyusul Andhine, dia tidak mau ntar dia kembali nyasar. Kan berabe kalau disasarin ampe tengah malam, apalagi sampai pagi.

***

Senyuman Eja udah mengembang sempurna di samping motor supra kebanggaannya.

"Loh, kok sendirian? bapak mana?" Tanya Andhine pada Eja yang datang sendirian menjemputnya pulang sekolah.

"Bapak gak bisa jemput kak. Soalnya ada tamu di rumah. Jadi aku deh yang jemput kakak. Yuk buruan naik." Seru Eja sambil menyodorkan sebuah helm ke Andhine.

"Wah siapa ini? gebetan lo Hannah?" Sorak Alan dari atas motor sport All New MT 25 milik nya.

"Gebetan? Aku ini adiknya kak Hannah, kak. Kakak temannya kak Hannah? Rasanya aku ada lihat muka kak di rumah sakit waktu teman- teman sekolah nya kak Hannah yang datang jenguk kak Hannah waktu itu. Kenalin, nama aku Eja." Eja mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Alan.

"Aku Alan. Aku teman sekelas Hannah. Aku baru tahu Hannah punya adik  se-tingkat SMA juga."

"Aku dan kak Hannah jarak nya gak jauh kak. Kak Hannah kelas tiga sedangkan aku kelas satu.”  Jawab Eja yang malah cepat sekali akrab nya dengan Alan.

"Motor sport All New MT 25  nya keren juga nih, kak? Kakak pasti anak horang kayah!" ujar Eja dengan mata yang tidak henti- henti nya melihat ke arah motor sport All New MT 25.

"Yang kayaaah bapak nyah! Aku mah kagaakh!" balas Alan yang ternyata bisa sama gila nya dengan Eja.

"Jiah! Kak Alan bisa aja. Lawakannya pool! Gue suka gaya lo!" Seru Eja sok asik.

Eja dan Alan pun tertawa seolah- olah mereka udah lama berteman.

"Mau coba gak?" Alan memukul pelan body motornya, menawarkan Eja untuk mencoba membawa motor Sport nya itu.

"Wah! Kesempatan satu banding seribu nih! kalau ditolak gak bakalan ada lagi. Tapi lain kali aja deh kak. Tabungan Eja masih belum cukup untuk bayarin kalau ntar body nya yang mulus ini lecet, hehe." Kekeh Eja, yang sebenarnya cukup menyesal menolak tawaran teman kakak nya itu. Tapi Eja cukup sadar diri. Motor teman kakak nya itu sangat mahal. Kalau sempat lecet dikit aja, mau bayar pakai apa coba. Sampai saat ini bulu kaki dan bulu ketek Eja habis di lelang, belum tentu lunas. Itu pun kalau ada yang minat dengan bulu kaki dan bulu ketek si Eja.

Alan yang mendengar perkataan Eja malah turun dari motornya dan membuka helm nya.

"Kalau kamu takut coba motor kakak, gimana kalau kakak yang coba motor kamu. Jadi konteksnya kamu itu bantuin bawain motor kakak. Ntar kalau ada lecet atau gimana, ya itu bukan kamu yang tanggung! Kan kakak yang minta tolong bawaain motor kakak ke kamu? Bagaimana?" tanya Alan sambil menyodorkan helm nya ke Eja.

Eja menoleh ke Andhine. Dan respon nya Andhine tidak melarang atau pun mengiyakan. Lebih ke terserah Eja nya saja.

"Oke deh kak. Eja bantu kak Alan bawaain motor ini ya. Ini kunci supra kebanggaan Eja." Eja pun menyerahkan kunci supra nya ke Alan.

"Dan ini helm nya. Kalau kakak gak sanggup makai nya minta aja kak Hannah yang pegang. Takutnya kakak gak bisa bernafas normal kalau pakai tu helm." Ujar Eja penuh makna.

