Suamiku Ternyata CEO

Suamiku Ternyata CEO

Part 01 – Menemukan seorang Pria Tampan

Deg!

Debaran di jantungnya terdengar cukup keras. Saat matanya tanpa sengaja menatap seseorang, atau mayat!

"Ya Allah, itu apa?" gumam seorang gadis. Namanya Rahayu, atau lebih akrab dipanggil Hayu.

Hayu melangkahkan kakinya dengan gelisah. Tujuannya mencari kayu bakar, namun yang ia temukan malah mayat yang tergeletak di tanah.

"Apa dia kecelakaan?" gumam Hayu, saat tangannya sudah memutar tubuh lelaki itu.

Deg!

Jantungnya berdebar kencang, bagaimana bisa ada lelaki setampan itu pikirnya? Apa dia malaikat?

"Wah, dia sangat tampan walau wajahnya banyak luka," gumam Hayu. Tangannya bergerak mendekati hidung pria itu, memastikan apakah pria itu masih hidup atau koit.

Hayu menghela nafas lega. Saat tangannya masih merasakan hembusan nafas pria tampan itu, walau lemah.

"Bagaimana ini, tuhan? Aku harus membawanya kemana?" gumam Hayu kebingungan, ia tak mungkin membawa pria tak dikenal itu ke Puskesmas Desa.

Karena jaraknya yang cukup jauh, dengan Hayu yang sendirian membawa pria ini.

"Aku tidak mungkin meninggalkan dia disini..." Dengan sekuat tenaga Hayu memapah pria itu hingga sampai dirumahnya yang kecil, namun nyaman.

"Huh... huh, dia berat," lirih Hayu, dengan nafas tersengal-sengal.

Dengan telaten Hayu, memeras handuk dan membasahi wajah pria itu. Hayu semakin terpesona dengan ketampanan pria itu, setelah semua kotoran itu hilang.

"Bagaimana dengan pakaiannya? Tidak mungkin aku membukanya," gumam Hayu dengan pipi merona karena memikirkan sesuatu.

"Sebaiknya, aku menunggu Ibu pulang."

Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam, Bu. Ibu Hayu... Hayu, menemukan sesuatu dihutan tadi," jelas Hayu dengan gugup. Membuat Ratna, Ibunya bingung tak biasanya Putrinya bersikap demikian.

"Ada apa, Nak?" Hayu menggiring Ibunya untuk pergi ke ruangan tengah.

Brak!

Sayuran yang dibawa Ratna jatuh begitu saja, membuat Hayu terkejut juga takut sang ibu Marah.

"Siapa dia, Hayu? Dan, kenapa dia terluka begitu parah?" tanya Ratna, menatap pria yang terluka itu.

Hayu mengelengkan kepalanya. "Hayu ndak tahu, Bu. Hayu menemukannya dihutan, dengan kondisi seperti ini. Hayu rasa dia kecelakaan," jelas Hayu, dimengerti Ratna.

"Baiklah, Ibu akan mengurusnya. Dan, memanggil Mang Agus untuk membantu membersihkan dia," jelas Ratna, Hayu mengangguk. Kemudian ia pergi untuk membersihkan dirinya, karena terkenal darah lelaki itu.

...****************...

Setelah mandi, Hayu melihat keadaan lelaki itu dan ternyata lelaki itu sudah bersih dengan pakaian rapi.

"Dia sebenarnya kenapa? Apa yang membuatnya sampai terluka parah seperti ini?" gumam Hayu, bertanya-tanya.

"Hayu... Dokter akan memeriksa dia jadi kita keluar dulu," pinta Ratna.

"Apa dia baik-baik saja, Dok?" tanya Hayu dan Ratna setelah Dokter Kirana keluar.

"Tenang saja, Bu Ratna. Dia baik-baik saja, namun ada benturan keras di area kepalanya, sehingga membuatnya melupakan sebagian ingatannya." Penjelasan Dokter Kirana membuat Ratna, tertegun dan terdiam.

Jika lelaki itu tak mengingat apapun, bagaimana mereka akan tahu dia tinggal?

Ratna menghela nafas."Baiklah, Kirana terima kasih."

"Bagaimana ini, Bu?" tanya Hayu, bingung. "Sudahlah. Kita rawat saja dia sampai pulih, Ibu akan menemui kepala Desa untuk izin," jelas Ratna, sambil memegang pelipisnya.

