Suamiku Ternyata CEO

Beberapa hari lagi adalah festival dua tahun sekali di Desa. Itu untuk menghormati telah berkembangnya desa dari tahun ke tahun, juga ada permainan dan perlombaan untuk pengisi acara.

Warga Desa semuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing, karena ini untuk bersama jadi setiap rumah yang tinggal di Desa mendapatkan tugas masing-masing. Dan, rumah Hayu mendapatkan tugas membuat kue dan makanan lainnya, dibantu oleh tiga tetangga Hayu.

Itu memang sudah jadi kebiasaan, setiap dua tahun sekali jika keluarga Hayu yang mendapatkan bagian membuat kue. Apa lagi buatan Ratna sudah terkenal enak sejak lama.

Berita dari Pak Kades, akan ada dewan pendidikan yang akan datang dari kota, untuk memberikan motivasi, semangat juga saran untuk anak-anak di Desa. Pak Kades juga mengundang ulama untuk memberikan mereka pencerahan juga doa agar Desa Kawang selalu penuh kebahagiaan juga rezeki.

"Mas... itu loh, bawain aku tepung," pinta Hayu. Devan dengan cepat mengambil tepung dan tanpa sengaja mengusap keringatnya hingga wajahnya bercemong tepung.

Hayu yang tak sengaja melirik Devan, langsung tertawa terbahak-bahak. Karena merasa lucu dengan melihat wajah tanpa ekspresi Devan telah dibumbui terigu.

"Pfttttt... hahaha! Mas, apaan sih?" tanya Hayu sembari menahan perutnya.

Semua orang yang berada disana menatap Hayu heran, namun detik kemudian saat tahu arah pandang Hayu. Mereka juga ikut tertawa, sembari di tahan.

"Pftttt.

Devan hanya diam, bingung.

Apa sih, yang sebenarnya ia tertawa kan. wajahku ada sesuatukah?' batin Devan bingung, akhirnya ia memilih mencari cermin.

Deg!

"Arghh! Ini memalukan, bisa-bisanya benda sialan ini menempel di wajahku!" teriak Devan tertahan. Apa lagi Istri menertawakan dirinya habis-habisan, bukannya membantu menghapusnya tetapi malah tertawa sehingga semua orang tahu.

"Awas saja kamu." Devan tersenyum smirk.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hayu, Devan dan Ratna mengunjungi lapangan tempat mereka akan mengadakan Festival. Semua sudah hampir dirias dengan sempurna, terlihat sangat indah dan damai.

"Ternyata teknologi memang sudah semakin canggih, sehingga tempat ini terlihat sangat indah dengan lampu kelap-kelip itu," jujur Hayu, karena ia memang kudet kurang apdet tentang lingkungan diluar.

Devan tersenyum dengan kepolosan Istrinya.

"Di luar sana masih banyak lagi hal-hal yang menakjubkan. Aku akan menunjukkan satu persatu padamu," bisik Devan, membuat wajah Hayu memerah.

"Awas aja kalo enggak ditepati," balas Hayu.

Mereka membantu membereskan barang-barang, juga menata panggung pentasnya. Setelah semua selesai, mereka kembali kerumah masing-masing. Hayu selalu merasa bahagia di setiap hari ini, hari dimana semua orang berdamai dan saling bekerja sama satu sama lain untuk menciptakan suasana yang indah.

"Gimana kalo kita ikut joget balon?" tanya Devan. Membuat Hayu melotot tak percaya. "Kamu gila! Mas, Jangan aneh-aneh deh, dari kemarin perasaan mau ikut lomba mulu! Itu untuk anak-anak khusus remaja dewasa ada nantinya. Ya kali kamu mau disamain sama anak-anak?" tanya Hayu panjang lebar, karena geli dengan Suaminya.

"Biarin aja, sayang. Lagipula hanya untuk hiburan. Ya, mau ya?" tanya Devan manja, mengedip-ngedipkan matanya.

Hayu tertegun dengan sikap Devan yang membuatnya merasa Devan benar-benar sudah menyukainya. Tetapi... apa itu benar? atau hanya hayalan semata-matanya saja? Kemana sikap Devan yang dingin dan acuh itu, kenapa barusan Devan bersikap manja padanya?

Mas... apa boleh aku sedikit berharap padamu...'

"Baiklah! Yang malu juga kamu, Mas," jawab Hayu seadanya, sembari menutupi degup jantungnya yang terus berpacu.

"Terima kasih, sayang," ucap Devan, mengecup pipi Hayu singkat, lalu pergi begitu saja.

Bruk!

Hayu terduduk lemas. Ia di ulti dua kali, dengan kecupan juga panggilan sayang. Benarkah? apa ini bukan hanya sekedar hanyalannya saja?

"Arghhh! Aku enggak kuat, mas!"

Dibalik sana. Devan juga menahan debaran jantungnya, karena itu ia langsung berlari. Tanpa sadar bibirnya sudah nyosor mencium pipi istrinya.