Hati Seindah Bunga

"Bapak, tolong permisi', ucap si petugas kebersihan.

Tiara menoleh ke arah pintu. Mata Tiara dan Andika bertemu sehingga Andika tidak bisa lagi berbalik pergi.

"Andika?, sedang apa kamu disini?", tanya Tiara, mendekat.

"Ada reuni mendadak. Setelah bertemu dengan mereka, aku memutuskan untuk berkeliling melihat-lihat. Kamu sendiri sedang apa disini?".

"Menemani Rangga latihan. Ayo masuk, nanti ku perkenalkan kamu dengan mereka".

"Nggak usah, nanti aku mengganggu mereka".

"Nggak kok. Ayo".

Tiara menarik tangan Andika masuk ke dalam ruangan. Surya melihat Tiara bersama dengan orang yang tidak dikenalnya, membuatnya gelisah di atas panggung dan ingin rasanya menemui Rangga di belakang dan memberi tahu perihal yang dilihatnya.

"Surya giliranmu!. Surya!", teriak sutradara.

"Maaf, kita coba lagi", ucap Surya.

"Ayo sekali lagi. Seriuslah sur".

Mariah tidak sengaja melihat Andika ketika mengintip Tiara dari balik tirai samping panggung .

"Sungguh tampan", puji Mariah tanpa sadar dengan pipi merah merona.

"Kamu demam?", tanya Rangga , menyentuh jidat Mariah.

"Sejak kapan kamu menyukainya?", lanjutnya.

"Bukan Surya tapi, pria yang sedang mengobrol dengan Tiara di sana", tunjuknya.

Rangga mengikuti arah jari telunjuk Mariah. Nampaklah Andika sedang mengobrol bersama dengan Tiara sambil tertawa lepas. Rangga terbakar cemburu dan menghampiri mereka.

"Sedang apa dia disini?!".

"Dia lagi reunian disini dan tidak sengaja lewat di depan. Aku melihatnya dan mengajaknya masuk".

"Lalu kamu percaya dengan ceritanya?. Tiara.. Tiara.. Kamu lugu atau bodoh?!".

"Hati-hati kalau bicara ", Andika mengingatkan.

"Jangan ikut campur!".

"Bicaramu kasar kepadanya. Aku berhak ikut campur!", kali ini Andika turut melantangkan suaranya.

"Tiara jujurlah, kamu kan, yang memintanya datang kemari?".

"Dia tidak tahu apa-apa".

"Jangan mencoba membelanya!", kali ini Rangga setengah berteriak membuat semua orang menoleh ke arah mereka.

"Aku perhatikan sejak tadi siang emosimu tidak terkendali. Lebih baik aku pulang sekarang", Tiara mencoba mengalah.

"Pulanglah!. Dan nikmati waktu-waktu berdua kalian!".

"Sepertinya dia kurang istirahat sehingga emosinya nggak stabil", ucap Surya kepada Mariah.

"Seperti saat itu dia ketiduran di ruang tunggu", timpal Mariah.

Brruukkk!!!

"Rangga!, teriak Tiara seketika Rangga jatuh pingsan di hadapannya.

Semuanya berlari mengerumuni Rangga dan Tiara.

"Cepat pesan taksi online!", perintah pak sutradara.

"Pakai mobil saya saja", Andika menawarkan bantuan.

"Baiklah. Angkat dia".

Andika menggendong Rangga masuk ke dalam mobil.

"Pergilah kalian berdua ke rumah sakit duluan. Tiara jangan lupa kamu kirim pesan ke Surya di rumah sakit mana kalian membawanya".

"Baik, pak".

"Kalian kembalilah pulang. Kecuali Mariah dan Surya, kalian tunggu di sini. Setelah menerima pesan dari Tiara, susullah mereka. Saya akan menemui pihak gedung untuk mengganti jadwal pertunjukkan".

...****************...

Tiara tidak henti-hentinya menangis dan menyebut-nyebut nama Rangga. Andika merasa bersalah dengan sikapnya yang mengedepankan emosinya yang tidak berarah itu.

"Dika, kamu tahu mengapa aku tidak meninggikan nada suaraku?", tanyanya usai menghapus airmatanya.

Andika menggelengkan kepalanya.

"Karena, aku tahu kalau dia marah bukan dari dalam hatinya tapi, karena emosi atau dari perasaan yang dipendamnya", lanjutnya.

"Maksudmu apa?, aku tidak mengerti?".

"Dia kecapean, Dik. dulu saat kami masih SMA, ada satu mata pelajaran yang tidak memenuhi standar. Meski, dia mencoba mempelajarinya dan mengikuti remedial, masih saja tidak memenuhi standar. Dia membenci dirinya hingga marah-marah nggak jelas kepada siapapun yang ditemuinya. Meski, telah ku jelaskan setiap orang ada kemampuannya masing-masing. Kalau hanya satu mata pelajaran yang merah, tidak akan membuat kita tidak naik kelas. Tapi, dia menginginkan kesempurnaan ada pada dirinya. Meski, akhirnya dia mampu melakukannya hingga melebihi standar. Seperti sekarang, seperti yang kamu lihat. Demi menggapai cita-citanya dia tidak memperhatikan jam istirahanya", cerita Tiara membuat Andika sadar akan kedekatan mereka.

"Kita sudah sampai", ucap Andika.

Bersambung. ...