Esoknya.

Besoknya Ratna langsung menemui kepala Desa dan mendapatkan izin untuk merawat lelaki itu, karena bagaimanapun yang menemukan lelaki itu adalah Hayu, Putri Ratna.

"Bagaimana, Bu? Apa dia boleh tinggal bersama kita?" tanya Hayu, dengan bersemangat.

Ratna mengangguk. "Boleh, jadi mulai sekarang bantu dia memulihkan ingatannya dan kondisinya," ucap Ratna, memberikan sebuah tanggung jawab untuk Putrinya, yang sudah menemukan pria itu.

"Baiklah, Bu. Hayu janji, bakalan jagain dia sampai sembuh," jawab Hayu, dengan tersenyum.

Sebenarnya, Hayu adalah gadis cantik di Desa Sukati. Banyak pemuda yang menyukainya didesa ini, dan tentu saja itu menimbulkan sifat iri dari gadis-gadis didesa ini yang tidak terima.

Rahayu Adelina, gadis berkulit putih, rambut panjang, dan bersuara lembut itu tak lagi memiliki seorang Ayah, hingga membuatnya hidup berdua dengan sang Ibu.

Hayu menatap wajah tampan lelaki itu, ia merasa nyaman melihatnya.

Dia dari kota, bukan? Jika iya, banyak hal yang ingin Aku tanyakan. Eh, bentar...'

"Hayu bego deh. Dia, kan lupa ingatan emangnya ingat?" monolog Hayu.

"Kata Dokter Kirana, cuman sebagian. Berarti ada dong yang dia inget tentang kota," gumam Hayu berbinar-binar.

Sejujurnya, sejak lama ia selalu mendambakan bisa pergi ke Kota. Katanya dikota sangat ramai dan menyenangkan. Namun, ia tak bisa ke kota karena Ibunya tidak mengizinkannya. Seperti sebuah trauma untuk Ratna pergi ke kota, karena Sang Suami meninggal saat izin ke luar kota.

Tanpa sadar, Hayu menyelusuri ujung hidung lelaki yang sampai saat ini belum ia ketahui namanya itu. Hingga tangannya sudah hampir menyentuh bibir, Hayu baru tersadar dan merutuki sifat mesumnya.

"Hayu! Kok kamu pegang-pegang orang yang lagi pingsan," gumam Hayu, dengan wajah memerah dan detik kemudian ia pergi.

Tak terasa sudah dua hari, lelaki itu berada di rumah Hayu. Namun, sampai detik ini lelaki itu tak menunjukan tanda-tanda dia akan sadar. Membuat Hayu bingung, juga takut sebenarnya terjadi sesuatu pada lelaki itu tanpa mereka sadari.

"Hei, kamu kapan bangunnya sih? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Hayu, yang pastinya dijawab oleh angin.

"Ish, menyebalkan," gerutu Hayu.

Tok! Tok!

"Siapa yang datang?" Hayu langsung berjalan dan membuka pintu.

Ternyata, Pian. Lelaki yang sudah menjadi sahabatnya sejak dulu, ia selalu berbagi masalah dengan Pian karena merasa Pian satu-satunya sahabat untuknya. Pian tidak seperti laki-laki di desa ini, yang mendekatinya karena cantik dan berniat menikahinya.

"Kamu kemana sih, Yu. Aku udah tiga hari enggak ketemu kamu?" tanya Pian. Ya, lelaki itu belum tahu tentang lelaki yang Hayu temukan.

"Masuk dulu, Yan."

"Jadi, gini..." Hayu menceritakan semua kejadian kepada sahabatnya itu, membuat Pian terkejut.

"Kok enggak bilang-bilang dari kemarin?"

"Enggak sempetlah, Yan. Aku aja masih terkejut."

Pian mendekati lelaki yang masih terbaring itu, dan terkejut dengan wajah tampan lelaki itu. "Yu, ini beneran manusia bukan sih? Kok tampannya kelewatan begitu?" tanya Pian heran, jujur sebagai lelaki itu merasa jauh dari dia.

