NovelToon NovelToon
Pesona Suami Yang Tidak Dicintai

Pesona Suami Yang Tidak Dicintai

Status: tamat
Genre:Duda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:3.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Alfiana

"Aku tidak menerima pernikahan ini. Aku nggak cinta sama kamu, apalagi di usiaku yang masih muda sudah harus mengurus seorang anak!"

Bianca, gadis manja dan pecicilan harus dipaksa kedua orang tuanya untuk menikahi seorang duda beranak 1.

Ia yang tidak suka akan perjodohan tentu saja menolak, apalagi ditambah dengan seorang duda memiliki anak. Bianca tidak siap menjadi ibu sambung.

Akan tetapi paksaan tetap paksaan, ia akhirnya menikah dengan pria dewasa yang merupakan tetangganya saat ia kecil.

Bianca yang tidak cinta justru sebaliknya dengan sang duda, Raka Dewangga. Pria itu mencintai Bianca sejak gadis itu masih duduk di bangku SMP.

Ia yang ditawarkan untuk menikahi anak tetangga nya dulu tentu saja tidak menolak, Raka bertekad akan membahagiakan Bianca.

Akankah Bianca luluh dengan cinta Raka dan menerima semua takdirnya? Atau ia malah kabur bersama sang kekasih karena tidak siap menjadi ibu sambung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cerita masa lalu

Bianca membuka matanya tatkala merasakan sinar matahari yang menerpa wajahnya. Bianca celingak-celinguk mencari keberadaan Raka, namun ternyata tidak ada.

Sampai di Bali tadi, Bianca langsung tidur. Oh ya, ia juga menolak tawaran Raka yang mau memijatnya, karena Aira sudah ngeri duluan dengan imbalan yang mungkin Raka minta nantinya.

Bianca turun dari ranjang, ia melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya dulu agar tidak terlalu layu.

"Muka bantal." Cibir Bianca seraya menatap pantulan dirinya di cermin.

Bianca lekas mencuci wajahnya dengan sabun muka yang tentu saja ia bawa sendiri.

Setelah selesai mencuci muka, Bianca pun keluar sambil mengeringkan wajahnya dengan handuk.

"Bia, kamu sudah bangun. Ayo duduk dan kita makan." Ajak Raka lembut.

Bianca cukup terkejut melihat Raka sudah ada di dalam kamar, padahal beberapa saat lalu pria itu belum ada di sana.

"Kamu darimana, Mas?" tanya Bianca mengerutkan keningnya aneh.

"Dari bawah, abis cari angin aja. Tadi mau bangunin kamu, tapi kamu pulas banget." Jawab Raka menjelaskan.

"Kemarilah, saya tahu kamu belum makan siang. Ini sudah sore bahkan hampir malam, bahaya jika telat makan terus." Tutur Raka penuh perhatian.

Bianca duduk di sebelah suaminya, ia menatap makanan yang tertata di meja, lalu beralih menatap Raka yang sedang menyiapkan makanan itu.

"Makan, Sayang." Tutur Raka seraya menyodorkan satu piring nasi goreng seafood dan beberapa tusuk sate lilit.

Bianca menerimanya, namun tatapan matanya masih fokus pada wajah Raka.

"Mau sampai kapan kamu memperhatikan saya, Bia?" tanya Raka membalas tatapan istrinya.

Sejak tadi Raka sadar bahwa istrinya itu terus memperhatikan wajahnya, namun ia tetap diam karena ingin tahu sampai kapan Bianca akan menatapnya.

Bianca tersadar, ia buru-buru menyantap makanan miliknya tanpa menjawab pertanyaan dari suaminya barusan.

"Setelah makan, kita jalan-jalan ke pantai. Mau?" tawar Raka.

Bianca mengangkat wajahnya, ia menatap Raka lalu mengangguk.

"Iya, mau." Jawab Bianca singkat.

Raka tersenyum simpul, ia mengulurkan tangannya lalu menyentuh sudut bibir Bianca dengan ibu jarinya.

"Kamu makan sampai belepotan gitu, Sayang." Kata Raka sambil tertawa pelan.

