Menceritakan tentang seorang wanita cantik yang bernama Quinley. Dia telah jatuh cinta kepada bosnya pada pandangan pertama. Setelah pertemuan pertama dia dengan bosnya, hubungan mereka menjadi dekat dan ada rahasia yang terkuak sehingga mereka menikah.
Namun tanpa diduga olehnya, dia telah diculik oleh suaminya. Di dalam penculikan itu hidupnya seperti di neraka yang telah membuat dirinya hancur berkeping-keping, hilangnya masa depan dan hilangnya impian dia. Kelamnya sebuah takdir kehidupan yang telah merubah dirinya menjadi seorang wanita tanpa empati dan penuh dendam.
Seperti apakah warna-warni kehidupan dirinya setelah pertemuan pertama dia dengan bosnya?
Bagaimana alur kehidupan dia dan bosnya setelah pertemuan pertama mereka?
Silakan dibaca cerita novel yang dibumbui dengan intrik-intrik kehidupan ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inge gustiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23, Kehidupan Albern
Di sebuah bangunan yang belum selesai dibangun daerah kota Sunderland, Maxim memperhatikan Quinley memberikan arahan ke para karyawan yang sedang bekerja. Maxim bersandar sambil mendekap dan kakinya disilangkan. Menatap tajam dengan intens ke Quinley. Maxim masih merasakan desiran lembut di relung hatinya walaupun dirinya sudah mengetahui bahwa Quinley menyukai Albern.
Setelah memberikan arahan kepada para pekerja, Quinley membalikkan tubuhnya. Quinley kaget melihat tatapan tajam dari matanya Albern. Quinley melangkahkan kakinya sambil menundukkan kepalanya karena tidak mau melihat tatapan yang menegangkan dari matanya maxim. Maxim menarik dagunya Quinley sehingga mereka saling memandang. Tatapan mata mereka bertemu.
"Tolong turunkan tangan anda dari dagu saya, Tuan Maxim," ucap Quinley tegas sambil menatap tajam ke Maxim dengan tatapan mata yang tajam.
"Kenapa kamu menambah pilar bangunan ini di sebelah timur, padahal setiap pilar menggunakan beton massa yang berkualitas bagus, dan itu menambah biaya anggaran untuk proyek ini?" ujar Maxim sambil melepaskan tangannya dari dagunya Quinley.
"Karena struktur tanah yang di sana labil dan tidak kuat."
"Kan bisa digali dulu sampai menjadi lebih padat dan aman untuk digunakan."
"Saya sudah konsultasi ke pihak sipil, mereka menggunakan cara itu, dan supaya lebih aman sebaiknya pilar bangunan ini ditambah."
"Baiklah, nanti saya acc anggaran tambahan proyek ini. Kenapa kamu tidak membicarakan hal ini saat rapat kemarin?"
"Niatnya saya bilang soal itu pas rapat bulan depan. Karena yang di sini aja belum selesai bangunannya."
Kringgg ... kringgg ... kringgg .... Dering smartphone milik Quinley berbunyi. Quinley mengambil smartphone miliknya di kantong sebelah kanan celananya. Quinley tersenyum manis yang telah membuat jantungnya Maxim berdetak tidak normal ketika melihat nomor handphonenya Albern. Secepat kilat Quinley menggeser ikon hijau untuk menjawab panggilan itu. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.
"Hallo, ada apa Sayang? Kamu sudah sampai di Yorkshire? Bagaimana dengan pemakaman Paman Antoni?" rentetan pertanyaan Quinley dengan suara yang lembut.
"Aku sudah sampai. Lancar. Bagaimana peninjauan proyeknya?" tanya Albern.
"Sedikit bermasalah di bagian timur karena tanah di sana tidak stabil dan tidak kuat, jadi aku menambahkan satu pilar untuk bangunan di bagian timur, Tuan."
"Sudah kamu catat itu?"
"Sudah Tuan. Nanti akan dirapatkan di bulan depan."
"Apakah Tuan Maxim sudah menyetujuinya?"
"Sudah Tuan."
"Sudah dulu ya, saya harus layani para pelayat."
"Lah teleponnya mati," ujar Quinley spontan ketika mendengar nada sambungan telepon itu terputus.
"Albern sudah sampai di Yorkshire?" tanya Maxim ketika Quinley menjauhkan benda persegi panjang itu dari telinga kirinya.
"Sudah Tuan. Dia sekarang lagi sibuk melayani para pelayat," jawab Quinley sambil menaruh smartphone miliknya ke tempat semula.
"Apakah kamu percaya?"
"Iya aku percaya."
"Apakah kamu sangat mencintai Albern?"
"Iya," jawab Quinley yakin.
Kasihan sekali nasibmu Quinley.
Batin Maxim.
"Tuan Maxim apakah kamu mencintai seseorang?"
"Iya, tapi orang itu akan menikah dengan orang lain. Sebesar apa kamu mencintai Albern?" ucap Maxim sedikit menyelidik
"Sebesar tangen sembilan puluh derajat," jawab Quinley riang dan spontan.
"Apa hubungannya tangen sembilan puluh derajat dengan besarnya sebuah perasaan cintamu ke Albern?" tanya Maxim serius.
"Kan nilai dari tangen 90 derajat adalah tak terhingga. Jadi yang aku maksud adalah cintaku yang tak terhingga hanya untuk Albern," ucap Quinley dengan nada suara yang ceria.
"Yang benar nilai dari tangen 90 derajat itu tak terdefinisi," ucap Maxim ketus.
"Tapi waktu aku di high school, guruku bilang nilainya tak terhingga," ucap Quinley dengan nada suara yang gugup.