"Hahaha! Pian, Pian kamu ada-ada aja. Ya kali dia bukan manusia. Mangkanya kemarin aku sempet terpesona sama dia. Cih, kalo sampe satu desa tahu, mereka pasti bakalan ngejar-ngejar nih cowok. Apa lagi, Tante lampir," gerutu Hayu, membuat Pian tertawa.

"Haha, bener juga sih. Yang penting kita jangan sampai bocorin ini kemana-mana dulu, takutnya heboh," jelas Pian diangguki Hayu.

Mereka berdua sepakat untuk menjadi lelaki tampan ini bersama. Karena tidak tahu harus memanggil apa terpaksa Pian dan Hayu membuat nama untuk lelaki itu 'Malaikat Tampan'

"Kapan sih, Malaikat Tampan bangun, Yan? Aku sudah tidak sabar menunggu ceritanya? Ini sudah tiga hari sejak dia ditemukan," gumam Hayu, terus memandang Malaikat Tampan tanpa berkedip.

"Hayo loh, Yu. Ditatapin terus entar jatuh cinta," goda Pian, membuat Hayu tersadar. Lagi-lagi pipinya memerah bak tomat tanpa disadarinya.

Pian terkekeh geli melihat tingkah Hayu.

Hayu tanpa sengaja memegang tangan Malaikat Tampan, dan saat ingin pergi.

Greb!

****Deg****!

"Pi-Pian ada ya-yang narik tangan Aku," ucap Hayu. Lalu mereka menoleh bersama.

Mendapati Malaikat Tampan, menata mereka heran.

"Malaikat Tampan!" seru keduanya.

Betapa bahagianya Hayu, saat tahu bahwa orang yang sudah ia tunggu-tunggu sudah terbangun dari tidur panjangnya. Namun, sayang. Orang yang ia harapkan bersifat hangat, lembut dan penuh perhatian ternyata malah sebaliknya.

"Kalian siapa?" tanya pria itu, dengan tatapan dingin. Tapi, tangannya masih memegang kepalanya.

"Ah, apa kau masih merasa pusing?" tanya Hayu, khawatir.

"Jawab siapa kalian? Dan, dimana ini?" tanya Malaikat Tampannya.

Hayu dengan gugup memperkenalkan dirinya dan juga Pian.

"Ak-Aku Rahayu, dan dia Pian," jelas Hayu. "Dan, ini dirumahku," sambung Hayu.

"Ukh." Malaikat Tampan nampaknya kesakitan, saat ia mencoba mengingat sesuatu. Sesuatu yaitu, bagaimana ia bisa sampai dirumah Hayu dan bagaimana ia bisa terluka.

Namun, semakin kuat ia mencoba mengingat kepalanya semakin sakit. Hingga, Malaikat Tampan kembali pingsan.

"Argh! Malaikat Tampan!" teriak Hayu, panik.

"Panggil dokter, Yu!" teriak Pian, ikut panik.

Hayu bergegas memanggil dokter, dan Ibunya.

"Bu, mala-eh maksudnya Pria itu tadi sadar sekarang pingsan, kayaknya dia coba-coba ingat sesuatu," jelas Hayu dengan panik.

"Astaghfirullah, cepat panggil dokter. Disini biar ibu tangani."

20 menit kemudian.

Dokter Karina sudah tiba. Memeriska tubuh Malaikat Tampan.

"Bagaimana, Dok?"

"Sebaiknya, ingatkan dia untuk tidak mencoba mengingat-ingat sesuatu sementara ini, selama proses pemulihan. Semakin kuat dia mencoba maka rasa sakit itu akan semakin kuat juga."

"Katakan saja, ingatan ini akan pulih secara berangsur-angsur," jelas Dokter Karina.

"Baiklah, Dok."

"Huh, syukurlah. Aku kira dia bakalan kenapa-kenapa," ujar Hayu, lega.

"Apa menurutmu, dia terlihat sedikit menakutkan saat dia bangun tadi?" tanya Pian. Menatap Ekspresi wajah Malaikat Tampan.

"Benar. Jelas-jelas kita menamai dia Malaikat Tampan karena berharap sikapnya baik, lembut dan hangat," jelas Hayu tanpa sadar. Ia cukup kecewa sesaat, namun ia juga tak bisa apa-apa.

Wajar jika gadis seusia Hayu, mengharapkan sesuatu dan mengagumi pria. Hayu hanya kagum sesaat dengan wajah super tampan Malaikat Tampannya itu.

