Kata orang, hal yang paling berkesan dan takkan pernah bisa dilupakan adalah malam pertama. Tapi untuk seorang gadis bernama Jaekawa Ayu, malam pertama yang seharusnya bisa ia kenang seumur hidup justru menjadi hal yang paling ingin ia hapus dari ingatan.
Bagaimana tidak, ia melakukannya dengan lelaki yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Lama melupakan kejadian itu, takdir justru mempertemukan Jae dengan lelaki itu di satu tempat bernama Widya Mukti. Apakah Jae akan menagih janji itu atau justru berpura-pura tak mengenalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13# Tatapan matanya
Mereka sudah keluar dari posko, sementara dilihatnya Co-op 21 sepi, mungkin para penghuninya sedang di dalam atau sudah pada keluar.
"Jadi, agenda gue sama Sesil hari ini TK sementara yang lain ke SD. Nah untuk anak-anak remaja, itu nanti kita ditolong sama Tarka buat kumpulin remaja Cikalong..."
"Pamflet buat science camp?" Jae kini bertanya pada Salsa dan Andara, yang mengangguk "ready ntar sore...jadi hari ini gue sama Dara bikin dulu."
"Sip."
Rani sudah masuk ke dalam mobil, sementara Sesil naik ke boncengan Jae.
Beberapa kali mobil Zaltan berhenti sebab Vio membawa Yara yang butuh istirahat.
Sementara mobil Maru *trabas* saja bahkan mereka sudah sampai di Bandung, dengan melewati tol lebih cepat, mempersingkat waktu.
Semakin dekat saja jarak Arlan pada Jae. Dan bayangan hal menyenangkan itu tidak pernah bisa Arlan lupakan, bahkan seringkali muncul di ingatan. Bagaimana Jae menthesah dan merintih di bawah kungkungannya.
Senja tertidur di bahu Maru, sementara Meidina, berulang kali bergerak tak nyaman dengan kondisi kehamilan yang sudah memasuki usia 7 bulan itu.
**KKN 21**
(**Arshaka Mandala**) posisi?
(**Aksara Jingga**) Masuk gerbang Widya Mukti, nih supirnya megang kemudi persis dikejar setan. Setan mesum.
(**Purwangga Mahadri**) 🤣 gue sama Livia besok nyusul.
Sementara Jovi dan Alby tengah berada di greenhouse kembali membetulkan mesin-mesin yang rusak.
"Harusnya genset dulu ngga sih, Jov?" tanya Alby diangguki Jovi, "nunggu paket yang belum Dateng ...biar sekalian ada Arlan sama Jingga."
Dan para gadis KKN 30 yang sempat melintas dengan mobilnya dimana Rani, Bianca, Andara, dan Salsa melintas hendak ke arah SD yang ada di area sekitar balai desa, sempat mengalihkan pandangan Jovi.
Bahkan, Rani menyalakan klaksonnya demi menyapa Jovi.
Jovi melambai berikut Alby.
Mobil Maru akhirnya sampai disana, Mei membuka jendela mobil dan selalu menatap jalanan Widya Mukti dengan mata berbinar.
"Udah nyampe ya?" Senja menggeliat.
Sempat beberapa kali berhenti menyapa warga yang mengenali mereka, hingga akhirnya pandangan mereka jatuh ke arah rumah sepetak dengan spanduk KKN 30 yang melambai-lambai tertiup angin tepat di bawah genting rumah.
"Mendadak melow banget, hati gue lagi sensi belakangan ini..." Senja menatapnya haru. Seolah hanya dengan melihat spanduk berukuran semeter kali 2 meter saja sudah bisa menarik ingatannya kembali ke masa menyenangkan itu.
Kafka membuka pagar saat mendengar klakson dibunyikan Arlan, "a...teh!"
"Ka, pada kemana?" tanya Arlan berbasa basi sambil memasukan mobil ke depan halaman.
"A Sandi lagi di kantor desa katanya ada keperluan sama anak Tarka, a Jovi sama a Alby lagi di greenhouse benerin mesin sama pak Jajang sama grup wana tani."
Mobil terhenti, mereka mulai turun dari dalam, "ntar mobil Zaltan di luar aja berarti, atau mau belok di belakang?"
"Di depan aja." Arlan turut turun, matanya tak bisa untuk tak kembali mencuri pandang ke arah posko KKN 30.
"Sabar..." Mei menepuk pundaknya lalu masuk, "ahhhh pegelll!" seru Senja kini mengambil satu Bean bag untuknya rebahan.
"Mau aku ambilin minum, ngga sayang?" tanya nya pada Maru yang melengos ke arah kamar mandi, "nanti aja, aku ambil sendiri."
Jae dan Sesil bertemu dengan para pengajar TK juga anak-anak TK disana yang silih berganti...
Bukannya antusias dengan kedatangan mereka, namun anak-anak justru antusias dengan motor gede Jae.
"Mau naikkkk!" beberapanya berseru.
"Anak-anakkk!!" teriak bu Anggi dan Bu Nina yang harus ekstra membuat anak-anak ini mau mendengar. Jae tersenyum, Sesil tertawa gemas. Meski kemudian berujung beberapa anak yang cukup aktif itu bertengkar sebab hal receh seperti rebutan baris.
"Sabar...." Sesil mengusap-usap punggung Jae ketika wajah Jae mendadak linglung melihat kehebohan makhluk-makhluk ribut ini.
Jae menghela nafasnya.
"Sikap?!" pinta kedua guru itu, "dengarkan ya...hari ini kita kedatangan teteh-teteh cantik dari kampus UNJANA..."
