Akibat jebakan dari tunangan dan saudara sepupu perempuannya.Aurel terpaksa harus menikah dengan Pria miskin yang hanya bekerja di salah satu hotel sebagai Cleaning Service yang gajinya tidak sepadan dengan Aurel.
Cacian dan hinaan terus di dapat oleh Aurel dan keluarganya yang mempunyai menantu miskin selalu di banding-bandingkan dengan menantu-menantu saudaranya yang bekerja di kantoran.
Tanpa Mereka ketahui Suami Aurel memiliki sebuah rahasia besar yang di sembunyikan identitasnya.
Siapakah sebenarnya Suami Aurel itu?
Dan kenapa Identitasnya di sembunyikan?
Ada tragedi apa sebenarnya kenapa identitasnya harus di sembunyikan?
Ketika Ia ingin mengungkap kebenaran siapa dirinya,Tanpa di duga Ia mengetahui sebuah fakta yang mengejutkan dirinya.
Ikuti terus perjalan kisah Aurel dan Suaminya dalam novel Ternyata Suamiku Kaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SumarsihMarsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23.
Wanita berpakaian rapi yang berprofesi sebagai taller menatap Revan dengan pandangan yang mencemooh, wanita itu menatap sinis karna Revan memakai pakaian pelayan.
"Selanjutnya," ucap wanita yang berdiri di meja taller sambil menatap pelanggan yang berdiri tidak jauh dari Revan.
Padahal Revan yang sudah lebih dahulu datang dan berdiri di meja taller, namun penjaga taller itu seolah-olah tidak melihat keberadaan nya.
Pria yang ada di sebelah Revan tersenyum sinis dan segera berdiri di sebelah Revan, pria itu melirik sekilas ke arah Revan dengan tatapan mengejek.
Revan tidak ambil pusing, pria itu langsung mengatakan tujuan awalnya ke bank.
"Permisi Nona, saya mau mengambil uang 50 juta." Ucap Revan langsung.
Wanita teller itu sontak saja menghentikan gerakan bibirnya yang akan berkata sopan kepada pengunjung yang berpakaian rapi, wanita itu lantas menatap Revan dengan pandangan yang tidak bisa di artikan.
Wanita yang berprofesi taller itu menatap Revan dari atas ke bawah, wanita itu tidak langsung percaya begitu saja saat Revan mengatakan ingin mengambil uang 50 juta. Wanita yang berdiri di meja taller mengira Revan cuma bercanda, wanita itu tidak percaya jika pria berpakaian pelayan mana mungkin memiliki uang sebanyak 50 juta.
Bibir wanita itu mencebik, wanita itu kembali ingin melayani pria yang berpakaian rapi yang bersebelahan dengan Revan.
"Tolong Nona, saya sedang buru-buru." Ucap Revan saat wanita berprofesi teller itu tidak segera melayaninya.
"Apa tuan tidak melihat saya sedang sibuk." Sahut wanita itu dengan kesal.
"Nona, bukan kah saya yang datang lebih dulu. Seharusnya saya yang duluan di layani." Protes Revan.
Wanita itu mendengus dengan sebel, wanita itu lalu memanggil rekan lain untuk melayani pria yang berpakaian pelayan.
"Mari tuan ikut saya," ajak seorang wanita muda kepada Revan.
Revan mengangguk dan mengikuti langkah wanita muda yang di panggil oleh wanita yang berdiri di depan teller itu.
Revan duduk di depan wanita muda yang menatapnya dengan ramah dan sopan.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya wanita muda yang tak lain namanya Sinta.
"Saya ingin nengambil uang sebesar 50 juta." Revan menyodorkan kartu sakti miliknya ke hadapan wanita muda yang ada di depannya.
Wanita muda itu dengan tangan gemetar menerima kartu sakti yang di sedorkan oleh Revan.
****
Ke empat pria yang sejak tadi mengikuti Revan, dengan setia menanti pria itu keluar dari bank.
"Itu dia, akhirnya dia keluar juga." Ucap salah satu pria berpakaian preman saat melihat Revan yang baru saja keluar dari dalam bank.
Ke empat pria itu segera menuju ke arah Revan, Revan terkejut saat jalan nya di hadang oleh ke empat pria yang berpakaian preman. Revan mengenal salah satu dari pria itu, yaitu pria berbadan gempal yang kalah bermain judi dengan dirinya. Rupanya pria itu tidak menerima kelalahan nya.
"Mau apa kalian menghadang langkahku?" Tanya Revan sambil menatap ke empat pria yang mengelilinginya.
"Aku tidak terima di kalahkan oleh kamu begitu saja, kembalikan uang ku sekarang juga." Todong pria berbadan gempal kepada Revan.
"Minta lah sama tuan Felik tuan, uang nya ada pada tuan Felik."
"Persetan, aku tidak ada urusan dengan Felik. Aku punya urusan nya dengan kamu." Ucap Malik marah.
****
Di Casino.