Alan yang paham maksud perkataan Eja memilih menyerahkan helm itu pada Andhine. Untuk kali ini ALan akan membiarkan rambutnya di terpa oleh angin yang menyapa saat dia berkendara.

"Heiiii! Lo mau kemana?" Alan menahan ransel Andhine saat Andhine akan berjalan ke arah Eja.

"Ya gue mau ke sana lah! Adek gue kan pindah ke motor itu! Jadi gue otomatis pindah ke situ juga." Jawab Andhine dengan polos.

"Yang nyuru pindah siapa?" tanya Alan.

"Ya kagak ada yang nyuruh! Dia pindah, ya gue pindah!" jawab Andhine.

"Gak! Gak! gak! Lo duduk di belakang gue. Kita berdua naik supra, biar Eja sendiri aja naik tu motor. Udah buraan naik." Perintah Alan seenaknya setelah memindahkan tas ranselnya ke depan.

Andhine yang tidak ingin memperpanjang masalah akhir nya nurutin kata- kata Alan. Dia pun naik supra itu bersama Alan.

"FInal Destiny nya rumah ya kak? Kak Alan tahu rumah kita kan?" Tanya Eja memastikan.

"Oke." Jawab Alan.

"Pegangan yang kuat. Gue kurang mahir bawa supra!" Ucap Alan Sambil senyam senyum sendiri membayangkan dirinya dengan Hannah (Andhine) boncengan dengan supra.

Secara bukan apa- apa hanya saja tubuh Alan ini ya kira- kira 186 - 188 cm lah. Agak lain aja diikit liat cowong sejangkung dia bawa supra.

Tapi bukan sebuah pelukan dari belakang yang Alan dapatkan dari Andhine melainkan sebuah jitakan.

"Pletaaaaaak!"

"Aaaaaaaow!" pekik nya reflek memegang kepala nya.

"Lo apa- apaan sih Hann?" teriak Alan kesal karena gak ada angin, gak ada hujan pala nya di jitak oleh Andhine dari belakang.

"ELo tu yang apa-apaan??! Kalau lo gak bisa bawa nih supra, ngapain lo minta tukaran ama Eja tadi, kabel LAn?????? Dah jelas gue naik nih supra suka rada dag dig dug duaar gitu. Takut nih motor ngadat di tengah jalan. Ditambah elo nya gk bisa bawa nih motor dengan baik dan benar! " Celoteh Andhine.

Alan pun mengelingkan mata nya, dan menarik tangan Andhine untuk stand by di pinggang nya. "Ribut! udah pegang aja. Di jamin selamat sampai pelaminan." Ucap Alan asal dan langsung gas.

"Heeeeeeeeeeeeeeeiiiiiiii......" teriak Andhine kaget karena tahu- tahu si kabel Lan udah main gas aja.

Karena supra itu berjalan cukup kencang, Andhine pun mengeratkan pegangan tangannya. Sesekali Andhine melihat wajah Alan dari kaca Spion. Entah mengapa semakin Andhine lihat wajah Alan malah semakin terlihat tampan.

"Awas ntar lo jatuh cinta ama gue." Ujar Alan yang rupa nya menyadari kalau penumpang di belakang nya itu memperhatikan wajah nya sedari tadi.

"Idih! G-Er banget lo jadi orang. Gue liatin lo itu bukan karena apa- apa ya! Gue penasaran aja gimana sih tampang anak  horang kayah kalau sedang naik supra. Masih kelihatan kayah atau kagak?" Kilah Andhine.

Alan tidak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya melihat sebentar wajah manis itu lalu kembali fokus membawa supra yang pala nya geter itu.

Sesampainya di rumah Hannah...........

"Kak ALan makasih ya!" Eja melempar kunci motor sport itu ke Alan.

"Rasa keren banget kak! Doain aku jadi orang kaya ya kak, biar aku bisa beli motor kayak kakak."

