Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
Braak!
Suara yang begitu keras terdengar di depan rumah yang cukup besar. Beberapa orang yang berjaga di depan pintu gerbang segera memeriksa apa yang terjadi di luar rumah itu.
"I... ini.." Ucap salah seorang penjaga pintu saat tahu jika suara itu berasal dari 6 orang yang di ikat lalu di lemparkan di depan pintu gerbang.
Salah satu penjaga memanggil beberapa orang untuk membantu membawa 6 orang yang tak sadarkan diri itu masuk ke dalam.
Setelah membawa mereka masuk, seorang wanita keluar dari dalam rumah.
"Ada apa, kenapa ribut sekali?"
Semua orang yang melihat nona mudanya datang segera memberi hormat dengan membungkukan badan mereka.
"Nona, orang-orang yang anda suruh untuk membunuh putri keluarga William di kampus. Semuanya kalah."
Penjaga gerbang melangkah kesamping dan memperlihatkan 6 orang laki-laki penuh luka dan lebam yang tak sadarkan diri.
Kedua mata wanita itu terbuka lebar melihat orang-orang suruhannya terkapar tak berdaya.
"Ada apa Megan?" Tanya seseorang dari depan pintu rumah.
"Kakak, si anak dari keluarga William itu sudah membuat orang-orang ku terluka."
Max Gabriel, kakak dari Megan Gabriel berjalan mendekati adik perempuan satu-satunya yang dia sayangi itu.
"Kalian, urus mereka." Ucap Max pada para penjaga.
"Baik tuan muda."
Max meraih tangan adiknya lalu membawanya masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah Max mendudukan adiknya yang bisa di katakan cantik itu di atas pangkuannya.
"Kau tenang saja, kakak akan mengurus wanita yang sudah membuatmu tidak senang." Ucap Max sambil membelai pipi Megan dengan lembut.
"Buat si wanita j*lang itu tidak bisa lagi pergi kemanapun kak."
"Iya sayang, aku akan melakukannya. Bagaimana pun kau sudah membuat aku puas, jadi aku akan membuat mu senang."
"Kakak."
Max tertawa melihat adiknya itu malu.
Megan dan Max adalah saudara tiri, karena tuan Gabriel dan istrinya sering keluar negeri. Kedua anak itu pun sering melakukan hubungan intim untuk memuaskan hasrat mereka yang tidak pernah puas itu.
Itu menjadi rahasia tersembunyi keluarga Gabriel, meski kedua orang tua mereka tahu. Itu bukanlah masalah, selama mereka melakukannya tidak sampai hamil.
"Cicilia, lihat saja. Kau akan mendapatkan pembalasan yang lebih menyakitkan dari ku."
***
Setelah Xixi dan Leon berkelahi dengan sekelompok laki-laki itu, mereka pergi ke sebuah taman kecil.
Xixi yang masih memakai pakaiannya yang terlihat kampungan duduk di bangku taman, sementara tangan kanannya sedang di kompres dengan es batu oleh Leon.
"Aku bisa melakukannya sendiri, kau obati saja luka mu." Ucap Xixi pada Leon.
"Diamlah. Kau tidak bisa mengompres lenganmu sendiri, jadi diam saja."
Xixi tidak tahu kenapa Leon mau ikut berkelahi dengannya yang mengakibatkan dia terluka. Padaahl jika dia tidak ikut, dia tentu tidak perlu merasa sakit karena terluka.
"Xixi, Leon."
Dua orang yang di panggil menoleh. Mereka melihat Lulu dan Joseph yang berjalan ke arah mereka.
"Xixi, kau baik-baik saja?" Tanya Lulu dengan khawatir.
"Aku baik-baik saja, jangan khawatir."
"Apa yang baik-baik saja, lihat lenganmu yang bengkak itu. Dan juga lihat kakimu yang terkilir akibat melompat tadi." Ucap Leon menyela pembicaraan mereka.
"Biar aku lihat."
Lulu langsung duduk di samping Xixi dan mengambil es batu yang sejak tadi di pegang oleh Leon untuk mengompres lengan Xixi.
"Dimana mereka?" Tanya Joseph.
"Mereka sudah di kembalikan pada bos nya." Ucap Xixi.
"Bos mereka, siapa?" Tanya Lulu gantian.
"Dia dari keluarga Gabriel. "
"Keluarga Gabriel? Bukankah itu termasuk dalam keluarga terkaya di sini?"
Xixi mengangguk "Keluarga ku dan keluarga Gabriel sudah lama berselisih, dan putri mereka juga sudah sering mengirimkan orang-orang untuk melukaiku."
"Kalau tidak salah, tuan Gabriel dan istrinya sangat jarang berada di negara ini." Ucap Joseph.
Xixi diam, orang-orang tidak akan ada yang tahu, alasan kenapa mereka sering melakukan perjalanan bisnis keluar negeri yang sebenarnya.
"Sudahlah, karena mereka sudah aku kembalikan kepada keluarga Gabriel itu. Sekarang aku akan pulang dan mengoleskan obat." Ucap Xixi.
"Xixi, aku akan ikut pulang denganmu dan membantu mu untuk mengobati semua luka-luka ini." Ucap Lulu.
Xixi mengangguk "Terima kasih."
"Baiklah, ayo kita pergi sekarang. Luka mu terlalu banyak." Ucap Leon.
"Hanya lebam dan lecet sedikit, jangan terlalu berlebihan begitu." Ucap Xixi yang melihat jika dirinya tidak kenapa-kenapa.
"Ck, lihatlah wanita culun ini. Sangat menyebalkan kalau sifat keras kepalanya keluar."
