NovelToon NovelToon
Ranjang Kosong Memanggil Istri Kedua

Ranjang Kosong Memanggil Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Kaya Raya / Beda Usia / Selingkuh / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Di balik kemewahan rumah Tiyas, tersembunyi kehampaan pernikahan yang telah lama retak. Rizal menjalani sepuluh tahun tanpa kehangatan, hingga kehadiran Hayu—sahabat lama Tiyas yang bekerja di rumah mereka—memberinya kembali rasa dimengerti. Saat Tiyas, yang sibuk dengan kehidupan sosial dan lelaki lain, menantang Rizal untuk menceraikannya, luka hati yang terabaikan pun pecah. Rizal memilih pergi dan menikahi Hayu, memulai hidup baru yang sederhana namun tulus. Berbulan-bulan kemudian, Tiyas kembali dengan penyesalan, hanya untuk menemukan bahwa kesempatan itu telah hilang; yang menunggunya hanyalah surat perceraian yang pernah ia minta sendiri. Keputusan yang mengubah hidup mereka selamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Tidak lama kemudian setelah Dokter Satya memberikan penjelasan, tim perawat berseragam biru tua dengan sigap keluar dari ruang UGD.

Mereka mendorong ranjang yang kini dilengkapi monitor detak jantung, selang-selang medis, dan mesin ventilator kecil yang membantu pernapasan Hayu.

Wajah Hayu masih pucat pasi, luka di pelipisnya telah dibersihkan dan ditutup perban.

Ia terbaring tak berdaya di atas ranjang dorongnya.

Rizal mengikuti langkah perawat dengan mata yang tak lepas dari istrinya.

Perasaannya kini bercampur antara rasa syukur karena Hayu selamat dan rasa sakit yang dalam melihat kondisi istrinya.

Ia berjalan di samping ranjang, memegang erat tangan Hayu yang kini terasa hangat.

"Aku di sini, Sayang. Aku akan menjagamu," bisik Rizal.

Ranjang Hayu dibawa masuk ke Ruang Perawatan Intensif sebuah area steril dan sunyi yang dipenuhi bunyi bip dari berbagai alat medis.

Perawat dengan cekatan memindahkan Hayu ke ranjang ICU.

Dokter Satya dan timnya langsung melakukan pemasangan infus baru, mengatur dosis obat-obatan, dan memantau setiap angka yang terpampang di monitor.

Rizal hanya diizinkan berdiri di balik pintu kaca ICU.

Ia menyandarkan dahinya di kaca, air mata penyesalan dan amarah mengalir deras.

Ia menyesal telah membawa Hayu ke Bali tanpa pengamanan ketat dan amarahnya tertuju pada Tiyas mantan istrinya yang ia yakini ada di balik serangan brutal ini.

Di dalam ruang ICU, monitor detak jantung Hayu terus berbunyi perlahan, menampilkan garis-garis lemah yang menjadi satu-satunya jaminan kehidupan Hayu.

"Bertahanlah, Ratu-ku," gumam Rizal.

Rizal duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang ICU.

Tak berselang lama setelah Hayu dipindahkan ke ICU.

Ia mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa.

"Pak Rizal!"

Rizal menoleh dan melihat Riska, sekretarisnya, berlari mendekat.

Meskipun Riska terlihat lelah dan rambutnya sedikit berantakan setelah penerbangan mendadak.

Di belakangnya, seorang pria berjas rapi yang Rizal kenali sebagai pengacara perusahaannya dan dua pria berbadan tegap berjalan cepat.

"Riska! Syukurlah kamu datang," ucap Rizal, suaranya serak.

Riska melihat kondisi Rizal yang wajahnya penuh luka lebam akibat setruman listrik.

"Ya Tuhan, Bapak terluka! Di mana Ibu Hayu?" tanya Riska panik sambil menunjuk ke pintu ICU.

Rizal menceritakan ulang singkat kronologi kejadian dan diagnosis dokter.

"Dia koma ringan, Riska. Mereka membuangnya ke jurang. Aku yakin ini perbuatan Tiyas," desis Rizal, matanya memerah.

Riska terdiam sejenak, wajahnya mengeras. Sebagai sekretaris yang tahu betul drama rumah tangga Rizal, ia tidak terkejut dengan nama itu.

"Baik, Pak. Kita tidak punya waktu untuk panik. Saya sudah urus semuanya," ucap Riska sambil mengambil alih kendali.

Riska mengeluarkan ponselnya dan memberikan kepada Rizal.

"Saya sudah menghubungi Kompol Dharma di kepolisian. Mereka sedang memproses lokasi penyerangan dan mendalami kemungkinan keterlibatan Tiyas. Pengacara kita, Pak Haris, sudah siap di sini untuk mendampingi urusan hukum."

Riska menoleh ke dua pria berbadan tegap di belakangnya.

"Ini adalah tim keamanan pribadi yang saya sewa khusus. Mulai sekarang, mereka akan menjaga Anda 24 jam. Tidak ada seorang pun terutama Tiyas yang boleh mendekat, apalagi masuk ke kamar perawatan."

Rizal menganggukkan kepalanya dan merasa sedikit lega.