"Aamiin! Makanya kamu harus rajin belajar Ja! Kak Alan yakin suatu hari kamu bisa beli motor sport kamu sendiri. Bahkan mungkin saja melebih motor ini." Ujar Alan sambil menyerahkan kunci supra tadi ke adik nya Hannah.

"Kalau kalian masih ingin ngobrol panjang, noh di warung sana aja lanjutin." Usir Andhine secara tidak langsung.

"Kakak kamu galak." Bisik ALan.

"Iya kak. Sian banget cowok yang jadi pacar kelak. Bakalan jadi korban kebengisan nya." balas Eja sambil berberbicara berbisik.

"Aaa-aaoew! kak Hannah ampun kak!!" Teriak Eja yang telinga dijinjit oleh Andhine seperti Andhine menjinjit kain kotor ke dapur.

"Bye Lan!" Ujar Andhine yang langsung menutup pintu tanpa basa basi pada Alan.

Alan pun hanya bisa garuk - garuk kepala melihat tingkah teman nya itu, kemudian dia pun pergi..

"Broooooooooooom . .. ngeeeeeeeeeeeeeng!!"

Suara motor sport Alan terdengar hingga ke dalam rumah Hannah di mana di dalam rumah itu ternyata ada seorang tamu yang sangat Andhine kenal.

"Kak Arlan?" Sebut Andhine dalam hati kaget melihat kakak nya ada di rumah Hannah.

Andhine buru- buru melepakan jewerannya dan meminta Eja untuk mengantarkan tas nya ke dalam kamar.

"Ja, tolong antarin tas kakak ke kamar." Andhine menyerahkan tas itu pada Eja padahal Eja sama sekali belum jawab iya atau tidak.

Setelah itu Andhine pun berjalan mendekat ke arah bapak, ibuk dan kak Arlan yang duduk di atas tikar.

"Kamu sudah pulang Hannah?" Sapa Arlan ramah.

"Hm- baru aja kak. Kak Arlan apa kabar? Ada angin apa nih sampai kak Arlan jauh- jauh kemari."  Tanya Andhine yang merasa senang akhir nya dia bisa berjumpa lagi dengan kakak nya ini.

"Tadi aku kebetulan lewat di sekitar daerah sini arah pulang dari  ke rumah sakit. Trus aku ingat bapak pernah bilang kalau kalian tingga dekat sini. Makanya aku singgah." Jawab Arlan sambil tersenyum manis pada Hannah  yang tanpa diketahui adalah Andhine adik nya.

"Aku boleh singgah ke sini kan pak? buk?" tanya Arlan ke bapak dan ibuk.

"Ya boleh lah nak Arlan! Ya masa gak boleh. Ntar kapan- kapan kalau nak Arlan mau pergi jenguk adik nya nak Arlan, kabari bapak dan ibuk juga. Kami sebenarnya juga ada rencana untuk jenguk adik nya nak Arlan yang bernama Andhine itu. Kami doakan Andhine segera sadar."

Ucapan bapak benar- benar terdengar sangat menyegarkan jiwa raga. Andhine merasa Hannah sangat beruntung memiliki keluarga seperti bapak, ibuk dan Eja.

Walaupun mereka semua hidup pas- passan dengan jumlah kursi makan yang hanya ada empat, dan ruang tamu yang beralaskan tikar seadanya. Tapi rumah ini sangat penuh dengan cinta. Kendaraan mereka pun hanyalah sebuah supra dengan kepala geter, tapi mampu menciptakan suara ceria.

Berbeda jauh dengan rumah Andhine dahulu di mana barang- barang mahal dan bermerek ada hampir di seluruh sudut ruangan. Guci- guci antik import dari luar negera berdiiri dengan pongah di samping pilar- pilar besar yang ada di dalam rumah gedongan itu.

Tapi sayangnya hanya tampilan dari rumah itu saja yang terlihat sangat wow dan memukau, segaris rasa cinta pun tidak pernah Andhine rasakan di dalamnya.

