NovelToon NovelToon
AKU ISTRIMU BUKAN MUSUHMU

AKU ISTRIMU BUKAN MUSUHMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: SAFIRANH

Luna harus memilih antara karir atau kehidupan rumah tangganya. Pencapaiannya sebagai seorang koki profesional harus dipertaruhkan karena keegoisan sang suami, bernama David. Pria yang sudah 10 tahun menjadi suaminya itu merasa tertekan dan tidak bisa menerima kesuksesan istrinya sendiri. Pernikahan yang telah dikaruniai oleh 2 orang putri cantik itu tidak menjamin kebahagiaan keduanya. Luna berpikir jika semua masalah bisa terselesaikan jika keluarganya tercukupi dalam hal materi, sedangkan David lebih mengutamakan waktu dan kasih sayang bagi keluarga.
Hingga sebuah keputusan yang berakhir dengan kesalahan cukup fatal, mengubah jalan hidup keduanya di kemudian hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SAFIRANH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Beberapa hari telah berlalu semenjak kejadian malam dimana Mahesa melihat seorang wanita berboncengan dengan pria yang kabarnya sudah berkeluarga.

Anehnya, Mahesa masih memikirkan tentang hal itu bahkan sampai sekarang. 

Ingatannya berputar saat dimana ia bertemu pertama kali dengan Luna di dalam kereta. Saat itu ia sama sekali tak tahu jika wanita yang ditolongnya tersebut sudah menikah. Mungkin suatu kebetulan juga mereka bisa kembali di pertemukan di kampung kecil ini.

Jujur, Mahesa merasa terusik dengan dugaan perselingkuhan yang sempat dilontarkan oleh Maman kepada pria dan wanita asing malam itu.

Meski ini bukan urusannya, tapi Mahesa tetap bersikeras untuk memastikan semuanya. Apalagi mendengar nama Luna, seorang wanita asing yang kini masih memiliki urusan dengannya terkait cincin pernikahan milik Mahesa yang sempat hilang.

“Man…Maman!” panggil Mahesa dari ruang depan.

Suara derap langkah kaki cepat dari arah belakang terdengar. Pria bertubuh cungkring itu tampak siap menjalankan semua perintah tuannya. “Ada apa, Mas?” tanyanya.

“Kamu bisa mencarikan data lengkap tentang pria bernama David, serta seluruh keluarganya padaku?” 

Maman terdiam sejenak. Bingung dengan tugas yang diberikan kepadanya. “Memangnya untuk apa, Mas?” 

“Pokoknya ada lah. Bisa atau tidak?” tanya Mahesa memastikan. 

Meski masih ragu, akhirnya Maman mengangguk setuju. Lagipula, mematuhi segala perintah majikan adalah tugas utamanya. “Baik, Mas. Saya akan berangkat secepatnya.”

Mahesa mengulas senyum saat melihat Maman berbalik dan lari secepat kilat untuk segera menjalankan tugas darinya. 

Meski sering menyebalkan dan membuat sakit kepala, tapi Maman memang pekerja yang baik.

***

Tempat pertama yang dituju oleh Maman adalah pasar. Semua informasi dan berita terbaru pasti akan lebih mudah di gali di tempat ramai seperti itu.

Apalagi ini adalah kampung halamannya, jadi tidak sulit bagi Maman untuk mencari informasi apapun.

Kaki beralaskan sandal jepit itu melangkah dengan santai, mendekat ke arah seorang penjual ayam. Salah satu penjual yang paling ramai di datangi para warga kampung.

“Man, mau beli ayam?” tanya si penjual saat tengah memotong beberapa bagian daging ayam.

“Masih sisa apa saja, Bu?” Maman mendekat, pura-pura memeriksa stok daging yang ada di depannya.

“Masih komplit. Pilih saja.”

“Paha ayam saja satu kilo.”

“Paha saja?” tanya penjual itu heran. “Memangnya majikanmu yang tampan itu tidak terlalu banyak makan, ya?”

“Mas Mahesa?” Maman melirik sejenak tapi kembali memusatkan tatapannya ke arah potongan daging ayam tersebut. “Orang ganteng itu makannya sedikit, kalau banyak takut berat badannya naik.”

Si penjual tertawa terbahak. Entahlah, mungkin karena wajah Maman yang memang sudah lucu sejak lahir, jadi saat ia mengucapkan kalimat biasa, akan terdengar lucu menurut orang lain.

Kebetulan salah seorang keluarga dari Bu Galuh tengah berada di pasar, orang itu adalah Doni, putra sulung di keluarga tersebut. Sepertinya pria yang berprofesi sebagai mandor perkebunan itu tengah memeriksa bibit yang dijual bebas di pasar.

“Itu bukannya Mas Doni, anaknya Bu Galuh kan, Bu?” tanya Maman membuka pembicaraan tentang keluarga itu.

“Iya, itu anak sulungnya. Kalau yang bungsu baru saja membuka warung makan di dekat perempatan ujung jalan sana.”

“Warung makan yang dulu itu?” tanya Maman.

“Iya, warung itu dibangun lagi dan kini di kelola putra bungsu mereka yang baru pulang dari kota. Namanya David.”

