*Karena kecelakaan mobil yang pria itu alami, dia diagnosa mengalami kelumpuhan permanen pada kakinya. Karena itu dia di copot dari ahli waris keluarga barbara.
*Gadis itu adalah anak angkat dari keluarga braham yang di paksa menikah dengan tuan muda barbara yang lumpuh. Semua orang mengetahui bahwa dia adalah gadis bodoh yang mengidap penyakit mental.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Balala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pingsan
"Yang itu, maukah kamu menjelaskannya?" Sheila menatap orang yang terbaring di tempat tidur.
"Jelaskan apa? Semua orang tahu bahwa kamu istri ku, atau menurut mu menjadi istri ku akan membuat mu merasa bersalah?" Brayan mengangkat alisnya.
Sheila tertegun sejenak. Dia memandang brayan dan berfikir sejenak, dia merasa perkataan brayan tidak ada yang salah. Namun, intuisinya mengatakan bahwa dia telah di tipu oleh brayan.
"Ini sudah larut, jika kamu tidak ingin membantu ku lupakan, saja." brayan mengesampingkan buku itu, nada suaranya masih dingin.
Sheila bergumam di dalam hatinya tapi masih masuk ke kamar.
Dia melihat halaman pertama buku catatan itu dan meminta brayan melepaskan celananya.
"Yang itu... bisakah kamu melepaskan celana mu sendiri?" Sheila menatap brayan.
Tidak peduli apa, dia adalah seorang wanita. Dia kurang lebih polos.
"Perban di tangan ku di buat oleh dokter yang kamu pesan." Brayan mengangkat tangannya saat dia berbicara.
Sheila teringat kembali saat sebelum andre datang. Ketika brayan sedang makan, sheila memperhatikan bahwa lukanya sepertinya tidak diobati. Dia bahkan meminta jackson memanggil dokter untuk membalut lukanya. Saat itu, dia berjanji akan menjaga brayan dengan baik setelah di balut.
Sheila mengerti apa yang brayan maksud, arti kata-katanya adalah brayan ingin dia melepas celananya!
Memikirkan hal ini, dia mengepalkan tinjunya dan berjalan ke sisi brayan.
"Aku tidak akan memaksa mu, jika kamu tidak bisa melakukannya, jangan lakukan itu." Suara brayan masih dingin. Begitu dia selesai bicara, dia mendengar suara.
Ikat pinggangnya di lepas oleh sheila.
"Siapa bilang aku tidak bisa melakukannya?" Sheila mengangkat alisnya sedikit, tetapi ketika dia melihat paha brayan. Dia tercengang.
Paha brayan memiliki luka besar dan kecil yang mengejutkan untuk di lihat.
"Apa kamu takut?" Brayan mengejek.
Sheila mengangkat kepalanya dan melihat perban di tangan brayan. Ada tatapan rumit di matanya. Dia hanya sedikit terkejut, " Saya ingat titik akupuntur yang di sebutkan oleh dokter andre di mulai dari posisi ini ,bukan?"
"Di sisi ku bukan lah tempat yang aman. Jika kamu mengikuti ku, apakah kamu bisa hidup dengan aman atau tidak adalah sebuah masalah. Belum terlambat bagimu untuk menyesalinya sekarang.." Brayan menunduk, bulu matanya yang panjang menutupi semua emosinya.
Sheila mengambil catatan yang dia buat. Ketika dia mendengar kata-kata brayan. dia menoleh dan berkata dengan ekspresi yang sangat serius. "Jika bukan karena kamu, saya khawatir saya masih berada di keluarga braham. Karena saya memilih untuk mengikuti kamu, saya tidak akan menyesalinya. Tentu saja, jika kamu berpikir saya akan menyeret mu ke bawah, saya akan menggunakan kekuatan saya untuk membuktikan bahwa saya tidak lebih buruk dari orang lain."
Brayan menatap matanya dan semakin mengernyit.
Dia tahu bawah sheila tidak bercanda.
"Apa urusan mu sudah selesai di sini?" Brayan bertanya.
Sheila mengangguk, "Pada dasarnya sudah selesai, saya juga mendapat tiket untuk kompetisi desain QW. Kompetisi akan di mulai bulan depan. Ini masih awal. Jika waktunya tiba saya akan ke negara S sendirian."