Kehadiran Riska seperti jangkar yang menstabilkan kapalnya yang hampir karam.

"Terima kasih, Riska. Aku tidak tahu harus bagaimana tanpamu," ujar Rizal, merasakan bahu Riska yang kuat.

"Tugas saya, Pak. Sekarang, Bapak harus segera diperiksa di IGD. Luka di punggung Anda akibat setruman harus ditangani," pinta Riska.

Rizal menggelengkan kepalanya saat mendengar permintaan Riska.

"Tidak, aku tidak mau meninggalkan Hayu."

"Pak Rizal! Ibu Hayu sedang dijaga oleh tim dokter terbaik di sini. Anda harus sehat untuknya. Jika Anda sakit, siapa yang akan mengurus kasus ini? Siapa yang akan melawan Tiyas? Dengarkan saya, Bapak pergilah periksa. Saya dan Pak Haris akan menjaga area ini."

Rizal akhirnya luluh dan mau untuk diperiksa oleh perawat.

Ia tahu Riska benar. Ia perlu pulih untuk membalaskan dendamnya dan menjaga Hayu.

"Baiklah, tapi jangan pernah tinggalkan pintu itu. Dan tolong, periksa semua kamera keamanan vila. Cari petunjuk ke mana Tiyas pergi setelah penyerangan itu."

Riska menganggukkan kepalanya sambil menatap wajah Rizal

"Tentu, Pak. Saya akan pastikan Tiyas membayar mahal untuk ini."

Rizal didampingi salah satu tim keamanan menuju IGD untuk mendapatkan perawatan.

Sementara itu, Riska dan pengacara, Pak Haris, berdiri menjaga pintu ICU.

Setelah Rizal mendapatkan perawatan dan menerima suntikan penghilang rasa sakit di punggungnya, ia kembali ke depan pintu ICU.

Dokter menyatakan kondisinya stabil, tetapi ia harus istirahat. Namun, Rizal menolak keras dan tetap menemani istrinya.

Ia duduk di kursi tunggu dan tidak memperdulikan punggungnya yang terasa sakit.

Amarahnya tidak lagi histeris, melainkan dingin dan mematikan.

"Pak Haris, dengarkan saya," panggil Rizal kepada pengacaranya.

Pengacara itu segera mendekat saat Rizal mengajaknya bicara

"Siap, Pak Rizal."

"Saya ingin gugatan cerai Tiyas diubah. Jangan berikan apa pun yang dia mau. Saya ingin dia tidak mendapatkan sepeser pun. Gugat dia atas pengkhianatan, dan sekarang, coba hubungkan dia dengan percobaan pembunuhan Hayu."

"Tapi, Pak Rizal, kita belum punya bukti langsung bahwa Tiyas yang menyuruhnya..."

"Tiyas adalah satu-satunya orang yang punya motif dan punya uang tunai yang tersisa untuk menyewa preman. Saya tahu dia melakukannya, Haris. Cari tahu siapa preman yang dia hubungi. Blokir total semua asetnya, termasuk saham perusahaan yang masih atas namanya. Saya ingin dia tidak hanya miskin, tapi juga masuk penjara karena mencoba membunuh istri saya. Saya akan menghabisinya di meja hukum, dan saya akan buat dia menyesal telah mengkhianatiku dan mencoba membunuh Hayu."

Rizal menatap dingin ke arah pintu ICU, tempat Hayu terbaring tak sadarkan diri.

"Sekarang, saya hanya akan menunggu istri saya bangun. Dan setelah itu, saya akan menghancurkan Tiyas. Lakukan semua yang saya minta, Haris. Tanpa kompromi."

Wajah Pak Haris terlihat sedikit terkejut dengan ketegasan dan kemarahan Rizal.

"Saya akan bergerak, Pak Rizal. Kita akan berjuang."

Rizal menyandarkan kepalanya ke dinding, matanya terpejam.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Sayang. Aku janji, kamu akan bangun. Dan aku janji, Tiyas akan membayar semua penderitaanmu." gumam Rizal.

Rizal tidak memejamkan matanya sama sekali dan memilih untuk menjaga Istrinya.

Riska yang baru saja dari kantin memberikan kopi hitam kepada Rizal.

Rizal menerima kopi dari Riska, menyesapnya perlahan.

Matanya terus terpaku pada siluet Hayu di balik kaca.

"Terima kasih, Riska. Bagaimana dengan polisi? Apa ada perkembangan dari Kompol Dharma?" tanya Rizal.

Riska duduk di sampingnya, membuka catatan digital di tabletnya.

"Kompol Dharma sangat kooperatif, Pak. Tim forensik sedang bekerja di lokasi penyerangan. Mereka menemukan jejak ban yang tidak cocok dengan mobil Anda, mengonfirmasi bahwa penyerang menggunakan kendaraan lain. Mereka juga menemukan sedikit residu kloroform di jok mobil Anda. Ini memperkuat dugaan penculikan terencana. Saya sudah memberikan deskripsi Tiyas dan riwayat konflik Anda."

Rizal menghela nafas panjang saat mendengar jawaban dari Riska.

Ia berharap polisi lekas menangkap Tiyas dan orang suruhannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!