"Aku kasih tahu yang benar, kamu malah ngeles," ucap Maxim yang masih ketus. "Memang benar guru matematika kamu di SMA bilang bahwa nilai tange 90 derajat adalah tak terhingga. Itu kan suatu jawaban yang tidak akurat," lanjut Maxim sambil menatap tajam ke Quinley.
"Iya," jawab Quinley yang masih gugup.
"Kenapa bisa begitu? Sedangkan Diketahui sin 90 derajat sama dengan 1 dan cos 90 derajat sama dengan 0 serta persamaannya adalah tange 90 derajat sama dengan sinus 90 derajat dibagi sama cosinus 90 derajat sama dengan 1 dibagi sama 0, jelas 1 per 0 itu tak terdefinsi, tidak ada jawabannya. Misalnya 1 buah apel dibagi 0 hasilnya tidak ada jawabannya. Mustahil dong memotong 1 melon menjadi 0 bagian. Jadi … itu berarti yang mengatakan nilai tan 90 derajat sama dengan tak terhingga adalah suatu kekeliruan," penjelasan Maxim.
"Eh, tunggu dulu, jangan buru - buru menyimpulkan argumen seperti itu. Yang mengatakan nilai tangen 90 derajat adalah tak terhingga juga mempunyai argumentasi. Di dalam radian, kita tahu bahwa 90 derajat sama dengan π/2 rad. Kita juga tahu bahwa π adalah bilangan irasional yang mempunyai tak hingga banyaknya digit dibelakang koma serta digit-digit tersebut tidak berulang. Nilai π dalam 100 digit 3,1415926535897932384626433832795028841971693993751058209749445923078164062862089986280348253421170679. Karena π mempunyai tak hingga banyaknya digit maka jelas π/2 juga mempunyai tak hingga banyaknya digit. π/2 ≈ 1,5707963267948966192313216916397514420985846996875529 … .Jadi berapa nilai tangen 90 derajat adalah tak terhingga dan tergantung bagaimana cara kita menghitungnya," penjelasan Liza.
Pintar juga berdebatnya.
Batin Maxim.
"Kenapa cos 90 derajat nilainya 0?" tanya Maxim dengan tatapan mata yang intens.
"Kenapa Tuan Maxim menanyakan soal itu?" ucap Quinley dengan nada suara yang gugup.
"Karena aku ingin ngetes daya ingat kamu dan kecerdasan kamu."
"Bayangkan sebuah segitiga siku-siku yang tentu saja memiliki 3 sisi, yang kita sebut "x" untuk sisi horizontal, "y" untuk sisi vertikal, dan "h" untuk sisi ketiga (sisi miring). Sudut yang dimaksud adalah sudut yang terbentuk antara sisi miring "h" dan sisi mendatar "x". Kosinus sudut ini didefinisikan sebagai panjang "x" dibagi dengan panjang "h". Sekarang bayangkan panjang "x" dikurangi secara bertahap.Sudut menjadi lebih besar jika nilai "x" diturunkan,yaitu sisi miring menjadi lebih curam. Oleh karena itu nilai “x” dibagi “h” menjadi lebih kecil. Jika Anda mengambil ini secara ekstrim maka Anda akan memiliki sebuah segitiga yang memiliki "x" \= 0 dan nilai "h" dan "y" akan sama. Dalam praktiknya ini hanya berupa garis vertikal. Namun jika Anda membayangkannya sebagai segitiga, ia akan memiliki dua sudut 90 derajat dan satu sudut 0 derajat. Sudut yang kita perhatikan adalah 90 derajat. Karena nilai "x" \= 0. Kosinus sudut kita adalah 0 dibagi nilai sisi miring "h". 0 dibagi besaran apa pun adalah 0. Oleh karena itu jawabannya (x/h) adalah 0," penjelasan Quinley.
Sangat disayangkan jika Quinley hanya dijadikan sebagai alat pembalasan dendamnya Albern ke Quinza. Andai aku lebih dulu mengenal Quinley, akan aku jadikan istri yang sesungguhnya.
Batin Maxim.
"Bagaimana pendapat Tuan Maxim?"
"Kamu adalah wanita yang cerdas, pantesan kamu bisa direkrut oleh perusahaan Albern."
"Bisakah kita pulang sekarang Tuan Maxim?"
"Tunggu sebentar, aku mau menelepon Albern dulu."
"Tapi Tuan Maxim, Tuan Albern sekarang sedang sibuk."
"Biarkan saja, aku mau bicara soal bisnis kami."
Tak lama kemudian Maxim merogoh kantung celana di sebelah kanan. Mengambil smartphone miliknya, lalu menyentuh beberapa ikon untuk menghubungi Albern. Mendekatkan benda persegi itu ke telinga kirinya. Mendengar nada sambung tapi belum juga panggilan telepon itu dijawab oleh Albern. Sampai akhirnya panggilan telepon itu dijawab oleh Albern.
"Hallo, aaahhh ...," suara Albern yang mendesah karena telah diberi layanan oleh Queen di sebuah kamar mandi.
Sialan Albern, tadi bilang lagi sibuk melayani para pelayat, tapi nyatanya sedang bercinta. Benar-benar kasihan sekali Quinley yang harus terjebak dengan rencana balas dendamnya Albern terhadap Quinza. Aku jadi bingung harus membantu Albern untuk merealisasikan rencana balas dendamnya atau membantu Quinley untuk keluar dari kehidupan Albern.
Batin Maxim.
💐🌸🌺🌷💐🌸🌺🌷💐🌸🌺🌷💐🌸🌺🌷
Terima kasih sudah membaca cerita ini 😊, Mohon dukungannya dengan memberikan like, vote, hadiah, komentar dan bintang lima.😊
