NovelToon NovelToon
Pernikahan Keduaku Yang Pertama

Pernikahan Keduaku Yang Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Lari dari Pernikahan / Selingkuh / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:14.8k
Nilai: 5
Nama Author: Seraphine E

Caroline menikah dengan Bastian selama 13 tahun, dan selama itu juga tidak pernah ada kebahagiaan didalam pernikahannya. Bahkan ketika Caroline menjadi buta karena menyelamatkan Bastian, pria itu seolah tidak peduli bahkan tega berselingkuh. Di saat terakhirnya, Caroline berdoa jika dia bisa memutar kembali waktu, dia tidak akan pernah menikah dengan Bastian.
Tak disangka dewa mengabulkan permohonannya dan membuat Caroline kembali ke masa lalu. Caroline kembali di hari ketika dirinya dan Bastian menikah.
....
"Aku Caroline Rexalion membatalkan pernikahanku dengan Bastian. Aku tidak sudi menikah dengan sampah sepertimu" seru Caroline dihadapan semua tamu undangan.
"Caroline, jangan main - main. Apa - apaan sikapmu ini?" Bastian marah dan mencengkeram Caroline.
"Kau baji*ngan sialan. Mati saja kau.. Buagh" Ucap Caroline dan meninju Bastian tepat dihidungnya lalu segera pergi meninggalkan altar.
"Caroline.. Kembali kau!!!" Teriakan Bastian dibalas dengan acungan jari tengah oleh Caroline.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23

Selama beberapa hari kedepan Caroline masih harus bersabar untuk tidak bertemu dengan Beatrice, ini karena ibunya masih harus melakukan perawatan di kota tempat dia tinggal sebelum dokter penggantinya datang.

Edward dan Phillip pun juga mendukung keputusan Beatrice, mereka tidak ingin terlalu banyak menuntut dan membiarkannya melakukan apa yang dia inginkan.

"Heyyo... Carol" panggil Leo sepupunya.

Caroline mendengus, sepupu yang usianya hanya terpaut beberapa bulan dengannya itu duduk dengan santai didepannya sambil menyeruput secangkir kopi pahit yang disediakan oleh Vivian.

Leo menyilangkan kedua kakinya, "Kita sudah lama tidak bertemu tapi sambutanmu begini kepadaku. Aku kecewa sekali" kata Leo.

Caroline memutar matanya, "Apa kau ingin mengajakku berkelahi? Tidak mungkin kau datang kerumahku tanpa pemberitahuan kalau tidak ada sesuatu yang mengusik pikiranmu"

"Katakan apa itu, aku sibuk sekali hari ini" ujar Caroline menatap sebal.

"Ah... jangan berkata begitu. Anggap saja ini hari keberuntunganmu" Leo melemparkan senyum psikopat ke arah Caroline.

Leo mengeluarkan ponselnya, setelah menatap layar ponselnya dan membuat Caroline penasaran dia menyerahkan ponselnya kepada Caroline.

Caroline menatap acuh, dan tak berusaha untuk memperhatikan apa yang ingin ditunjukkan oleh Leo padanya. Penyebabnya apalagi kalau bukan karena perhatian Caroline masih sepenuhnya memikirkan Beatrice yang kehilangan ingatannya.

"Lihat nih." Leo menunjukkan ponselnya. Caroline jengah dengan sikap Leo yang semaunya sendiri dan memaksanya melihat ponselnya, "Apa - apaan ini?" tanya Caroline.

"Sudah kubilang kan, kalau hari ini adalah hari keberuntunganmu" ujar Leo.

"Apa kau serius bicara begitu? Bagaimana hal seperti ini bisa kau sebut sebagai sebuah keberuntungan. Kau ini bodoh ya?"

"Ayolah Caroline.... Baca terus dan lihat di kolom komentarnya" ujar Leo sambil mengayunkan jarinya ke arah ponsel itu.

Caroline menatap tak percaya, tapi dia tetap menuruti Leo. "Eh, ada apa dengan komentar - komentar ini? Semuanya komentar positif"

Leo tersenyum pongah, "Kan, itu yang kubilang hari keberuntunganmu. Aku harus bekerja keras untuk membuat opini publik mendukungmu dan Louis"

"Kau bahkan bukan seorang selebritas, tapi berita tentangmu atau yang terkait denganmu selalu saja muncul dimana - mana" Leo menggelengkan kepalanya mengejek Caroline yang menatapnya haru.

"Awww terima kasih, aku mencintaimu Leo. Kau benar - benar yang terbaik" Caroline menyerahkan ponsel itu kembali ke pemiliknya. "Tapi siapa yang menyebarkan berita ini?"

Sebelum Leo menjawab, Louis sudah datang ke ruang tamu bersama dengan Edward.

"Leo?? Aku tidak tahu kau ada disini juga. Sedang apa kau disini?" tanya Louis.

Mereka bertiga memang sudah mengenal sejak kecil, tapi karena Louis harus melanjutkan pendidikannya keluar negeri membuat Leo tidak banyak berinteraksi dengan Louis. Sebagian besar masa kecil mereka bertiga memang lebih banyak dihabiskan dengan bermain, Caroline yang merupakan satu - satunya perempuan diantara mereka pun terbiasa bersikap seperti seorang putri dengan dua bodyguardnya sejak dulu.

"Dad, apa kau menemuiku untuk bicara soal ini?" tanya Caroline dan menunjukkan berita itu pada Edward.

"Hebat," gerutu Edward. "Kau sudah tahu lebih dulu ternyata"

"Tentu saja, daddy pikir darimana aku tahu kalau bukan dari keponakanmu yang sepagi ini sudah datang berkunjung" Leo menyipitkan mata mendengar ucapan Caroline yang terdengar sarkas itu.