Hendarto merasa cemas saat Revan belum kembali ke casino, pria muda itu takut terjadi apa-apa pada pria itu.
Hendarto sejak tadi menatap pintu, berharap Revan muncul dari sana.
Hendarto berjalan kesana kemari berharap rekannya itu segera kembali.
"Hendarto, sedang apa kau di sana?" tanya rekan nya yang lain .
Hendarto menoleh dan melihat adam yang sedang membawa nampan kosong di tangannya.
"Kau di suruh antar minuman ke ruang bawah tanah." Beritahu Adam sehingga membuat Hendarto mengangguk.
Hendarto kembali menoleh sebelum ia meninggalkan tempat itu, berharap Revan segera muncul di pintu.
****
Ke empat pria itu mengepung Revan, para pria itu bersiap menyerang Revan.
Perkelahian Revan dan pria itu tidak bisa di hindari, Revan selalu menangkis dan menghindari serangan ke empat pria itu.
Salah satu pria itu menatap terkejut pada lengan kiri Revan yang lengan bajunya tersingkap, pria itu menarik temannya yang akan menghajar Revan.
Sontak saja membuat temannya menatap terkejut pada teman yang sudah menariknya, pria itu yang hendak bertanya lebih dulu temannya membisikkan sesuatu sehingga membuat pria itu melototkan matanya.
"Apa benar yang kau bilang?" tanya pria itu sambil menatap Revan yang masih berkelahi dengan kedua rekannya.
"Pria itu, benarkah dia...." Ucap pria itu ragu dan tidak di teruskan.
"Benar dia orang nya, lebih baik kita pergi sebelum masalah ini lebih besar dan merugikan kelompok kita." Jelas pria yang memakai topi.
Malik yang melihat kedua orang yang di bayarnya pergi tentu saja menghentikan langkah keduanya.
"Hai mau kemana kalian, kembali kalian. Aku sudah membayar kalian dengan mahal!" Teriak Malik yang melihat kedua pria yang ia bayar telah kabur.
Malik dan pria yang bersama Malik kebingungan saat melihat kedua pria itu yang kabur begitu saja, kedua pria itu saling berpandangan mereka pun memutuskan untuk segera pergi.
Malik menatap Revan yang masih kebingungan saat melihat kedua pria itu yang ketakutan dan lari terbirit-birit, Revan menggaruk kepala yang tidak gatal melihat kelakuan kedua pria itu.
"Awas kau, urusan kita belum selesai. Jangan pikir aku pergi karna takut padamu ya, aku pasti akan kembali lagi untuk merebut uang itu kembali." Ucap Malik sambil mengacungkan jarinya ke arah Revan yang masih kebingungan.
Setelah melihat Malik dan pria itu benar-benar pergi Revan melanjutkan langkahnya yang akan kembali ke Casino.
****
"Revan, akhirnya kau kembali lagi. Aku sangat mengkhawatirkan kamu, untung lah kau baik-baik saja." Semprot Hendarto saat melihat Revan yang sudah tiba di Casino.
Revan tersenyum saat melihat temannya yang mengkhawatirkan nya, ia merasa bersukur mempunyai teman-teman yang mempedulikan nya.
"Oh ya, Hendarto. Ini terima lah." Revan menyodorkan amplop coklat yang berukuran besar dan tebal ke tangan Hendarto.
"Rehan, apa ini?" tanya Hendarto dengan dahi yang mengerut dan penasaran dengan amplop coklat yang baru saja di sodorkan oleh Revan kepadanya.
Hendarto membiarkan tangan Revan menggantung di udara, ia tidak menerima amplop yang di sodorkan oleh Revan di hadapan nya.
Revan meletakkan amplop coklat itu ke tangan Hendarto.
"Terimalah untuk biaya operasi ibu mu."
Hendarto memeluk Revan dan mengucapkan terima kasih pada pria itu.
Hendarto segera meminta izin untuk pulang lebih awal kepada atasannya.
****
Aurel mengetuk kamar tamu, kamar tamu pun di buka dari dalam dan muncullah gadis berkacamata berdiri di ambang pintu.
"Waktunya makan malam Sis, ayo kita makan malam."
"Maaf mbak Aurel, Siska kebetulan sudah kenyang."
"Siapa Sis?" tanya Nadin yang baru keluar dari dalam kamar mandi.
"Mbak Aurel Non, ngajakin makan malam." Jawab Siska sambil menoleh ke arah Nadin yang berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Nanti aku nyusul Aurel,"
"Aku tunggu kamu di ruang makan Nad," Siska menutup pintu setelah memastikan Aurel sudah pergi dari kamarnya.
"Kamu mau ikut makan malam tidak Sis?" tanya Nadin.
"Nggak Non, saya sudah kenyang." Jawab Siska sambil naik ke atas ranjang.
Nadin membiarkan Siska di dalam kamar, dan tidak akan mengganggu Siska yang sedang sibuk dengan ponselnya.