Aku yang sudah memberikan hati ku pada mu, malah berujung pengkhianatan dari mu, Jangan kau pikir kematian ku adalah akhir dari segala nya.
Ingat!, dendam ini akan ku bawa hingga tuhan memberiku kesempatan kedua di kehidupan selanjutnya, by Queensany.
Perjuangan seorang gadis yang terlahir kembali membawa dendam masa lalu nya membawa ia hidup dengan tujuan hanya untuk membalaskan dendam membara di hati nya.
Cinta segitiga ikut mewarnai perjalanan nya, lelaki yang seharus nya ia bunuh malah menumbuhkan rasa cinta dalam hati nya.
Akankah balas dendam nya akan ia tuntaskan ataukah hati nya malah luluh dan dengan mudah melupakan dendam di kehidupan nya yang lalu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pentin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23.
Pyar!!
Sebuah suara botol pecah dari dalam kamar majikan nya seketika membuat jantung Pio berdegup kencang.
Kaki nya lemas dan badan nya langsung di penuhi dengan keringat dingin.
"Firasat buruk macam apa ini?," keluh Pio sembari mengusap peluh di kening nya.
Ia segera reflek berjalan menuju pintu kamar nya dan mengunci kamar nya dari dalam.
Perlahan Pio kembali berjalan ke sudut kamar nya sembari berdoa untuk keselamatan ia dan bayi nya, bahkan tatapan nya tidak sedikitpun berpaling dari pintu yang sengaja ia kunci rapat itu.
Brukkk!!
Pio langsung terkejut dan begitu ketakutan saat pintu yang ia sudah kunci rapat nyata nya bisa di hancurkan dengan sekali dobrakan oleh Yekka.
Nampak saat itu, Yekka sedang menatap nya dengan bringas.
Sesaat kemudian, terlihat Mastany bergegas mendekati nya dengan tatapan penuh amarah.
Ia terlihat hanya memakai sebuah handuk yang hanya bisa sedikit menutupi bagian sintal tubuh nya.
"Berani nya kau menghindar dari tugas mu!, hah!," sentak Mastany sembari menarik rambut Pio dengan kasar nya.
"A- apa salah ku kali ini?," tanya Pio tersedu sedu.
Ia sudah begitu tak tahan dengan perilaku dari Mastany dan Yekka kepada nya selama ini.
"Kau bertanya apa salah mu?," seru Mastany sembari dengan sengaja menekan telunjuk nya pada perut buncit Pio.
Membuat Pio merintih kesakitan dan mencoba menepis tangan Mastany dari perut nya.
"Jika kau tidak mau aku melampiaskan semua nya pada anak mu ini, sekarang juga kau bersiap dan layani suami ku!," sentak Mastany mendorong Pio hingga hampir membentur tembok.
Tanpa menjawab, Pio segera bergegas mengambil handuk dan melucuti pakaian nya saat itu juga.
Segera Pio bergegas menuju ke kamar tempat Albert berada tanpa kembali di perintah oleh Yekka dan Mastany.
"Dia benar benar membuatku kesal, hampir saja aku jadi budak nafsu Albert jika kau tak datang," seru Mastany sembari merebahkan diri nya di ranjang dengan rileks nya.
"Lagian kenapa kau tak mempersiapkan Pio dalam kamar mandi seperti biasa nya sebelum membius Albert, hem?, kau tau sendiri kan, reaksi keras obat itu?," seru Yekka sembari mengelus perut buncit Mastany.
Ia tak bisa membayangkan jika ia tak datang tepat waktu saat itu.
"Ah sudahlah, lupakan saja. Oh ya Yekka, beberapa hari ini aku merasa tak nyaman, apa aku akan segera melahirkan?," seru Mastany merasa begitu lemas dan lunglai akhir akhir ini.
"Itukan yang kita tunggu tunggu?," sahut Yekka mengecup kening Mastany.
"Semoga semua nya berjalan dengan lancar,* doa Mastany sembari memeluk Yekka dengan mesra nya.
Bersamaan dengan itu, rintihan Pio begitu jelas terdengar di telinga Mastany serta Yekka.
Namun ia tak sekalipun memikirkan nasib Pio dan calon bayi nya.
Semoga obat itu bekerja dan membuat Albert bertingkah brutal malam ini, aku begitu menginginkan bayi itu mati!, batin Mastany semakin menciptakan iblis dalam diri nya.
-----
Jam menunjukkan pukul 2 malam.
Mata Mastany mulai terbuka kembali setelah erangan dan rintihan Pio tak terdengar lagi di telinga nya.
Sesaat kemudian, perlahan pintu kamar mulai terbuka dari dalam.
Nampak Pio dengan sempoyongan dan acak acakan menatap sayu ke arah Mastany.