"Hayu... jangan bilang, kamu suka sama dia?" goda Pian, ia menyenggol bahu Hayu.

"Pian!" teriak Hayu sebal.

"Cie... cie... Ada yang bakalan tinggal serumah nih, sama orang yang disukai," goda Pian, seketika membuat Hayu terdiam..

Astaga, kenapa aku tidak kepikiran. Kami bakalan tinggal satu rumah!' batin Hayu, bingung.

...****************...

"Ugh." Pria itu, bangun.

"Kamu butuh minum?" tanya Hayu, siaga. Ia sudah menunggu Malaikat Tampannya bangun, karena khawatir kejadian seperti kemarin terulang lagi.

"Kamu---?"

"Hayu, Aku Hayu. Aku mohon, jangan banyak mengingat sesuatu terlebih dahulu," jelas Hayu, tanpa sadar menggenggam tangan Malaikat Tampan.

"Kamu---." Hayu terdiam, hampir saja ia mengatakan Malaikat Tampan, karena tidak tahu nama pria yang sudah ia tolongin beberapa hari lalu.

"Devan." Hayu menatap cengo.

"Devan?" tanya Hayu.

"Namaku," jawab Devan, dengan dingin.

"Ah, benar. Iya, Devan," potong Hayu, gugup.

"Tunggu, disini. Kamu pasti laparkan, sudah beberapa hari tidak makan?"

Hayu berlari menyiapkan makanan, yang sudah ia buat dan siapkan khusus untuk Malaikat Tampannya, alias Devan.

Dia... dia benar-benar sudah bangun. Dia terlihat lucu setelah bangun tidur, xixi,' batin Hayu terkekeh geli.

"Ini kamu makan, ya." Hayu menyerahkan semangkuk bubur.

"Hmm." Saat hendak menerima mangkuk, hampir saja mangkuk itu terjatuh. Tapi, dengan cepat Hayu menangkapnya.

"Ehm, sepertinya kamu masih belum kuat. Biar aku yang menyuapimu, ji-jika boleh?" tanya Hayu malu-malu, ia tak berani menatap wajah Devan. Karena terlalu malu, ini akan jadi pertama kalinya ia menyuapi seorang lelaki.

"Tidak perlu."

Deg!

Hayu merasa sedikit sakit dihatinya, seperti tersengat listrik kecil. Yang membuatnya kecewa.

"Baiklah, aku letakkan disini saja. Kamu coba makan," ucap Hayu, meletakkan mangkuk diatas meja.

.

Devan mengangguk. Ia berusaha meraih sendok, ia yakin tadi hanya karena ia baru bangun otot-otot tubuhnya menjadi kaku. Namun, sudah berulang kali mencoba satu sendok pun belum ia makan. Hayu yang melihat ia mulai gelisah, antara mau memaksa atau tetap membiarkannya seperti itu.

"Sini. Jangan menolak, Aku hanya berniat membantumu saja. Aku yakin kok, kamu bisa. Tapi masih butuh waktu yang cukup lama, dan bubur ini pasti akan dingin," jelas Hayu, memberi pengertian.

Dengan terpaksa Devan mengangguk. Hayu memulai menyuapi Devan.

Deg! Deg!

Haduh, jantung tolong deh. Jangan berulah sekarang, Aku malu kalo sampe dia denger,' batin Hayu, yang tidak dapat mengontrol detak jantungnya.

"Uhuk! Uhuk!"

"Hah? Minum, ini minum dulu." Hayu menyodorkan minuman, dan dengan cepat Devan meneguknya.

Setelah selesai, Hayu mencuci piringnya. Dan, hedak kembali melihat Devan. Namun, sedikit gugup karena biasanya Devan tidak sadar, sedangkan sekarang sadar. Saat kakinya, hendak melangkah masuk tanpa sengaja mendengar Devan mengatakan sesuatu.

"Ugh, kenapa panas dan lengket? Apa karena aku belum mandi?" monolog Devan.

Astaga, Aku lupa. Dia belum mandi sejak kemarin?' Hayu berlari dengan cepat untuk memanggil Pian membantu Devan mandi.

Tok! Tok!

Ceklek!.

"Hah, kebetulan banget kamu, Pian. Sekarang bantuin Devan mandi." Hayu mendorong Pian masuk, membuat Pian bingung. Devan siapa?

