Aditya Kalandra wiratmaja tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya, Nathasya Aurrelia pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Dalam keadaan yang kalut ia dipaksa harus menerima pengantin pengganti yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya.
Sementara itu, Nayra Anindhira Aditama juga terpaksa harus menuruti permintaan sang kakak, Nathan Wisnu Aditama untuk menjadi pengantin pengganti bagi Aditya atas dasar balas budi.
Apakah Nayra sanggup menjalani kehidupan barunya, dan mampukah dia menakhlukkan hati Aditya.
Ataukah sebaliknya, apa Nayra akan menyerah dan pergi meninggalkan Aditya saat masalalu pria itu kembali dan mengusik kehidupan rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MauraKim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami Macam Apa Kau Aditya?
Sinar Matahari pagi masuk melewati celah jendela kamar. Setelah tiga hari bergelut dengan kecemasan serta kelelahan merawat Aditya yang sakit, Nayra akhirnya bersiap untuk Kembali ke Butik.
Di balik pintu kamar mandi, terdengar suara gemericik air yang menandakan Aditya sedang mandi.
Nayra segera menyelesaikan kegiatannya dan berjalan menuju lemari pakaian Aditya untuk menyiapkan pakaian pria itu. Tangannya menyusuri deretan pakaiannya yang tergantung rapi, lalu berhenti pada setelan jas berwarna hitam. Dengan telaten, ia mengeluarkannya dan meletakkannya di atas ranjang. Ia kemudian mengambil kemeja putih dan dasi yang senada dengan warna jas yang ia pilih sebelumnya.
Suara air berhenti mengalir dari kamar mandi. Nayra spontan menoleh, saat tak lama kemudian terdengar suara pintu kamar mandi terbuka.
Ia langsung membeku.
Aditya keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, sementara tubuh bagian bawahnya hanya berbalut handuk putih yang melilit di area pinggangnya. Tetesan air masih menyusuri kulitnya, dan aroma sabun yang segar perlahan memenuhi ruangan.
Nayra segera memalingkan wajah, wajahnya memerah seketika. "M-mas, kenapa tidak pakai baju sama sekali, bukankah tadi Mas sudah bawa kaos dalaman?" tanyanya sembari terus menundukkan kepala.
Aditya menurunkan handuk di kepalanya, lantas memandang Nayra yang berdiri sembari menunduk di dekat ranjang. Senyum tipis terbit di sudut bibirnya. "Ya, tapi aku tidak sengaja menjatuhkannya di kamar mandi. Terpaksa aku keluar dengan kondisi seperti ini, lagi pula aku juga mengira kamu sudah keluar dari kamar."
Nayra mengangguk cepat, masih tak berani menatap Aditya. "Biar Nayra ambilkan yang baru, Mas." ucap Nayra sembari beranjak dari tempatnya berdiri.
Aditya tersenyum melihat tingkah Nayra yang gugup, istrinya itu bahkan sama sekali tak berani menatapnya.
"Kenapa dia selalu terlihat menggemaskan saat gugup seperti itu." guman Aditya dalam hati.
Tak lama kemudian Nayra menyerahkan sehelai kaos dalam untuk Aditya, "Ini, Mas. Oh iya, aku juga sudah menyiapkan kamu baju untuk pergi ke kantor. Sebenarnya aku tidak tahu selera kamu seperti apa? tapi semoga pilihanku cocok ya Mas. Kalau begitu aku turun duluan ke ruang makan ya." ucap Nayra sebelum pergi.
Namun langkah Nayra terhenti, saat Aditya kembali mengeluarkan suaranya.
"Nayra, Tunggu. Bisakah kamu di sini sebentar? kita turun ke bawah bareng ya." ucap Aditya sembari meraih kemeja di atas ranjang dan memakainya perlahan.
Nayra mengangguk, namun ekspresi wajahnya berubah menjadi terkejut saat Aditya tiba-tiba melepaskan lilitan handuk di pinggangnya. Meskipun pria itu memakai celana pendek, tentu saja tindakannya itu membuat Nayra terkejut dan sontak wajahnya semakin memerah karena malu.
Diam-diam Aditya melirik Nayra yang merasa semakin gugup karena tindakannya barusan, ternyata mengoda Nayra seperti ini sangat menyenangkan baginya.
"Nayra, bisa bantu aku pakai dasi?" ujar Aditya mendekat ke arah Nayra.
Dengan napas tertahan, Nayra menelan ludahnya dan perlahan meraih dasi yang sudah tergantung rapi di leher Aditya. Ujung jarinya sempat menyentuh kerah kemeja pria itu, dan itu membuat jantungnya berdebar tak karuan. Namun, ia berusaha tetap terlihat tenang.
Aditya menunduk sedikit, membiarkan Nayra mengikat dasi itu dengan tangan sedikit gemetar. Sorot matanya tak lepas dari wajah Nayra yang tengah serius,namun tampak gugup.
Sesekali mata mereka hampir bertemu, namun Nayra buru-buru mengalihkan pandangan.
"Apa kamu merasa tidak nyaman? aku akan pakai sendiri kalau kamu merasa tidak nyaman." Aditya menahan tawanya saat mengucapkan kalimat itu. Dia hanya sedang basa-basi saja untuk mengoda Nayra.
Tangan Nayra berhenti sejenak, namun kembali bergerak dan kali ini tanpa keraguan. "Aku tidak apa-apa, Mas." jawabnya lirih, meski hatinya tak sejalan dengan ucapannya.