Yang kerap dia dengar setiap harinya hanya teriakan dan suara bentakan yang saling bergantian dari papi dan mami nya yang setiap kali berjumpa selalu saja ribut.. ribut dan ribut.

Senyuman dari kakak- kakak nya pun tidak pernah dia lihat.

Berbeda dengan hari ini, Andhine melihat kak Arlan yang jarang tersenyum itu malah tersenyum lebar saat ngobrol dengan bapak nya Hannah. Bahkan sesekali kak Arlan tertawa. Sungguh bukan seperti diri kak Arlan yang biasanya.

"Pak, buk! Hannah. Aku pamit dulu. Udah sore juga. Lain kali aku mampir lagi kemari." Arlan berdiri dan merapikan kemeja nya.

"Ya, silahkan. Pintu rumah kami terbuka delapan belas jam dalam sehari buat nak Arlan." Ujar Bapak yang langsung di sikut oleh ibu.

"Salah atuh pak! dua puluh empat jam! Bukan delapan belas jam. Si bapak gimana?" gerutu ibuk.

"Benar atuh buk. Bukannya hanya delapan belas jam. Enam jam nya lagi kita kan tidur, lantas yang buka kan pintu siapa?" Eh si bapak yang dikira semua orang serius malah melawak.

"Si bapak ada- ada aja. Arlan pulang dulu pak." Arlan reflek mengambil tangan bapak dan mencium nya. Setelah itu dia pun melakukan hal yang sama pada ibuk.

"Hati- hati di jalan nak Arlan." Ujar bapak saat supir kak Arlan sudah sampai di depan rumah Hannah.

"Ya pak, ntar di sampaikan ke pak supir." Balas Arlan yang mulai ikut- ikut melawak seperti bapak.

“Eh, nak Arlan bisa aja.” Ujar si bapak yang ditimpali senyum ramah oleh Arlan.

"Kakak pulang dulu Hannah. Sehat- sehat ya dek." Ujar nya tersenyum manis.

Andhine mengangguk dengan air mata yang mulai berjatuhan ke dalam hatinya. Sungguh dia ingin memeluk kakak nya itu dan mengatakan kalau dia adalah Andhine, adiknya yang sedang terbaring koma.

Tapi tentu nya hal itu tidak bisa dia lakukan.

Arlan pun telah pergi, Andhine, bapak dan ibuk kembali masuk ke dalam rumah.

1
THE END.MD
kelakuan mu aetherrrr 🤣🤣🤣🤣🤣🤣untung gak sawan tu alan di telefor lagi mandi semangat thorrrr up nya 👍👍👍👍👍
❤️ stella taher ❤️
aduh aether malaikat sembrona kamu 🤣🤣🤣
My Rosse
sengklek malaikat nya ini sii
Mrs.Riozelino Fernandez
wow 🤣🤣🤣🤣🤣
princess Halu
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
yuning
malaikat sableng 😁
Haryati
wkwkwk....aether ...oh aether....malaikat kok kelakuane ngono....🤦🤦
May Saroh
Luar biasa
princess Halu
kemana perginya si siluman unggas kenapa gak up lagi ya?
My Rosse
up nya mn ka upe...
❤️ stella taher ❤️
smoga slalu di kasih kesehatan yach kak upe,, di tunggu klnjutanny🥰🥰🥰
Mrs.Riozelino Fernandez
akhirnya terbongkar juga semuanya...
Haryati
jiwa julid aether keluar...😂😂😂😂
makasih udah up kak upe..🥰🥰💪
famida
Luar biasa
❤️ stella taher ❤️
ka upe kmna yach,, smoga sehat truz yach kak Upe,, di tunggu upny
lady daisy
bila updatenya thorr
Haryati
uhuy... Alan ter andine andine...🤭🤭🤭
Mrs.Riozelino Fernandez
jantung Alan mulai berdendang 😆😆😆
Emak Aisyah
😜😜😜😜
My Rosse
hahaaa koplak kau siluman unggas....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!