"Devan siapa, Yu?" tanya Pian.

"Oh iya, Aku lupa. Itu, Malaikat Tampan sudah bangun dan dia memberitahu namanya adalah Devan," jelas Hayu, membuat Pian terkejut juga senang.

"Yang benar, Yu?"

"Benar. Jadi cepetan, kasihan Aku lihat dia udah gerah banget kayaknya."

20 menit. Pian dan Devan menghabiskan waktu di kamar mandi. Hingga Devan keluar hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Arghh. Ah, i-ini. Ini baju almarhum, Ayah!" teriak Hayu tiba-tiba, pipinya memerah bak tomat.

Sedangkan, Devan dan Pian terdiam karena kaget melihat ekspresi Hayu.

"Ish, kenapa malah bengong sih. Cepetan makek bajunya!" teriak Hayu sebal, menyodorkan pakaian.

"Haha, ternyata kamu malu toh, Yu," goda Pian.

"Sembarangan kamu!"

Devan pergi ke kamar dan menggunakan pakaiannya, dengan dibantu Pian. Bagaimanapun Devan masih dalam keadaan lemah, mungkin hanya untuk satu dua hari ini saja.

Tak lama kemudian, Devan keluar lagi.

"Devan! Kamu sepertinya harus berjemur pagi. Supaya segar dan cepat pulih," jelas Hayu, diangguki Devan. Ia juga bosan dikamar saja.

Pian menatap Hayu yang malu-malu. Dengan cepat memiliki ide jahil.

"Emh. Hayu, kamu pegang Devan dulu dong. Aku kebelet," ujar Pian, dengan cepat memindahkan tangan Devan.

"Ah, Pian! Kok Aku sih?" tanya Hayu, setengah berteriak.

"Terus siapa, Hayu! Kuntilanak?" tanya Pian, geleng-geleng kepala dengan tingkah Hayu yang baru ia ketahui.

"Hehe, iya juga ya," gumam Hayu, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Devan hanya memerhatikan tingkah Hayu, tanpa komentar. Ia hanya menikmati setiap ekspresi yang di buat Hayu, yang menurutnya sangat menyenangkan.

