Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 23
Nining selesai mandi dengan penampakan pagi tadi. Ia keluar dari dalam kamar mandi dengan Ilham duduk di ranjang sembari membaca buku.
Nining mencari tasnya yang tidak terlihat. "Abi... Dimana tas ku?"
Ilham baru sadar setelah Nining bertanya padanya. Nining saat ini benar-benar menguji imannya. Ia juga baru ingat jika pakaian Nining telah Ilham antar kerumah mereka.
"Astaghfirullah Mi. Abi lupa kalau pakaian Ummi sudah di rumah kita." ucap Ilham yang berpikir untuk meminjamkan pakaian ke orang tua perempuannya saja. "Ummi duduk aja dulu di sini. Abi keluar sebentar untuk meminjamkan pakaian Uma." Ilham menepuk ranjang sembari meletakkan buku dan kacamata di sisi sampingnya.
Nining merasa kedinginan saat ini. Ia tidak mampu menahan hawa ruangan yang menggunakan pendingin udara. "Abi tunggu!" panggil Nining sesaat Ilham ingin berdiri.
"Kenapa Mi?"
"Aku boleh enggak pinjam sarung Abi dulu. Dingin banget Bi." pinta Nining sembari mengelus-elus kedua lengannya.
Ilham melihat kulit Nining yang merinding itu langsung mengambil sarungnya dan memasangkan di Nining dengan tidak sengaja ikatan handuk Nining terbuka. Ilham melihat penampakan itu begitu saja langsung melilitkan tubuh Nining dengan sarung.
Zulaikha yang lupa mengetuk pintu dan langsung masuk. Ia begitu histeris melihat Ilham yang terlihat seperti ingin membunuh anak menantunya. "Ilham..." teriak Zulaikha dengan cepat masuk ke dalam kamar mendekati anaknya. "Kamu tega mau membunuh Nining kayak begini."
Ilham terdiam, ia baru sadar jika Nining saat ini tenggelam dalam sarungnya. "Astaghfirullah... Maaf Mi." Ilham membuka sarung batas kepala Nining.
Nining meniup rambutnya yang menutupi wajahnya. "Aku masih hidup kok Bi." ucap Nining yang kesal dengan tingkah Ilham.
"Ummi jangan ngomong kayak begitu. Ab—"
"Kamu benar-benar keterlaluan Ilham. Ternyata kamu menyiksa istri mu secara diam-diam di belakang kami." Zulaikha tidak bisa mengantur suaranya yang terdengar melengking sampai-sampai Basro yang baru saja pulang mendengar suara istrinya. Ia pun langsung ke dalam kamar dengan melihat rupa menantunya yang hanya bagian kepala saja terlihat.
Nining juga tidak menggunakan hijab dengan rambut yang basah.
"Uma dengarkan penjelasan aku dulu." Ilham berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
"Ada apa ini?" tanya Basro yang berjalan mendekat.
"Abah.."
"Lihat kelakuan anak mu saat di belakang kita. Ilham sedari pagi saja sudah membuat Nining terluka dan sekarang dia membungkus Nining kayak es mambo begini." tunjuk Zulaikha pada rupa Nining.
"Bukan begitu ceritanya Uma. Seng sabar. Jangan main menuduh aja. Ini Nining tadinya habis mandi terus aku lupa kalau semua bajunya sudah aku bawa ke rumah. Tadinya mau meminjam baju Uma. Berhubung Nining kedinginan jadinya dia pinjam sarung ku. Aku ini mau memasangkan sarung ke dia, Uma." jelas Ilham secara langsung.
"Iya enggak begini juga kamu memasangkannya Ilham. Kamu itu kayak mau membunuh Nining kalau modelnya kayak begini." ucap Basro menujuk rupa Nining.
Ilham kembali melihat Nining yang hanya diam saat kedua mertuanya sudah salah sangka. Ia sebenarnya juga kesal dengan Ilham yang langsung menutupi semua tubuhnya secara spontan. Nafasnya saja susah untuk di tarik tadinya.
"Maafkan Abi, Mi. Abi kaget aja tadi." ucap Ilham yang secara tidak langsung membuat Zulaikha dan Basro melirik satu sama lain.