Bianca menelan gumpalan salivanya, ia sejak tadi memperhatikan Raka bukan tanpa alasan. Ia memperhatikan pria yang berstatus sebagai suaminya itu karena penampilan Raka yang benar-benar berbeda sekarang.

Saat ini Raka memakai celana pendek selutut dengan dipadukan kaos hitam polos. Penampilan Raka saat ini benar-benar membuat penampilannya seperti remaja kuliahan.

"Bia, sadar! Astaga, masa lo gampang terpesona sih." Batin Bianca menggerutu.

Raka tiba-tiba menoleh, membuat Bianca buru-buru menundukkan kepalanya.

"Tadi Kiano telepon nanyain kamu, tapi saya bilang kamu tidur. Mungkin dia akan telepon lagi nanti." Ucap Raka memberitahu.

Bianca hanya manggut-manggut, ia tidak tahu harus berkata apa, sebab saat ini dirinya masih berusaha untuk mengatur detak jantung yang tidak karuan.

"Bia, kamu baik-baik saja?" tanya Raka serius.

Raka memegang kening istrinya, khawatir terjadi sesuatu pada Bianca yang lebih banyak diam.

"Baik, Mas. Aku nggak demam," jawab Bianca lalu menjauhkan tangan suaminya itu.

Raka tersenyum hangat. "Kalo ada apa-apa bilang sama saya ya, saya nggak mau kamu sakit." Tutur Raka lembut.

Bianca hanya manggut-manggut, ia ingin buru-buru menghabiskan makanan nya dan mandi. Bianca tidak sabar untuk jalan-jalan di sekitar pantai.

"Mas, kamu udah mandi?" tanya Bianca. Entah mengapa Bianca tiba-tiba bertanya hal aneh.

"Udah, Sayang. Kenapa? Mau mandi bareng?" tanya Raka usil.

Bianca berdecak, ia tidak menyahut dan hanya memutar bola matanya jengah dengan jawaban dari suaminya yang tampan itu.

"Mas, kamu sehari bisa serius nggak sih?" tanya Bianca kesal.

Raka meletakkan piring makan nya, ia lalu mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri guna melihat bagaimana wajah cantik Bianca yang merajuk.

"Ngapain?" tanya Bianca ketus.

"Lihat wajah istri saya." Jawab Raka terang-terangan.

"Mas, diam deh!" Bianca kesal, namun rasa kesalnya itu hanya sekedar untuk menutupi kegugupannya.

"Kamu cantik banget, Bia. Pantas aja saya nekat jatuh cinta sama anak SMP, orang anak SMP nya cantik gini." Ungkap Raka dari hati.

Bianca menoleh penuh tanya. "Anak SMP, maksud kamu?" tanya Bianca bingung.

"Ya, saya mencintai kamu sejak kamu duduk di bangku SMP." Jawab Raka jujur.

Bianca meletakkan piring makan nya, ia memegang tangan sang suami lalu menariknya sedikit agar Raka mau menatapnya.

"Tunggu, maksudnya gimana?" tanya Bianca belum konek.

Raka terkekeh, ia juga meletakkan piring makan nya dan kini serius pada wajah istrinya.

"Kamu ingat kan kalo saya ini tetanggamu saat kamu masih SMP?" tanya Raka lembut.

Bianca hanya mengangguk, ia begitu penasaran dengan penjelasan dari sang suami.

"Sejak pertama kali saya melihat kamu, saya sudah jatuh cinta, Bia. Kamu gadis yang cantik, dan lucu buat saya. Sayangnya saat itu kamu masih sekolah, sementara saya sudah bekerja." Jelas Raka disertai senyuman.

"Saya mencintai kamu dalam diam, bahkan setiap hari saya selalu memperhatikan kamu dari balkon kamar. Setiap malam saya berharap bisa melihat wajah kamu meski hanya sebentar, dan Tuhan mengabulkan nya." Lanjut Raka dengan senyuman semakin lebar.

Ada rasa bahagia di hati Raka saat dirinya bercerita bagaimana ia jatuh cinta, dan ia cerita kepada gadis yang ia maksud dalam cerita tersebut.

"Terus?" tanya Bianca.

