"Aku ingin besok pagi kau pergi dari rumah ku!"
"Bawa semua barang-barang mu aku tidak ingin melihat satu barang mu ada di rumahku!"
"Ingat Olivia...tak satu jejak mu yang ingin aku lihat di rumah ku ini. Pergilah yang jauh!"
Kata-kata kasar itu seketika menghentakkan Olivia Quinta Ramírez. Tubuhnya gemetaran mendengar perkataan suaminya sendiri yang menikahi nya lima bulan yang lalu.
"T-api...
Brakkk..
"Kau baca itu! Kita menikah hanya sementara saja, syarat untuk mendapatkan warisan orang tua ku!"
Bagai disambar petir, tubuh Olivia gemetaran menatap tak percaya laki-laki yang dicintainya itu. Seketika Pandangannya menggelap.
Bagaimana dengan Olivia? Mampukah ia mempertahankan pernikahannya?
Yuk ikuti kelanjutan Kisah Olivia "Istri Yang Terbuang".
Semoga suka. JANGAN LUPA TINGGALKAN SELALU JEJAK KALIAN DI SETIAP BAB YA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTEMU PAMAN TAMPAN LAGI
Keesokan harinya..
Oliver memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus sekolah mewah yang berada di pusat kota New York.
Ia ingin menemui adiknya Elara sebelum ia kembali ke Houston. Sejak mereka berselisih paham kemarin, Elara tidak mau bertemu dan menyambut telepon Oliver. Hal biasa dilakukan gadis itu jika ada yang tidak di sukanya akan berlari dan mendiamkan masalah yang dihadapinya. Oliver sangat tahu itu.
Sekarang hampir pukul dua belas, Oliver ingin mengajak adiknya makan siang bersama dengannya karena kemarin adalah pertemuan yang gagal bagi Oliver dan Elara.
Oliver melangkahkan kakinya menuju ruangan Elara. Ia tahu letaknya karena saat ke New York Oliver kerapkali menemui Elara di tempat kerjanya ini. Saat tiba di ruangan Elara, ia diberitahu bahwa adiknya baru saja pergi menghadiri rapat di tempat lain. Oliver memutuskan untuk pergi dan akan menghubungi Elara nanti.
Namun ketika melewati taman sekolah kedua netra Oliver melihat seorang anak kecil duduk di kursi taman seorang diri sambil menundukkan kepalanya melihat lantai. Kakinya yang terjuntai berayun-ayun pelan. Wajah lucu anak itu terlihat murung sekali.
Entah apa yang membuat Oliver tertarik pada bocah itu sehingga langkah kakinya menghampirinya. Otak Oliver seperti terhipnotis, di tuntun untuk menemui anak itu.
"Halo Asley. Kenapa kau sendirian?"
Asley spontan mengangkat wajahnya, menatap Oliver dengan mata mengerjap-ngerjap. Wajah menggemaskan itu seketika sumringah. "Paman tampan?", ucapnya kegirangan berdiri dari tempat duduknya. Ia berlari mendekati Oliver.
"Kenapa kau sendirian, dimana orang tua mu, hem?"
"Mommy pasti sibuk bekerja. Daddy sudah kembali", jawab Asley dengan polosnya.
"Kembali? Daddy mu kembali kemana?", tanya Oliver sambil mengusap lembut wajah Asley.
"Ke kota Houston. Daddy bekerja di sana paman", jawab bocah itu tersenyum.
"Oh begitu ya". Oliver menganggukkan kepalanya sambil menatap sekitar.
"Paman tampan menemui miss Ela?"
Oliver kembali menatap bocah di hadapannya. "Iya. Tapi Miss Ela sedang pergi. Hem ... bagaimana kalau kau ikut paman makan siang. Nanti paman akan mengantar mu kembali kemari".
Asley nampak berpikir. Ia ingat pesan Olivia, tidak boleh pergi bersama orang asing. "Hm...apa paman bukan orang asing untuk ku? mom melarang ku pergi bersama orang asing", tanya Asley polos mendongakkan wajahnya menatap Oliver yang berdiri menjulang.
Oliver tersenyum mendengarnya. Laki-laki itu mensejajarkan wajahnya pada Asley. "Bukankah kau mengenal miss Ela dengan baik. Miss Elara adalah adikku, jadi aku bukan orang asing untuk mu", jawab Oliver tersenyum menatap dalam wajah tampan Asley.
Tiba-tiba Asley memeluk leher Oliver. "Apa paman akan membelikan aku es krim coklat?", tanya nya dengan lugu khas anak kecil berusia hampir lima tahun tersebut.
Mendapatkan pelukan hangat dari Asley membuat perasaan Oliver menghangat juga. Tiba-tiba ia membalas pelukan bocah itu. "Tentu saja kau boleh memakan es krim kesukaan mu sepuasnya", jawab Oliver sambil mengangkat tubuh Asley. Menggendong anak itu menuju mobilnya.
Letak mobil yang berada di parkiran khusus samping sekolah, di tambah lagi saat ini jam kepulangan anak- anak kelas atas membuat Oliver dan Asley tidak terlihat keamanan sekolah.
Tiga puluh menit berlalu..
Olivia tergesa-gesa turun dari mobilnya. Olivia menggerutu karena terlambat menjemput anaknya. Sekarang sudah pukul dua belas lebih. Olivia tadi harus menghadiri meeting dan terjebak macet saat menuju ke sekolah Asley.
Olivia langsung menuju taman sekolah tempat biasanya Asley menunggu nya. Namun Olivia tidak melihat Asley di taman itu.
Ia langsung menuju kelas, lagi-lagi tidak melihat anaknya.
Olivia hendak keruang guru ketika melihat salah seorang petugas sekolah. Olivia langsung bertanya tentang Asley.
"Maaf nona, anak-anak kindergarten sudah pulang semua. Tidak ada lagi yang masih di sekolah, semua anak sudah di jemput orang tua nya masing-masing".
"Apa maksud mu, anak ku Asley belum aku jemput", seru Olivia panik. Tiba-tiba perasaannya tidak enak.
"Oh my God di mana anak ku?!"
Dengan tubuh gemetaran Olivia terlihat begitu gugup. Wajahnya pucat pasi. Dengan tangan gemetaran Olivia menghubungi asisten nya Lyzbet.
Begitu pun petugas itu, segera melapor pada keamanan dan pihak sekolah.
Menit berikutnya semua orang nampak panik. Diantara pihak sekolah, sudah ada Elara yang baru saja kembali dari meeting nya.
Elara segera bertanya apa yang terjadi, dan ia pun menjadi panik juga. Detik berikutnya gadis itu melihat layar handphone nya. Ela baru menyadari ternyata sudah puluhan kali menerima panggilan dari Oliver. Elara tidak mengangkat satupun panggilan Oliver. Sejak kemarin handphone miliknya ia aktif kan mode silent.
Tertera nama Oliver di layar handphone. Elara menggeser tombol hijau.
Elara belum sempat menyapa kakaknya, Oliver lah yang bicara duluan.
*Ela... sekarang aku dengan murid mu yang kemarin menumpahkan es krim ke celana ku, Asley..*
"Apa?! Kakak dengan Asley? dimana sekarang? kakak sudah membuat orang tua anak itu panik...kakak harus bertanggungjawab!"
...***...
To be continue