"Caroline, aku bisa menjelaskan soal berita itu" kata Louis

Caroline memandang Louis. Wajahnya terlihat mendung seolah awan hitam menutupi wajahnya yang selalu terlihat cerah itu.

"Jelaskan apa?" tanya Caroline.

"Kau tidak perlu menjelaskan apapun, aku sudah menduganya sejak lama. Hanya saja karena kau menyangkal, kukira itu hanya perasaanku saja. Lagipula kenapa memangnya kalau kau pernah menjadi pasien rumah sakit jiwa. Selama kau tidak menyakitiku, bagiku tidak ada masalah"

"Aku bahkan berpikir jika semua orang didunia ini adalah orang gila, hanya saja mereka tidak sampai masuk ke rumah sakit jiwa. Kau ingat kan kejadian kemarin, hanya orang tidak waras yang melakukan pembakaran satu wilayah hanya untuk mengusir seluruh penduduknya. Kau pikir orang - orang seperti itu tidak bisa disebut orang gila?" kata Caroline.

Louis memberinya senyum girang, "Apa kau sungguh - sungguh dengan ucapanmu? Aku sekrang sedang berusaha agar aku bisa sembuh. Aku berjanji aku tidak akan menyakitimu"

Edward mengeluarkan suara dehem yang cukup kencang, "Kau ini, tentu saja kau akan berurusan denganku jika kau berani menyakiti putriku. Meskipun kau dan Caroline sudah berteman sejak kecil, aku akan tetap mengawasimu"

Leo menunjuk Louis, ujung jarinya dia letakkan didada Louis. "Kau harus mengawasi orang - orang disekitarmu. Apa kau tahu darimana asal berita ini bermula?"

"Dari rumahmu, aku melacak alamat IP Address akun yang pertama kali memposting berita ini, dan hasilnya adalah di rumahmu sendiri. Kau harus membasmi tikus dirumahmu sebelum mereka mengerat dagingmu" sahut Leo yakin.

"Dari rumahku? Maksudmu orang dirumahku yang mengatakan hal ini untuk menjatuhkanku?" tuntut Leo.

"Bisa jadi, apalagi sebentar lagi perusahaanmu akan go public kan. Ini cara ampuh untuk menggagalkan rencanamu itu" tawa Leo.

Suara tawa Leo bagaikan burung yang sedang tercekik ketika akan dipotong, "Aku sudah memberitahu yang harus kukatakan pada kalian. Jadi sekarang aku permisi dulu, aku berjanji untuk membelikan tas berlogo kereta kuda pada remaja yang membantuku mencari tahu soal ini"

***

Di kantornya Louis sibuk menerka - nerka siapa yang membocorkan tentang rahasianya, dari kolom komentar memang terlihat banyak yang mendukungnya tapi tidak di dunia nyata. Semua orang di kantornya mulai menatap aneh dan takut setiap kali berpapasan dengannya.

Louis kemudian berpikir kenapa aku harus merasa bersalah, bukan salahku jika aku sakit. Aku juga ingin hidup dengan normal. Kenapa aku harus peduli dengan apa yang mereka pikirkan, itu tidak ada untungnya bagiku

Louis memutuskan dia tidak akan lagi bersembunyi atau menyembunyikan tentang rahasia yang selama ini ingin dia tutupi, sudah saatnya dia berani menghadapi kenyataan didepan matanya.

Dari atas ruangannya, Louis mendongak kebawah, menatap pegawainya berlalu lalang di halaman. Kemudian dia menatap lurus kedepan dimana dia bisa memandang hamparan gedung - gedung tinggi yang silau akibat pantulan sinar matahari.

"Aku akan mencari tahu orang yang bertanggung jawab soal ini" kata Louis.

Suara kecil dikepalanya pun juga mengatakan hal yang sama, Fakta bahwa Louis mantan pasien rumah sakit jiwa memang tidak bisa dia bantah lagi, namun dia tidak mau hal ini membuatnya terguncang dan membuatnya hancur.

Louis membalikkan badan, menekan tombol di telepon ruangannya, tak lama kemudian Aurora masuk dengan senyum paling menawan yang bisa dia berikan pada Louis.

Rambut keritingnya tertata rapi, dengan riasan yang senada dengan baju warna merah kombinasi hitam yang dia kenakan. "Aku akan pergi keluar kantor dan tidak akan kembali. Kau bisa pulang lebih dulu jika pekerjaanmu sudah selesai" kata Louis seraya menyambar jas miliknya dan pergi dari ruangannya.

Aurora menggumam kesal, "Padahal aku sudah berdandan seperti ini agar aku bisa mengajaknya makan malam, tapi dia malah mengabaikanku. Kalau saja rencanaku tidak gagal" gumamnya kesal.

****

1
Aiko Clearesta
up thor wlau badai mnghdang
Anita Jenius
Ceritanya keren kak.
5 like + /Rose/buatmu sebagai hadiah perkenalan dariku. semangat ya kak.
Seraphine E: terima kasih banyak kak. 🙏🙏🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Aku mampir kak.. salam kenal..
Seraphine E: salam kenal juga kak.
total 1 replies
IndraAsya
👣👣👣
Bilqies
hai kak aku mampir yaach

jangan lupa mampir juga di karyaku
"Mencintaimu dalam DIAM"
Seraphine E: thank you kak
total 1 replies
Araa
Semangat thoor😆
Seraphine E: thank you kak /Angry//Determined/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!