"Maaf, Ya. Aku jadi merepotkan kamu lagi." ucap Aditya dengan lembut. "Terima kasih sudah merawatku saat sakit kemarin, dan terima kasih juga sudah bantu aku bersiap hari ini." lanjutnya dan di tutup dengan sebuah kecupan di dahi Nayra.
Nayra membelalakkan matanya dan itu membuat Aditya semakin gemas melihat tingkah istrinya itu. "Kedepannya kamu harus terbiasa, Ra." ucap Aditya lagi sebelum pergi dari hadapan Nayra.
Nayra masih membeku karena tindakan dan ucapan Aditya. Sebenarnya ada apa dengan Aditya? Semakin hari kelakuan pria itu membuat Nayra semakin binggung. Benarkah dia Aditya yang selama ini mengabaikannya? Nayra bahkan sampai geleng-geleng kepala memikirkan perubahan sifat Aditya.
"Nayra, Ayo. Yang lain pasti sudah menunggu kita untuk sarapan." ucap Aditya lagi, ketika mendapati Nayra masih berdiri di tempatnya semula.
"I-iya, Mas." jawab Nayra gugup sembari menyusul langkah Aditya menuju ruang makan.
Begitu mereka menginjakkan kali di ruang makan, tiga pasang mata langsung menoleh.
Papa Indra duduk di tegak di ujung meja, seperti biasa. Di sebelahnya, Mama Hanum menyambut kedatangan mereka dengan senyum lembut. Sementara di seberang meja, Arsyila duduk dengan santai, sembari sesekali memeriksa ponselnya.
"Selamat pagi, semuanya." sapa Nayra dengan senyum lembutnya.
Mama Hanum mengangguk, "Pagi, sayang. Ayo duduk, sarapannya sudah siap."
Aditya menarikkan kursi untuk Nayra sebelum duduk di sampingnya. Dan tentu tindakannya itu, membuat semua yang ada di ruang makan merasa terkejut, tak terkecuali Nayra.
Mama Hanum, Papa Indra dan Arsyila merasa senang karena banyak kemajuan yang terjadi dalam hubungan Nayra dan Aditya. Semenjak Aditya sakit, banyak perubahan yang terjadi pada perilakunya. Pria itu menjadi sosok yang terbuka, sedikit banyak bicara dan tentu saja tiba-tiba menjadi pria yang manja jika bersama Nayra.
Arsyila bahkan sempat di buat melongo, saat beberapa hari yang lalu, ia mendapati Aditya minta di suapi oleh Nayra saat makan.
"Kamu sudah mulai ke kantor hari ini, Aditya?" tanya Papa Indra membuka obrolan.
"Iya, Pa. Aku sudah baik-baik saja. Lagipula, banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." jawab Aditya santai.
"Ingat, Aditya. Jangan pulang malam-malam, dan jangan terlalu memforsir tenagamu. Jaga kesehatanmu baik-baik." tutur Mama Hanum memberi Nasihat.
"Iya, Ma." sahut Aditya singkat.
"Kak Nayra, kakak juga akan ke Butik kan, hari ini?" tanya Arsyila dengan antusias.
"Iya, Sayang. Memangnya ada apa?" jawab Nayra sembari mengernyitkan alis karena penasaran.
"Kakak ingat, tempo hari aku bicara kalau aku butuh gaun untuk menghadiri pesta pertunangan temanku. Apa boleh aku datang ke butik bareng sama kamu, Kak?" jawab Arsyila dengan penuh harap.
"Tentu saja, Boleh. Nanti kakak akan bantu kamu memilih gaun yang terbaik." jawab Nayra dengan senyumnya yang sontak membuat Arsyila merasa lega.
Setelah pembicaraan singkat itu selesai, mereka melanjutkan sarapan. Nayra yang selesai terlebih dahulu, mendorong kursinya ke belakang dan pamit untuk mengambil tasnya ke kamar.
"Nayra pamit ke kamar dulu buat ambil tas, Ya." ucap Nayra.
Sesaat kemudian Aditya juga pamit untuk menyusul Nayra, tidak lupa ia juga pamit kepada kedua orang tuanya untuk berangkat ke kantor.
"Mas, apa ada yang ketinggalan. Kenapa kembali ke kamar?" tanya Nayra begitu melihat Aditya masuk ke dalam kamar. Ia berfikir Aditya sudah berangkat ke Kantor.
"Aku mau mengambil tas dan Tab ku, Nayra. Apa kamu juga mau berangkat ke Butik sekarang?" tanya Aditya.
"Tidak, Mas. Aku menunggu Arsyila dulu." jawab Nayra.
Setelah mengambil tasnya, Aditya berpamitan pada Nayra, "Ya sudah, hati-hati kalau menyetir. Kabari aku kalau sudah sampai Butik. Aku pergi dulu." ucap Aditya sembari beranjak dari hadapan Nayra.
Namun langkahnya terhenti saat Nayra memanggilnya kembali. "Mas." Aditya menghentikan langkahnya setelah itu membalikkan tubuhnya ke arah Nayra.
Aditya mengernyitkan alisnya heran saat Nayra mengulurkan tangannya. "Kamu butuh sesuatu, Ra?" Aditya berfikir Nayra membutuhkan sesuatu, lebih tepatnya uang untuk membeli sesuatu, mungkin. Tiba-tiba Aditya merasakan dadanya sesak. Ia baru ingat, semenjak menikah dengan Nayra, ia sama sekali belum memberi uang sepeserpun untuk menafkahi istrinya itu.
"Sebenarnya suami macam apa kau Aditya?"
Izin yaa