Skandal Mantan Ipar

"Kita menculik siapa sih?" Biru mengeluh karena sedari tadi anak rese itu terus meminta ini dan itu. Bahkan, sudah sebesar itu saja minta bermain kuda kudaan.

"Anak konglomerat!" Dengan santai, Blue melepas asap rokok dari mulutnya. Sedikit tenang karena Gerald sudah tertidur.

Biru menghela berat. "Tebusannya sudah dibicarakan belum?" tanyanya.

"Bos kita hanya menyuruh menculik, tidak menyuruh kita meminta tebusan!" sergah Blue ketus.

"Percuma saja!" sela Biru tak kalah berang.

"Tidak percuma karena Boss kita sudah bayar tunai, makanya diam dan menurut lah, jadi babu anak itu bila perlu!" sambung Blue lagi.

"Ya Tuhan!" Biru menghela napas dalam lalu menghentaknya kesal. "Sabar Tuhan!"

Blue tertawa, adiknya ini sok sokan mengadu, berkeluh seperti ahli surga yang padahal tingkahnya ahli neraka. "Punya Tuhan juga kau hmm?"

"Kau pikir, aku hewan yang menetas sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan?" Gerutuan Biru membuat Gerald cekikikan di kamarnya.

Sedari tadi Gerald mendengarnya, tapi pura- pura tertidur kelelahan setelah cukup lama dia membuat paman Biru kewalahan dengan permintaan anehnya.

Gerald yakin paman ini tidak cukup beres, dan benar saja ternyata dirinya menjadi target penculikan setelah identitasnya diketahui orang banyak termasuk Daddy Elang.

Hal yang sedari dulu ditakutkan ibunya kini terjadi pula. Tapi Gerald tidak perlu takut, Noah pasti akan bisa menemukannya seperti biasanya, apa lagi sekarang ada Daddy Elang.

Lagi pula, sejauh ini penculik itu tidak menyakitinya. Dan Gerald yakin itu semua karena dirinya cucu dari orang terpandang.

...▫️▫️▫️▪️▪️▪️...

"Bagaimana?"

Di mobil, Elang mengubungi Luke yang sedari tadi justru diam tak bersuara.

📞 "Sepertinya aku terkecoh!"

Luke merasa ada yang janggal setelah melewati terowongan gelap yang panjang, dan setelah keluar dari terowongan ternyata dia mengikuti mobil yang salah.

Mobil itu berhenti di depan apotek, dan terbuktikan setelah dia beranikan diri untuk membuka pintu mobil kosong tersebut.

Jelas, penculik tahu jika mereka diikuti dan mencoba mengalihkan dirinya agar selamat dari kejaran-nya. 📞 "Sial!" umpatnya.

Elang berterima kasih atas kerja keras yang Luke lakukan. "Noah sudah melacak asal jaringan terakhir yang mereka gunakan, so lebih baik, cepat, bantu kami!"

📞 "Bagikan lokasinya!" titah Luke.

"Hm." Elang mematikan sambungan teleponnya, lalu membagikan lokasi terkininya pada Luke.

Elang yang bergantian menyetir, sebab Noah harus mencari tahu jalan menuju arah GPS dari laptop kecil buatannya. Ada data- data yang tidak terduga telah dibukanya, salah satunya nomor telepon Lucas.

Ceroboh sekali mereka, meninggalkan nomor di telepon Elang. Lalu Lucas sendiri harus menelepon penculik dengan nomor aslinya.

Inilah enaknya memiliki identitas yang disembunyikan, Noah tak pernah tunjukkan kepiawaiannya dalam bidang IT pada siapa pun kecuali Gerald, Glory dan Oliver.

Lucas menjadi menyepelekan dirinya hingga tanpa sadar melakukan kecerobohan kecil ini, dan mungkin, memang Lucas yang menjadi dalang penculikan Gerald.

Sialan, padahal dirinya sudah sangat amat berharap jika Lucas akan menjadi ayah yang baik untuk dia dan adik adiknya. Tapi setelah tahu nomor Lucas ada di antara panggilan kontak penculik, dia mengutuk lelaki itu.

"Beberapa menit yang lalu, Lucas menelepon nomor penculik, " infonya. Glory lalu menolehkan kepalanya, terkejut.

"Jadi ini ulah dia?!" tuduhnya segera.