"Ibuuuu, Azka pipis di celana!"
Siang hari yang seharusnya semakin terik, bahkan sudah kembali menggelayut kan awan mendung. Mobil Rani sudah mulai kembali dari kegiatan sosialisasi di SD. Sementara Sesil dan Jae belum kembali.
Dan kini, dilihatnya Co-op 21 yang awalnya sepi mulai terlihat ramai, bahkan beberapa orang terlihat di luar. Ada mobil di luar dan di dalam carportnya.
"Rame. Kayanya anggota KKN yang dulu udah pada datang, kaya yang dibilang Bu Indri tadi." Ucap Rani diangguki yang lain, "buruan lah, gue pengen kencing. Di SD tadi sanitasinya kurang memadai. Ini harusnya diajukan ke pemerintah atau swadaya ngga sih?"
"Itu bukan?" tanya Vio yang sudah tak sabar melihat penampakan wajah Jaekawa secara langsung.
"Bukan. Jae naik motor Vi..." jawab Alby yang telah kembali, dan sedang membuka paket pesanan.
Jovi melempar bungkus rokok ke arah wajah Arlan yang duduk sambil nyebat, "muka Lo, tau gue deg-degan nunggu Jae..." tawanya menggoda.
"Saravv, njing...biasa aja kalii...apanya sih yang gue ngga tau." Jumawanya langsung dihadiahi seruan Vio, Shaka dan Zaltan yang ada di luar juga. Padahal hatinya memang sudah tak karuan.
Mendung membawa rintikan hujan, "Hujan. Mobil Lo ngga di tutup dulu, Zal?" tanya Shaka digelengi Zaltan, "biar aja lah dulu." Dan ia masih rebahan saja di lantai parket berkarpet.
Hingga tak lama suara deru mesin berat motor terdengar samar namun semakin jelas diantara guyuran hujan.
Bukan hanya Senja, namun Zaltan yang sedang rebahan langsung bangkit untuk melihat ke arah jalanan.
"An jirrr pada gercep banget!" tawa Jovi. Sementara Arlan, ia masih mematung duduk di kursi, melihat aksi konyol teman-temannya itu, tak ingin terlihat begitu penasaran. Ada saatnya ia bangkit dan bertemu langsung melabrak gadis yang telah meninggalkannya dengan rasa penasaran itu.
Benar, diantara celah badan Vio dan Shaka ia melihat motor itu melintas.
Tanpa berbudi bahkan Jovi sudah bersiap memanggilnya, "Jaeee! Baru balik?!"
Bukan Arlan yang mematung terkejut, melainkan para maniak Jae itu yang cukup belingsatan, sebab kepergok sedang melihatnya.
Jae menoleh dari atas motornya bersama Sesil yang merentangkan jas almamater UNJANA menghalau kepala keduanya.
"Hey bang! Iya!" Jawabnya mengernyit menghalau rintikan hujan.
"Jangan hujan-hujanan dong, nanti sakit!" kembali Jovi menggoda membuat Arlan hanya menggeleng mengehkeh, mereka tau Arlan sedang mengumpat kecil disana.
Vio membekap mulutnya sejak tadi. Dan Zaltan akhirnya bersuara, "an jingg."
Maru bahkan sudah tertawa renyah dengan suara rendahnya.
"Abang dong...kretekkk banget. Si alan emang si Jovi. Lan, gerak dong Lo ..ah elah, gue yang greget ..." umpat Senja membela Arlan.
Jingga tertawa tanpa suara. Terlebih kini Nalula bersuara, "kasih payung kek, Lan...kasian kehujanan." Jae sudah terlihat sampai, dan....
"Jaheeee!!!" jerit seseorang dari dalam.
Bwahahahaha! Alby tak bisa lagi menahan tawanya. Senja terdiam syok melihat Bianca keluar dari posko dengan kaos dan celana serba pinknya.
Arlan menoleh dan memandang gadis pengendara yang kini sudah berlari masuk meninggalkan motornya di depan teras, seraya membuka jas almamater yang sangat ia hafal, UNJANA hmmm....Ia berdiri untuk itu mendekat ke arah samping, dimana Jae masih sibuk membuka sepatunya dalam kondisi baju yang basah.
"Jahe, coba dong si Ani-ani nih gue bilangin bagusan warna pink malah pilih warna ijo ta i kuda dong!"
"Warna netral, Bi!"
Jae hendak berbalik, namun ketika ia mengedar, matanya sempat melihat ke arah Co-op 21, dan....
Sepasang netra indah itu melihat sosok yang cukup ia hafal, meski kemudian Jae menepis bayangan itu, menganggapnya hanya sedang menghayal saja diantara dinginnya hawa dan kuyupnya baju. *Ngga mungkin*...ia menggeleng dan masuk ke dalam posko disusul Bianca yang sedang mencak-mencak karena Jae menyerahkan jas basahnya.
"Si Jaeee...kebiasaan banget, kaya gue babu, Jahee!"
"Kalo dulu kan, bang Jinngg Maruuu!!" tiru Alby.
Hahahahah! Bahkan Maru ikut tertawa mengacak kepala Senja.
"Dia notice ada Arlan ngga sih?" tanya Lula digelengi Vio, "kayanya engga."
.
.
.
.
.
duh gemes sama Bianca aku tuh
waktu di KKN 21 aku gemes sama senja sekarang ada bianca😍😍😍
🤭🤭🤭🤭
sabar ya abang arlan di kata lutung🤭