Terpopuler

Comments

Shinichi x Kaito

Shinichi x Kaito

sesuai yg didapat

2022-09-23

5

ImmaUrut

ImmaUrut

lanjut thor

2022-09-15

3

Dera Sub®iπ

Dera Sub®iπ

udah mampir ya kak..semangat

2022-09-15

2

lihat semua
Episodes
1 Part 01 – Menemukan seorang Pria Tampan
2 Part 02 - Rumor Buruk
3 Part 03 – Siapa Wati dan Luna?
4 Part 04 – Terselamatkan
5 Part 05 – Mendadak Menikah!
6 Part 06 – Edisi Jadi Istri Hari Pertama!
7 Part 07 – Imanku!
8 Part 08 – Hampir di Lecehkan!
9 Part 09 – Ulah Siapa?
10 Part 10 – Ketakutan Rahayu!
11 Part 11 – Kekecewaan Hayu!
12 Part 12 – Kemarahan Hayu!
13 Part 13 – Semakin Jauh!
14 Part 14 – Bertengkar Hebat!
15 Part 15 – Perlawanan Pertama!
16 Part 16 – Kecemburuan Devan!
17 Part 17 – Perubahan Hayu!
18 Part 18 – Mengejar Cinta dan Kecemburuan Devan!
19 Part 19 – Pertengkaran yang tiada habisnya!
20 Part 20 – Keberanian Hayu! Great!
21 Part 21 – Berbaikan!
22 Part 22 – Rencana Sepasang Suami Istri!
23 Part 23 – Kamu Gila!
24 Part 24 – Terungkap!
25 Part 25 – Kamu Jahat!
26 Part 26 – Menjadikannya Milikku!
27 Part 27 – Meminta Hakku!
28 Part 28 – Menyesal!
29 Part 29 – Mencoba untuk Menerima!
30 Part 30 – Devan Vs Johan
31 Part 31 – Sakit!
32 Part 32 – Hayu vs Zara and Johan
33 Part 33 – Emosi yang Meledak-ledak!
34 Part 34 – Membayar Lunas!
35 Part 35 – Kepergian Devan!
36 Part 36 – Hamil?!!!
37 Part 37 – Devan yang Ngidam!!
38 Part 38 – Bayinya Bergerak
39 Part 39 – Mangga Muda untuk Devan!
40 Part 40 – Keanehan yang menjadi-jadi
41 Part 41 – Hayu dan Dafa
42 Part 42 – Dia, Giovano Nagara!
43 Part 43 – Keseharian Gio dan Hayu
44 Part 44 – Ulang Tahun, Gio
45 Part 45 – Lima Tahun!
46 Part 46 – Papa vs Anak
47 Part 47 – Rencana Gio
48 Part 48 – Kenyataan Pahit!
49 Part 49 – Meminta Izin
50 Part 50 – Perjalan Menuju Kota!
51 Part 51 – Pertemuan Pertama yang Menyedihkan
52 Part 52 – Kegalauan Hayu
53 Part 53 – Pertemuan Pertama Gio dan Devan!
54 Part 54 – Menjadi OB di perusahaan Devan!
55 Part 55 – Kejahilan Devan!
56 Part 56 – Aku Istrimu!
57 Part 57 – Yang diSukai Devan?
58 Part 58 – Kecemburuan Devan!
59 Part 59 – Ketegaran Gio
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Part 01 – Menemukan seorang Pria Tampan
2
Part 02 - Rumor Buruk
3
Part 03 – Siapa Wati dan Luna?
4
Part 04 – Terselamatkan
5
Part 05 – Mendadak Menikah!
6
Part 06 – Edisi Jadi Istri Hari Pertama!
7
Part 07 – Imanku!
8
Part 08 – Hampir di Lecehkan!
9
Part 09 – Ulah Siapa?
10
Part 10 – Ketakutan Rahayu!
11
Part 11 – Kekecewaan Hayu!
12
Part 12 – Kemarahan Hayu!
13
Part 13 – Semakin Jauh!
14
Part 14 – Bertengkar Hebat!
15
Part 15 – Perlawanan Pertama!
16
Part 16 – Kecemburuan Devan!
17
Part 17 – Perubahan Hayu!
18
Part 18 – Mengejar Cinta dan Kecemburuan Devan!
19
Part 19 – Pertengkaran yang tiada habisnya!
20
Part 20 – Keberanian Hayu! Great!
21
Part 21 – Berbaikan!
22
Part 22 – Rencana Sepasang Suami Istri!
23
Part 23 – Kamu Gila!
24
Part 24 – Terungkap!
25
Part 25 – Kamu Jahat!
26
Part 26 – Menjadikannya Milikku!
27
Part 27 – Meminta Hakku!
28
Part 28 – Menyesal!
29
Part 29 – Mencoba untuk Menerima!
30
Part 30 – Devan Vs Johan
31
Part 31 – Sakit!
32
Part 32 – Hayu vs Zara and Johan
33
Part 33 – Emosi yang Meledak-ledak!
34
Part 34 – Membayar Lunas!
35
Part 35 – Kepergian Devan!
36
Part 36 – Hamil?!!!
37
Part 37 – Devan yang Ngidam!!
38
Part 38 – Bayinya Bergerak
39
Part 39 – Mangga Muda untuk Devan!
40
Part 40 – Keanehan yang menjadi-jadi
41
Part 41 – Hayu dan Dafa
42
Part 42 – Dia, Giovano Nagara!
43
Part 43 – Keseharian Gio dan Hayu
44
Part 44 – Ulang Tahun, Gio
45
Part 45 – Lima Tahun!
46
Part 46 – Papa vs Anak
47
Part 47 – Rencana Gio
48
Part 48 – Kenyataan Pahit!
49
Part 49 – Meminta Izin
50
Part 50 – Perjalan Menuju Kota!
51
Part 51 – Pertemuan Pertama yang Menyedihkan
52
Part 52 – Kegalauan Hayu
53
Part 53 – Pertemuan Pertama Gio dan Devan!
54
Part 54 – Menjadi OB di perusahaan Devan!
55
Part 55 – Kejahilan Devan!
56
Part 56 – Aku Istrimu!
57
Part 57 – Yang diSukai Devan?
58
Part 58 – Kecemburuan Devan!
59
Part 59 – Ketegaran Gio

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!