"Aku tidak mau menikah dengannya, Bu!"
Ibram tidak mampu menolak keinginan ibunya untuk menikahi gadis pilihannya. Padahal Ibram sudah punya gadis impian yang ia dambakan. Ibu menolak alasannya, terpaksa Ibram menerima pernikahan itu meskipun sang istri berusaha mencintainya namun hatinya masih enggan terbuka.
Bagaimana kelanjutannya? Tetap ikutin cerita baru Mami AL. Jangan lupa like, poin, komentar dan vote. Mohon untuk memberikan komentar yang bijak.
Selamat membaca 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Arumi Bertemu Nadira
Selesai beberes rumah, Arumi meminta izin kepada suaminya melalui pesan singkat untuk pergi ke supermarket terdekat. Setelah mendapatkan balasan iya dari Ibram, Arumi pun segera berangkat seorang diri.
Ini adalah hari kedua pasca mereka mengadakan resepsi, Arumi ingin berbelanja beberapa kebutuhan rumah dan pakaian untuk dirinya.
Hampir 1 jam menjelajah isi supermarket, Arumi pun pulang. Sebelum ke rumah ia singgah ke sebuah outlet yang menjual ayam goreng cepat saji. Di sana tanpa sengaja ia bertemu dengan Robi.
"Arumi, kamu di sini juga?" sapa Robi.
Arumi menggerakkan dagunya pelan.
"Sendirian?" tanya Robi.
"Iya," jawab Arumi singkat.
"Naik apa ke sini?" tanya Robi lagi.
"Naik becak saja," jawab Arumi.
"Aku antar pulang, ya?" tawar Robi.
"Mohon maaf, Mas. Tidak usah," kata Arumi.
"Oh, baiklah."
Setelah membayar belanjaannya, Arumi segera pergi tanpa pamitan. Robi melihat dari kejauhan dan tersenyum.
Disaat bersamaan ternyata Nadira juga sedang berada di tempat yang sama dan baru datang. "Siapa tadi, Kak?"
Robi sedikit tersentak lalu menoleh, "Dira?"
"Perempuan tadi siapa?" tanya Nadira penasaran.
"Oh, dia istrinya Kak Ibram," jawab Robi.
"Oh," ucap singkat Nadira.
"Cantik 'kan?" Robi meminta pendapat tentang sosok Arumi kepada gadis di sampingnya.
"Ya, lumayan, sih!"
"Tertutup, santun dan pemalu," puji Robi.
"Istri orang tuh, Kak!" tegur Nadira mengingatkan.
"Tapi, Ibram tidak menyukainya!"
"Kasihan sekali yang menjadi istrinya, buat apa dinikahi kalau tidak cinta," celetuk Nadira.
"Entahlah, aku juga bingung!" kata Robi.
"Jika aku begitu, menurut Kak Robi aku cantik atau tidak?" tanya Nadira menatap pria dihadapannya.
"Cantik juga," jawab Robi membuat Nadira tersenyum senang.
"Cantik bukan dilihat dari penampilannya saja tapi sikap dan sifatnya!" lanjut Robi seketika Nadira terdiam.
"Kamu kenapa di sini? Tidak jadi berangkat ke luar negeri?" tanya Robi.
"Tidak, Kak. Aku ingin fokus berkarir di sini saja," jawab Nadira.
"Tumben sendiri?" tanya Robi lagi.
"Sopir dan asistenku lagi libur," jawab Nadira.
"Oh," ucap Robi singkat.
"Apa Kak Robi sedang sibuk?" tanya Nadira menatap pria dihadapannya berharap sesuai keinginan hatinya.
"Tidak juga. Memangnya kenapa?" tanya Robi sedikit memberikan senyuman.
"Bagaimana kalau kita mengobrol sambil minum kopi?" ajak Nadira.
"Boleh juga," Robi menyetujuinya membuat Nadira tersenyum.
-
Keduanya kini berada di kafe tak jauh dari tempat bertemu. Memesan 2 minuman yang berbeda.
"Kakak sudah lama mengenal istrinya Kak Ibram?" tanya Nadira.
"Belum juga. Kami baru beberapa kali bertemu tapi aku menyukainya," jawab Robi.
"Nanti Kak Ibram marah kalau tahu Kak Robi suka istrinya," celetuk Nadira.
"Biarin saja. Lagian dia juga yang bilang kepada kami, kalau mereka berdua menikah karena terpaksa," jelas Robi.
"Tapi, aku lihat istrinya sepertinya mencintai Kak Ibram," tebak Nadira.
"Takkan lama hubungan mereka, apalagi Ibram itu menyukai wanita lain," ujar Robi.
"Masa sih' Kak Ibram setega itu?" Nadira tak percaya Ibram pria yang tidak pernah ia dengar memiliki kekasih malah menyukai wanita lain selain istrinya.
"Ibram itu seleranya tinggi. Padahal 'kan belum tentu baik," sindir Robi menatap Nadira.
