"Aku bisa menjadi mommy-mu."
"Apa kau kaya?"
"Tentu saja! Aku sangat kaya dari para orang kaya di negara ini."
"Setuju, Mommy!"
Bukan kisah anak genius, melainkan kisah sederhana penguasa muda yang terlambat jatuh cinta. Melalui perantara manis, keduanya dipertemukan lagi sebagai sosok yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Andai ....
Hari ini memakan waktu paling lama dari kunjungan Oliver biasanya. Mungkin karena ia tidak pergi sendirian hari ini. Liam pun mulai beradaptasi bersama anak-anak yang lain setelah Jeremy dan Oscar menemani mereka bermain bersama setelah menyelesaikan makan siang tadi.
Memang lebih baik melepas pekerjaan sesaat. Oliver dan Tyler tidak mempermasalahkan kedua orang bermulut cerewet itu untuk bersantai. Keduanya sudah bekerja keras selama ini, jadi biarkan saja mereka menjadi anak-anak untuk saat ini.
Oliver sendiri bersama dengan Sarah masih berkutat di dapur untuk membersihkan sisa makan siang semuanya. Meski Sarah bersikeras melarangnya, Oliver tidak keberatan untuk membantu. Ia bahkan menawarkan diri untuk mencuci piring.
"Aku benar-benar merasa bersalah. Tanganmu bisa kasar jika melakukannya." Sarah masih mengeluarkan keluhannya, padahal mereka telah memulai mencuci piring sejak tadi.
"Hal ini tidak akan membuatku mati, Sarah." Anggap saja ini pengalaman baru untuknya. Tentu saja Sarah masih membantunya. Wanita itu bertugas mengelap piring yang sudah di cuci Oliver.
"Kau tidak merasa jijik? Aku bertemu banyak orang dan sangat jarang ada yang sepertimu." Oliver bukanlah wanita yang lahir dari kalangan biasa, melainkan wanita yang lahir dengan sendok emas dan terbiasa untuk dilayani, tapi sekarang terlihat seperti orang biasa disini?
Sarah hampir melupakan jika wanita di sampingnya ini merupakan wanita terkaya di Eropa. Bayangkan bagaimana kehidupannya yang serba mewah dan lengkap berubah drastis di tempatnya ini?
"Ibuku bukan orang seperti ayahku. Dia wanita yang sangat sederhana dan aku pernah tinggal dengannya. Dan kami melakukan semuanya sendiri," jelas Oliver sambil tersenyum kecil. Tidak ada pelayan atau kepala pelayan yang mengurus mereka. Jika lapar, kau harus memasak atau saat kamarmu kotor, kau harus membersihkannya sendiri.
"Itu sebabnya dia punya putri yang luar biasa." Ibunya pasti orang yang baik seperti Oliver, kan? Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Oliver hanya tertawa kecil menanggapinya.
Tak lama langkah kaki lain terdengar mendekat. Sarah dibuat terkejut lagi karena kehadiran Tyler di dapur kecil ini. Oliver menahan senyumnya melihat tingkah Sarah, jadi ia turun tangan menghadapinya.
"Sedang apa disini, Sir?" Oliver bertanya dengan nada angkuhnya.
"Aku mencarimu," jawabnya to the point. Keduanya saling menatap cukup lama. Sarah cukup peka dengan keadaan segera menyuruh Oliver menghentikan pekerjaannya.
"Tidak perlu, Sarah. Biar aku yang membantunya." Tyler justru menawarkan diri juga. Sebelum menjawab, pria itu sudah mengambil kain lap di tangannya, mengambil alih pekerjaannya.
"Jangan, Tuan!" Sarah hendak mengambilnya kembali.
"Tidak apa-apa, Sarah," sahut Oliver tanpa menoleh. Ia melanjutkan pekerjaannya tanpa memperdulikan Tyler di sebelahnya. Meski ragu, Sarah terpaksa pergi dari sana.
"Kau punya banyak waktu luang, ya," sindir Oliver.
"Aku selalu punya waktu untukmu, kau lupa?" goda Tyler membuat tangan Oliver terhenti.
"Aku tidak ingat kapan itu." Kemudian melanjutkan lagi gerakan tangannya.
"Kalau begitu aku bantu ingatkan." Tyler mulai mengelap satu-persatu piring basah. "Aku selalu bersamamu saat kau ingin membaca, saat kau ingin jalan-jalan, makan, mengerjakan pr, bahkan saat kau ingin mandi— uhukk!" Pukulan cukup keras di perutnya sebelum ia selesai bicara. Tyler menatap Oliver dengan mulut terbuka. Wanita itu sudah menatapnya sangat sinis.
"Sepertinya kau selalu melakukan kekerasan padaku," keluh Tyler kemudian.
"Kau pantas mendapatkannya!" desis Oliver.
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya," gerutu Tyler yang lagi-lagi mendapat lirikan tajam. Bukannya takut, pria itu malah mendekat padanya dengan senyum khasnya yang menggoda.
"Aku sangat ingin mengatakan ini sejak kemarin," bisik Tyler mendekatkan wajahnya. Oliver hanya menatapnya datar tanpa terintimidasi. "Andai aku bertemu denganmu lebih dulu, aku pasti tidak akan menyesali apapun," lanjutnya.
"Jadi, kau menyesal?" Jarak wajah yang sangat dekat itu tidak membuat Oliver goyah.
"Aku menyesali banyak hal," jawab Tyler dan kebanyakan karena wanita di depannya ini.
Tangan Tyler terulur, menyentuh leher serta pipi Oliver. "Ucapanmu malam itu— apa masih bisa dipertimbangkan?" Tyler semakin mendekatkan wajahnya hingga bibir mereka nyaris bersentuhan.
"Mungkin ..." balas Oliver. Tyler tersenyum senang hingga saat pria itu hendak mendaratkan bibirnya di bibir wanita itu, sesuatu sudah menutup mulutnya.
" ... tidak!" sambung Oliver. Bau asing memasuki indra penciumanan Tyler. Pria itu beringsut mundur sambil membersihkan mulutnya.
"Oliverr ...!"
Sedangkan wanita itu hanya tertawa di tempatnya. Cukup puas setelah menggunakan tangannya yang kotor dan bau bekas cucian itu untuk menutup mulutnya. Meski sudah lama berlalu, Oliver tidak akan pernah lupa kebiasaan Tyler yang suka menciumnya sesuka hati itu. Gerak-geriknya terlalu kelihatan, tahu!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Kebiasaan si Tyler😂...