"Mungkin saja," sambung Elang. Mengingat bagaimana mereka menyuruh Elang mundur dari Glory, kemungkinan itu bisa terjadi.

Noah menatap Elang dari jok penumpang di sisi kemudi. "Semua ini karena mu, kalau kau tidak datang menemui kami, semua ini tidak akan pernah terjadi, Tuan!"

"Maaf." Elang tahu dia salah, dan dia tidak segan untuk mengatakan itu.

"Tapi bukankah semua yang terjadi di bumi ini, masih turut kehendak Tuhan? Termasuk, pertemuan kita tempo hari di Cafe shisha."

Noah memalingkan maniknya, wajahnya menyinis. Dan jika seperti itu Elang yakin, darah Glory yang mengaliri putranya sebab dirinya tak punya watak keras seperti itu.

"Ke kanan!"

Elang menuruti apa yang Noah arahkan. Dia sopirnya sekarang, dan sebentar lagi mereka akan sampai ke titik paling dekat dengan lokasi pemilik nomor.

Mobil berhenti, tepatnya di depan hotel bintang lima yang ramai. Ini yang mungkin mereka pikir akan mengecoh, tapi tidak karena Noah langsung melacak dari sumber.

Namun, tetap saja mereka tidak yakin jika di penelepon ada bersama Gerald. Dan pucuk dicinta, si penculik kembali menelepon, hingga Elang mengangkatnya dengan segera.

"Yah!" jawabnya cepat. Lelaki di seberang sana tertawa, mungkin senang dengan tanggapan panik ayah korbannya.

📞 "Kenapa belum juga ada kabar jika Robin membatalkan kerja samanya dengan Millers corpora hah?!" tuntutnya.

Elang mengusap kening. "Tidak semudah itu, bersabar, semua perlu waktu bukan?"

📞 "Tapi anak mu sudah cukup merepotkan, kau harus segera atasi ini. Atau terpaksa sekali aku menyakiti putra mu!" ancamnya.

Elang semakin cemas. "Sabar, kami sedang mengusahakannya." Disaat yang sama, mobil Luke tiba di sisi mobilnya.

Luke lalu melemparkan pistol pada mobil Elang lengkap dengan jaket yang membalut benda api itu.

📞 "Hooo, aku di sini bersama Paman yang tampan. Kau sangat tampan!" Suara Gerald yang Elang yakini itu adalah kode.

📞 "Bagus, puji lagi paman mu, Nak!" Ada sahutan dari lelaki yang lain.

Elang menatap Noah yang juga menatap ayahnya. Berarti sudah jelas jika Gerald berada di hotel tersebut bersama penculik.

Tidak ada waktu lagi, kalau memang benar Gerald ada di dalam sana maka secepatnya mereka harus tembus kamar- kamar hotel yang penculik sewa.

Pistol di tangan Noah tampak luwes, pemuda itu terbiasa menggunakan benda api tersebut, tak sia sia Glory menyuruhnya berlatih bela diri selama jauh darinya. Noah menyelipkan benda itu di pinggangnya.

Elang, jujur saja tidak terlalu handal menggunakan benda api. Makanya, Elang lebih suka meraih rantai tongkat yang Luke tawarkan, setidaknya dia pandai bermain itu.

Luke tertawa karena Elang tampak polos dalam urusan senjata api. Jelas, Elang hanya handal dalam bidang merayu wanita saja.

"Kalian hati hati!" Glory menunggu di mobil bersama Oliver, tapi menatap Elang penuh harap, seperti sedang menitipkan Noah dan Elang mengusap pucuk kepala wanitanya.

Seperti penginap lainnya, Elang, Luke, Noah, berjalan seperti biasa. Tiba di resepsionis, dia menunjukkan foto Gerald untuk meminta bantuan mereka.

Noah yang menceritakan detil perkara pada pihak resepsionis. Dan agaknya pihak hotel begitu baik dalam merespon.

Ditunjukkannya kamar yang dipesan atas nama Alex Miller, di mana Noah sendiri cukup tersentak mendengarnya. "Alex Miller?"

"Benar," kata pria itu. Jadi inikah cara seorang Kakek menjemput cucunya? Sungguh, Noah dibuat semakin mengepalkan tangannya.

...📌 Mentemen maaf kalo lama, ini tadi siang ada revisi di bab bab awal makanya waktuku tersita oleh itu....