Basro memberikan kode agar keluar dari kamar anaknya itu. Zulaikha mengucap istighfar kembali. Lagi-lagi ia sudah salah sangka. "Iya sudah kamu gendong Nining untuk duduk dulu di ranjang dan kasih Nining makan. Uma mau ambil baju sebentar." Zulaikha meletakkan nampan di atas meja kecil dekat ranjang. Setelahnya kedua pasutri paruh baya itu meninggalkan kamar sembari menutup pintu.
Ilham begitu saja menggendong Nining untuk duduk di atas ranjang. "Maafkan Abi ya Ummi. Abi tadi kaget bukan hal lainnya." ucap Ilham mulai merapikan sarung yang di gunakan Nining dengan sarung itu begitu saja terbuka sampai bagian dada Nining terlihat jelas di hadapannya.
Ilham menarik nafas dengan berusaha santai menutupi Nining. Sedangkan Nining begitu santai saja. Ia tidak begitu ambil pusing dengan dirinya yang saat ini merasakan tubuhnya mulai demam. Penyakit alerginya itu akan merambat jika ia tidak segera minum obat.
"Ummi cepetan makan. Setelah itu minum obat." Ilham mendekati sendok yang sudah ia isi dengan nasi.
Nining begitu saja memakan suapan dari Ilham. "Terimakasih ya Bi." ucap Nining dengan suara parau.
Ilham memperhatikan gerak-gerik Nining yang terlihat semakin lemas. Ia pun langsung memegang kening Nining yang ternyata benar sudah mulai panas. "Astaghfirullah Mi. Kamu demam."
Nining mengangguk saja dengan kepalanya mulai berputar-putar. Perlahan tapi pasti Nining merebahkan tubuhnya. "Aku enggak kuat lagi Bi untuk duduk. Kepala aku rasanya ada burung beo yang menari-nari." ucap Nining sembari memejamkan matanya.
Ilham begitu khawatir dengan meletakkan benda di tangannya itu di tempat semula. "Ummi minum obat dulu ya sayang." Ilham membuka satu persatu obat di dekatnya.
Nining tidak menyahut dengan Ilham memperhatikan kondisi Nining yang terlihat tertidur begitu saja. Ia pun secara paksa memakan pil itu dan menyodorkan mulutnya untuk memasuki obat ke dalam mulut Nining.
Zulaikha yang begitu saja masuk melihat tingkah anaknya. Ia kembali menutup pintu. "Astaghfirullah... Aku datang di saat yang kurang tepat." Zulaikha baru sadar bahwa anaknya telah menikah dan ia tidak bisa main masuk saja. Ia pun mengetuk pintu dulu.
Tok tok tok.
Ilham yang telah berhasil memasukkan obat ke dalam tubuh Nining hanya bisa tersenyum dan berdiri untuk membukakan pintu. Ia tahu bahwa tadinya Zulaikha sudah masuk namun keluar lagi.
"Ini pakaiannya. Lain kali di kunci pintunya." Zulaikha memberikan pakaiannya pada Ilham.
Ilham hanya tersenyum dan mengangguk saja.
"Iya sudah masuk sana. Ingat! Jangan melakukan itu dulu sampai dia sembuh." Zulaikha mengingatkan dengan Ilham baru sadar jika istrinya tengah datang bulan.
"Uma menyimpan pembalut enggak?"
Zulaikha langsung menebak bahwa Nining tengah datang bulan. "Sebentar Uma belikan dulu. Kamu lihat di ranjang ada yang sudah merembes belum di sana. Kalau sudah segera ganti seprai yang baru. Ini tugas kamu sebagai suami Ilham. Jangan ada kata malu dan takut. Uma mengerti di posisi kamu saat ini." Zulaikha baru menyadari atas perbuatan Ilham yang baru saja menikah. Wajar saja anaknya itu membungkus istrinya menggunakan kain sarung sesaat Nining habis mandi.
Ilham hanya bisa mengangguk dengan tersenyum. Zulaikha begitu saja meninggalkan anaknya untuk membeli pesanan Ilham.