"Memangnya seperti apa tipe wanitanya?" tanya Nadira penasaran.
"Cantik, tinggi, putih, bola matanya indah, mungkin seperti boneka barbie gitu," jawab Robi.
Nadira malah tertawa mendengarnya.
"Dia mengharapkan sesuatu yang belum pasti," ucap Robi menyayangkan keinginan sahabatnya.
"Ya, Kak Robi benar. Cari yang pasti saja, persis seperti Kakak untuk apa mengejar istri orang lain mending dengan aku saja!" Nadira bicara blak-blakan.
Robi tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Kak Robi aku serius!" kata Nadira.
"Nadira, memangnya apa yang kamu harapkan dari aku?" tanya Robi menunjuk dirinya sendiri.
"Tidak ada. Tapi, aku yakin kita akan bahagia," jawab Nadira tersenyum manis.
"Jangan bercanda, Dira. Begitu banyak teman-teman kamu yang tampan dan ganteng selain aku, kenapa harus memilih aku?" tanya Robi geleng-geleng kepala.
"Aku juga tidak tahu," jawab Nadira santai.
"Sudahlah, kita cerita yang lain saja. Lagian aku belum mau menikah dalam waktu dekat ini," kata Robi.
***
Seminggu berlalu, Arumi kembali mendatangi supermarket tempat ia membeli beberapa barang kebutuhan rumah. Jaraknya memang tidak terlalu jauh dari pasar.
Mendorong troli Arumi mengelilingi lorong rak-rak yang berjejer rapi dengan berbagai aneka produk. Pelan-pelan Arumi memperhatikannya satu persatu.
"Mba Arumi!"
Arumi menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang.
Seseorang menghampirinya dan kini keduanya saling bertatapan. "Mba Arumi istrinya Kak Ibram, benar 'kan?"
Arumi mengangguk pelan mengiyakan.
Gadis itu tersenyum lega lalu mengulurkan tangannya, "Saya Nadira!"
Deg....
Jantung Arumi berdegup mendengar nama gadis dihadapannya, nama yang pernah diucapkan suaminya. "Apa mungkin Nadira ingin meminta pertanggungjawaban?" pikirnya.
Arumi menyambut uluran tangannya dengan ragu dan berucap," Ya, saya Arumi."
"Saya senang kita bertemu di sini," kata Nadira tersenyum.
Arumi hanya mengulas senyum tipis.
"Teman-temannya Kak Ibram selalu cerita banyak tentang Mba Arumi," ujar Nadira.
Arumi hanya diam membiarkan Nadira terus berbicara.
"Kak Ibram pria yang baik dan tampan, saya rasa dia sangat cocok dengan Mba Arumi."
"Maksudnya apa, ya?" Arumi menautkan alisnya.
"Saya sudah tahu tentang kehidupan rumah tangga kalian. Bagaimana Kak Ibram dan Mba Arumi dijodohkan, tapi saya berharap kalian diberikan kebahagiaan."
"Saya tidak mengerti dengan ucapan kamu," kata Arumi.
"Mba Arumi adalah wanita baik dan sholehah. Serta seorang istri dari Kak Ibram, saya mohon pertahankan rumah tangga kalian," pinta Nadira.
Arumi semakin tak mengerti dengan perkataan Nadira. Bukankah suaminya menyukai gadis dihadapannya? Tapi, kenapa Nadira malah memohon Arumi untuk mempertahankan pernikahannya?
"Mba Arumi, sesama wanita pasti sudah paham dengan ucapan saya," kata Nadira.
"Saya sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan kamu," ucap Arumi.
Nadira menarik napas sejenak lalu dihembuskannya. "Baiklah, Mba Arumi. Saya akan jelaskan maksud dari obrolan kita biar tidak berbelit."
"Kak Robi menyukai Mba Arumi, tapi saya tidak akan tinggal diam dia merusak rumah tangga Mba Arumi dan Kak Ibram," lanjutnya.
"Kamu menyukai Mas Robi?" tebak Arumi.
Nadira terdiam.
"Saya sangat mencintai Mas Ibram, kamu tidak perlu khawatir. Saya bukan wanita yang begitu mudah memindahkan hati," kata Arumi.
"Baguslah, jika Mba Arumi sudah paham," ucap Nadira tersenyum.
"Saya akan mendukung kamu," kata Arumi.
"Terima kasih, Mba."
Arumi mengangguk sembari tersenyum.
Pertemuan keduanya pun berakhir di sana. Arumi melanjutkan kegiatan berbelanjanya dan Nadira lantas berlalu.
Arumi tersenyum lega karena Nadira tidak mencintai suaminya. Kesempatan dirinya untuk mendapatkan hati Ibram semakin luas tanpa harus ada saingan. Dia berharap Nadira terus mengejar Robi sehingga pria itu tak perlu mengusik kehidupannya lagi.
Robi sm Anissa
biar sm² bs memperbaiki diri