Mastany perlahan bangkit dari pembaringan nya dan berjalan mendekati Pio sembari melirik ke arah Albert yang tak sadar dengan tubuh polos nya.
"Di mana hati naluri mu sebagai sesama perempuan?," ucap lirih Pio dengan setengah kesadaran nya.
"Aku sudah membayar mu untuk itu semua, dan kau menerima nya bukan?," sahut Mastany tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Sesaat tatapan mata Pio yang sayu berubah menjadi sebuah tatapan kemarahan.
Namun sebelum Pio kembali membela diri nya, ia merasakan sakit yang begitu hebat di perut nya.
Rintihan semakin terdengar dari mulut Pio.
Nafas nya juga terlihat begitu cepat dengan dada yang begitu terlihat naik dan turun.
Mastany yang melihat nya, mulai ketakutan dan langsung melihat ke sekitar.
Sial!, Yekka juga sudah pulang, batin Mastany mencoba memapah Pio menuju ruang bawah tanah.
"Ahh!," rintih Pio seperti nya akan segera melahirkan.
Aku harus apa sekarang?, batin Mastany begitu kebingungan.
Untuk menghubungi Yekka pun itu tak mungkin.
Jam sudah hampir menunjukkan waktu subuh.
Sangat beresiko Yekka kepergok di sekitar Kastil jika Mastany nekat meminta nya untuk datang.
"T- tolong," rintih Pio begitu nampak kesakitan sembari memegangi perut nya.
"Tarik nafas, keluarkan, tekuk kaki mu itu," ucap Mastany mencoba memberi instruksi kepada Pio saat melihat darah segar sudah mengalir di kaki Pio.
Mastany terus mencoba membantu proses persalinan Pio namun dengan harapan keturunan Albert meninggal malam itu.
Jika bayi itu hidup, misi balas dendam ku akan sia sia, batin Mastany terus mendorong perut Pio hingga bayi itu akhir nya lahir.
Namun tidak ada suara tangis saat bayi itu lahir.
Membuat Mastany langsung tersenyum menatap jasad bayi di tangan nya.
Rupa nya rencana nya malam itu berhasil.
Tanpa mengotori tangan nya, Albert sendiri telah membunuh anak nya dengan nafsu nya itu.
Pio yang mendapati bayi nya tak menangis segera menangis dengan histeris sembari merampas sang bayi dari tangan Mastany.
Ia berusaha keras menepuk pipi sang bayi dan mengguncang tubuh nya dengan harapan sang bayi bisa menangis dan membuka mata nya.
Namun, usaha nya sia sia saja.
Sang bayi telah tiada tepat di malam kelahiran nya.
"Ikhlaskan saja Pio," ucap Mastany sembari mencuci darah yang melumuri kedua tangan nya.
Namun, ucapan Mastany hanya di jawab dengan sebuah tatapan tajam dari Pio.
"Sudah ku bilang, Albert tidak akan pernah memiliki seorang keturunan lagi, dan aku juga tak akan membiarkan itu terjadi," ucap Mastany sembari meraih kain lap dan menyeka kedua tangan nya sampai bersih.
Namun saat ia berbalik badan, Mastany begitu terkejut saat mendapati Pio telah hilang dari sana entah kemana.
Mastany segera mencari nya ke setiap penjuru Kastil.
Ia tak mau Pio membeberkan semua nya pada orang lain sebelum semua yang ia rencanakan belum terlaksana.
"Gawat!, aku harus kabari Yekka untuk mencari nya, ia tak akan jauh dengan kondisi seperti itu," ucap Mastany sembari bergegas meraih telfon rumah nya dan mencoba menghubungi Yekka sebelum Albert sadar dan memergoki nya.
Belum sempat panggilan nya terhubung.
Terdengar suara Albert terbangun dan berjalan keluar dari kamar nya.
"Sial!," ucap Mastany langsung meletakkan kembali telfon nya dan berpura pura tidur di atas sofa di samping perapian.
"Hanny, kenapa kau tidur di luar?, ayo kita masuk ke dalam?, aku ingin tidur memeluk mu," ucap Albert masih terlihat sempoyongan.
"Aku begitu lelah Albert, aku ingin bersantai di sini dulu, boleh kan?," sahut Mastany begitu takut Albert meminta jatah nya kembali.
"Baiklah, aku akan temani kau di sini," ucap Albert ikut berbaring di atas sofa dan kembali tertidur dengan cepat nya.
Sebaik nya aku hubungi Yekka nanti, setidak nya bayi itu tak akan hidup lagi, batin Mastany kembali berbaring di atas sofa favorit nya sembari menatap bara api di tungku pemanas nya.
tapi apapun itu, ceritamu keren thor.