"Kalau begitu saya akan mengatur seseorang untuk memesan penerbangan kembali.." Brayan melihat wajah sheila.
Perhatikan sheila tertuju pada buku itu. ketika dia mendengar ucapannya, dia hanya mengangguk dan tidak menjawab. Dia hanya dengan serius mempelajari lokasi spesifik dari setiap titik akupuntur.
Penjelasan andre sangat detail. Sheila menekankan penjelasannya selangkah demi selangkah tetapi tidak menyadari bahwa ekspresi brayan tidak benar.
Setelah sheila menyelesaikan seluruh rangkaiannya, dia berbalik dan melihat brayan menutup matanya. Ekspresinya sangat aneh.
"Apa karena aku salah menekankannya?" Sheila bertanya.
"Tidak, kamu melakukannya dengan sangat baik. Ini sudah larut. Istirahat lebih awal." mata brayan setengah tertutup dan suaranya serak.
Sheila tidak bisa menahan diri untuk tidak menggigil. Samar-samar dia bisa merasakannya. Kondisi brayan tidak baik, tetapi untuk sesaat, dia tidak tahu apa yang salah.
"Jika tidak ada yang lain, aku akan mandi. Nanti aku akan mengambil air untuk menyeka tubuh mu. jangan bergerak dari ranjang." Sheila berdiri dan berjalan ke kamar mandi.
"Brayan, suaramu tidak benar. Aku mendengar kamu berkata bahwa dia secara khusus mengajari istri kecilmu beberapa metode untuk menghidupkan kembali sepasang kakimu. Pada saat yang sama, itu juga akan membuat kaki ketiga mu terasa sangat enak. Bagaimana rasanya?"
Suara menggoda datang dari lubang bluetooth di bawah rambutnya. Menyebabkan wajah brayan menjadi gelap.
"Kamu tidak tahu cara berbicara. Aku akan meminta seseorang untuk mengajari mu. cepat dan lakukan saja perkejaan mu." Brayan berkata dengan dingin.
Suara percikan air terdengar dari kamar mandi, di susul dengan bunyi "Bang"
Setelah itu, lama tidak ada pergerakan di kamar mandi.
"Brengsek!" Brayan menarik kursi roda ke samping dan pindah ke samping ranjang. Dia mendorong kursi rodanya dengan satu tangan dan duduk di kursi roda dengan lincah, sepertinya dia sudah sering mempraktikkan gerakan ini.
Dia mengendalikan kursi rodanya ke pintu kamar mandi. Ketika dia membuka pintu, dia melihat sheila pingsan di lantai.
Air hangat masih mengalir dan pakaian sheila basah kuyup. memperlihatkan sosok yang sangat indah.
Mata dalam brayan bersinar samar. Dia takut dia tidak bisa membiarkan pria lain melihat ini.
...........
Ketika sheila pingsan, dia bermimpi bahwa dia di Kurung. Dia tiba-tiba membuka matanya dan mendapati dirinya dalam pelukan brayan.
Lampu di bangsal tidak di matikan. Ketika dia mendongak, dia melihat wajah brayan yang sempurna.
"Apa kamu sudah bangun?"
Brayan membuka matanya. Ketika sheila mengangkat kepalanya.
"Yang itu...mengapa aku ada di pelukan mu?" Sheila sangat bingung.
"Ingatlah sendiri." Wajah brayan sangat kaku.
Sheila mau tidak mau mengecilkan lehernya. Dia ingat bahwa dia pergi ke kamar mandi dan menyalakan keran. Dia baru saja hendak jongkok dan mengambil sesuatu.Dan tiba-tiba penglihatannya kabur. Lalu dia tidak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya.
Lalu apa hubungannya ini dengan keberadaannya di pelukan brayan?
"Apa kamu yang membawa ku keluar dari kamar mandi?" Sheila melihat masih ada kursi roda di belakang brayan.
"Siapa lagi yang bisa melakukannya?" Nada suara brayan bercampur ke marahan.
Sheila memutar matanya dan menyadari bahwa pakaiannya telah di ganti.
"Tunggu, apakah kamu juga mengganti pakaian ku?"
Sheila telah memperhatikannya sebelumnya. Hampir semua orang yang datang ke bangsal adalah laki-laki.
"Jika bukan saya siapa lagi." Brayan mengerutkan keningnya.
Sheila bisa merasakan kemarahan brayan.