Maman mengangguk mengerti. “Pulang kesini sendirian?” 

“Tidak. Pria itu membawa istri dan dua orang putri.” 

Maman mencatat semua yang ia dengar di kepalanya. “Ibu tahu nama istrinya siapa?” tanya Maman lagi, kini dengan pertanyaan yang lebih dalam.

“Yang kutahu namanya Luna, orangnya cantik tapi—” penjual ayam itu menjeda ucapannya, mulai mendekat ke arah Maman untuk berbisik. “Katanya dia sangat malas dan tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan benar.” 

“Ah, yang benar, Bu?” ucap Maman sedikit meragukan penjelasan yang terakhir.

“Bu Galuh sendiri yang bilang, tidak mungkin dia berbohong.”

“Oh,” Maman hanya menjawab singkat. Tangannya terulur memberikan satu uang lembaran pada penjual tersebut. “Ini uangnya.”

“Katanya tadi tanya, kok hanya di jawab ‘Oh’ saja?” keluh si penjual yang memang hobi bergosip. Ia menerima uang dari Maman lalu memberikan kembaliannya.

“Memangnya aku harus jawab apa, Bu? Lagipula kami tidak saling kenal.” Maman lalu pergi setelah membawa satu plastik berisi paha ayam.

***

Setelah dari pasar, Maman mulai mengendarai sepeda motornya dan berhenti di persimpangan jalan, tepat di depan warung makan yang dikelola oleh David.

Sejenak, keadaan benar-benar tampak normal. Anehnya, warung tersebut tampak sepi meski katanya resep yang disajikan masih sama seperti dulu.

Maman hampir menyerah. Tidak ada apapun yang bisa ia laporkan pada Mahesa mengenai warung makan milik David ini. Hingga suatu hal yang mengejutkan terjadi.

Seorang wanita memakai seragam guru, tampak mengendarai sepeda motornya dan berhenti tepat di halaman depan warung makan milik David. 

Saat diamati kembali, rupanya wanita itu adalah…Bu Kumala.

Wanita itu tampak begitu senang saat melangkah masuk ke dalam warung makan tersebut. Bukan sikap yang wajar saat seseorang hanya ingin membeli makan siang.

Merasa penasaran, Maman akhirnya memutuskan untuk melihatnya lebih dekat. Ia sengaja mengendarai motornya dan masuk ke area parkir warung, mencari alasan sebagai seorang pembeli.

Saat Maman baru masuk, ia melihat jika Bu Kumala tengah asyik mengobrol dengan si pemilik warung. Mereka tampak sangat akrab, bahkan sesekali tangan lentik wanita itu menyentuh lengan si pria saat tertawa.

“Ehem!” Maman berdehem singkat.

Yang otomatis membuat keduanya merasa salah tingkah. Terkejut dengan kehadiran orang selain mereka.

“Eh, Man. Mau beli makan siang juga?” tanya Kumala mencoba bersikap normal.

“Iya, Bu Kumala,” jawabnya dengan senyum.

Si pria pemilik warung itu juga tampak sangat aneh, seperti seorang pencuri yang baru saja tertangkap basah. Sikapnya menjadi canggung, bahkan terkesan kaku. 

“Silahkan, mau pesan apa?” tanya pria itu setelahnya.

“Bakmi goreng saja, Mas. Yang pedas,” jawab Maman saat berlalu untuk mengambil duduk sambil menunggu.

Saat Maman tanpa sengaja melirik ke arah Kumala, wanita itu terlihat tak bisa menyembunyikan perasaannya. Beberapa kali matanya mencuri pandang ke arah David yang telah berada di dapur.

Tatapan itu, seperti seorang remaja puber yang baru menemukan pria pujaan hatinya.

Yang membuat Maman aneh adalah, kenapa harus pria beristri?

Adalah fakta jika David merupakan seorang pria yang tampan. Tapi, memangnya tidak ada pria lain yang memiliki status lajang selain menyukai milik orang lain? Begitulah pemikiran Maman saat ini.

Ia tampak memainkan ponsel, tanpa Kumala dan David sadari jika Maman tengah mengambil foto mereka berdua. Mungkin bisa dikatakan ini adalah salah Kumala yang terlalu terlihat jelas saat mencuri pandang ke arah David.

“Foto di sini dan, kirim,” Maman berucap pelan hampir tidak terdengar saat jarinya menekan tombol kirim ke nomer milik Mahesa.

Hal mengejutkan ini juga bisa menguatkan ucapannya beberapa waktu yang lalu saat Mahesa tidak percaya jika mereka berdua berboncengan sambil pelukan.

Tinggal menunggu saja, apa yang akan dilakukan oleh Mahesa dengan kabar yang baru saja di laporkan olen Maman.

BERSAMBUNG 

1
Becce Ana'na Puank
ok
SAFIRANH: Terima kasih ❤️
total 1 replies
HappyKilling
Bikin terhanyut. 🌟
SAFIRANH: Terima kasih 😘
total 1 replies
Helen
Kece abis!
SAFIRANH: Terima kasih,🥰❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!