Leon beranjak pergi dari depan mereka, sebelum Xixi yang tidak terima memarahi Leon.
Joseph yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya, akan ada satu lagi laki-laki yang akan rela di tundukan oleh seorang wanita yang akan dia lihat sebentar lagi.
"Sudah, ayo. Aku antar kau pulang." Ucap Joseph.
"Terima kasih kak Joseph." Ucap Xixi sambil berdiri.
Mereka bertiga lalu pergi ke arah mobil Joseph dimana Leon sudah ada disana menunggu mereka.
"Apa kau juga akan ikut?" Tanya Lulu pada Leon.
"Tentu saja, aku tidak mungkin kembali dengan seperti ini."
Leon menunjuk beberapa luka di tangan dan wajahnya pada Lulu.
"Sudah, tidak apa-apa. Dia juga terluka karena membantuku." Ucap Xixi pada Lulu yang terlihat tidak suka pada Leon.
"Hmm, baiklah. Ini karena kau sudah membantu Xixi."
"Iya, iya."
Mereka berempat masuk kedalam mobil, yang kemudian Joseph melajukan mobilnya menuju rumah keluarga William.
Lulu yang duduk bersama Xixi di kursi belakang, masih membantu Xixi mengompres lengannya agar bengkak pada lengan Xixi berkurang.
25 menit kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah yang cukup besar seperti istana berwarna putih yang cerah.
Keempat orang yang ada di dalam mobil turun dan berjalan ke arah pintu besar yang ada di depan rumah.
tit tit tit tit tit tit
Suara terdengar saat Xixi menekan 6 digit angka pada tombol yang ada di samping pintu rumah.
"Ayo masuk." Ajak Xixi setelah kunci pintu terbuka dengan otomatis.
Xixi membukakan pintu untuk mereka, lalu masuk kedalam di ikuti ketiga orang yang ada di belakangnya.
"Oh astaga nona! Apa yang sudah terjadi pada nona muda?" Ucap seorang pelayan yang melihat luka di tangan Xixi.
"Tidak apa-apa, kau tolong aku ambilkan kotak obat dan minuman untuk temam-teman ku."
"Baik nona."
Pelayan itu segera pergi untuk mencari kotak obat yang Xixi inginkan.
"Duduklah dulu."Ucap Xixi pada Joseph dan Lulu.
Mereka lalu duduk di sofa yang ada di ruang tamu yang besar dan terlihat mewah itu.
Rumah keluarga William terkenal rumah yang paling besar di kota itu, tapi tidak menyangka jika akan terlihat lebih besar dari yang mereka pikirkan.
"Selama ini kau tinggal di apartemen kecil itu, ternyata kau memiliki rumah yang jauh lebih besar dari milik keluarga kami." Ucap Lulu.
Xixi hanya tersenyum mendengar ucapan Lulu. Lulu memang wanita yang polos dan jujur, dia akan mengatakan apa yang ingin dia katakan dalam pikirannya.
Pelayan yang tadi datang dan membawa sebuah kotak obat, di belakangnya ada seorang pelayan lain yang membawa minuman juga beberapa kue kering.
"Nona, biarkan saya membantu nona mengobati lukanya." Ucap pelayan rumah itu.
"Tidak perlu, aku akan melakukannya sendiri. Kau kembalilah, dan katakan pada koki untuk masak."
"Baik nona."
Dua pelayan rumah pergi dari ruang tamu.
Xixi membuka kotak obat yang tadi di bawa oleh pelayannya, dia lalu mengambil sebuah salep yang ada di dalam kotak obat itu.
"Biarkan aku saja yang membantu mu, Xixi." Ucap Lulu.
"Baik, terima kasih."
Xixi juga mengambil beberapa kapas, alkohol dan sebuah wadah plastik kecil dari dalam kotak.
"Kau juga, obati lukamu." Ucap Xixi pada Leon yang duduk di sofa yang ada di samping sofanya.
"Iya."
Lulu mulai membantu Xixi membersihkan luka-luka itu dengan cairan alkohol agar nantinya luka cepat kering. Setelah itu, Lulu baru mengoleskan obat salep yang Xixi ambil dari kotak obat tadi.
"Ini salep apa, Xixi?" Tanya Lulu yang penasaran.
"Itu salep untuk luka luar, salep itu akan cepat menyembuhkan dan membantu untuk menghilangkan bekas luka."
"Pantas saja kau tidak ada bekas luka, padahal waktu itu kau di pukuli oleh Rachel dan teman-temannya."
Xixi tersenyum, dia lalu melihat Lulu mengoleskan salep itu pada luka-lukanya.
"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya pada keluarga itu?" Tanya Joseph yang sejak tadi diam pada Xixi.
"Melihat orang-orangnya seperti itu, aku yakin jika Megan dan Max Gabriel tidak akan tinggal diam. Hanya saja ini akan menjadi semakin menarik, karena akhirnya mereka akan keluar dari lubang tikus mereka."
"Jika kau membutuhkan bantuan, kau bisa katakan. Kita akan membantu mu."
"Terima kasih, tapi ini adalah masalah lama keluarga Gabriel dan keluargaku. Dan aku tidak mau menyeret keluarga lain, karena keluarga Gabriel tidak sesederhana yang orang lain tahu."
Mereka memang tidak tahu seperti apa keluarga Gabriel, karena keluarga itu sangat rapat menutupi semua perbuatan mereka tanpa ada celah apapun. Tapi tidak di mata Xixi yang sudah tahu cara menangani keluarga itu.