"Kita beda 8 tahun, Bia. Saat kamu lulus sekolah, saya justru menikah. Saya menikahi gadis pilihan orang tua saya karena terpaksa." Jawab Raka lalu mengambil nafas sebelum membuangnya perlahan.

"Setelah saya menikah, rasa cinta saya benar-benar masih terpaku sama kamu. Saya nggak bisa mencintai kehidupan saya yang sudah berumah tangga, saya masih terus mengharapkan kamu." Raka terus bercerita dan Bianca mendengarkannya.

"Kenapa mas nggak tolak pernikahan itu?" tanya Bianca.

"Jika saya menolak, memang kamu mau menikah dengan saya saat itu?" tanya Raka usil.

"Ck, bukan gitu. Tapi kasihan istri kamu dulu, dia pasti sakit hati karena tidak dicintai oleh suaminya." Jawab Bianca.

Raka tersenyum miris. "Kamu salah, Bia. Saya jauh lebih kasihan. Saya nggak bisa menikahi gadis yang saya cintai, lalu saya menikahi seorang perempuan yang suka berselingkuh." Sahut Raka tanpa menatap istrinya.

Bianca terkejut, ia menatap Raka yang menundukkan kepalanya dengan senyuman yang masih sama.

"Maaf, Mas. Aku nggak tahu–" ucapan Bianca terhenti karena Raka bicara.

"Nggak, Sayang. Kamu nggak perlu minta maaf," potong Raka lembut.

Raka menarik nafas, lalu membuangnya perlahan. Pria itu meraih piring makan Bianca, lalu menyuapi istrinya.

"Singkatnya, saya bercerai dari masa lalu saya. Bertahun-tahun saya sendiri, sampai takdir mempertemukan orang tua kamu dan orang tua saya. Saat itu saya ragu, tapi saya memberanikan diri meminta izin untuk menikahi kamu, Bia." Ucap Raka sambil menyuapi Bianca yang pasrah dan membuka mulutnya.

Raka menyeka noda minyak di sudut bibir istrinya, ia lalu menatap dalam mata Bianca yang juga masih menatapnya.

"Sekarang kamu istri saya, dan cinta saya masih sama, bahkan bertambah setiap hari. Cinta saya hanya untuk kamu, Bia." Kata Raka dari hatinya.

Bianca menatap suaminya, entah mengapa ia merasa tersentuh oleh ucapan dari Raka barusan. Ia bahkan diam seperti patung tanpa mau mengalihkan pandangannya.

"Sebesar itu, Mas?" tanya Bianca ambigu.

Raka menggeleng. "bahkan lebih dari yang kamu pikirkan, Bia." Jawab Raka disertai senyuman hangatnya.

Bersambung ..............................

1
Dira
Gantengnya mas raka
Lilik Juhariah
padahal SDH baca , adem banget punya suami yg mencintai bukan dicintai
Alra
👍
Darmawansah
benar benar cari masalah ini anak
Darmawansah
/Curse//Curse//Curse//Curse/
Darmawansah
bagus klu ada komplitnya sedikit
Darmawansah
ha ha ha /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Darmawansah
ini yang membuatku bingun.kenpa klu di novel istri lagi marah.tpi suaminya gemes,kayak gak nyambung
Darmawansah
semoga nanti kau dapat balasannya .kiano yang akan menolakmu
Darmawansah
itulah resikonya klu mencintai orang hanya dari fisik.maka hrus sabar
Dedi Rusmana
uuhhh mantap banget pak duda udah bisa ngejebol gawang bia
Rosdiana Azwar
jengkel aku sama Bia
Bapak Anak-anak
Alurnya ringan, tipikal keluarga ideal versi orang kebanyakan
Bapak Anak-anak
Hindari orang2 reseh, kasihan debay nya
Intan Wulandari
ro.antis
Intan Wulandari
adem nya
Fakhirah Nurfathanah
Bianca angkuh tdk pnya hati. Kiano kan tdk salah setidaknya bersikaplah baik dgn anak kecil
Avril
astaga mba intan 🤦🏻‍♀️
Avril
suka bgt ya godain raka 😂
Avril
sabar raka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!