Mengandung konflik 21+ harap bijaklah dalam memilih bacaan!
Ketika kesetiaan dibalas dengan pengkhianatan, saat itu pula wanita akan berubah menjadi mengerikan. Karena sejatinya perempuan bukanlah makhluk lemah.
Begitu pula dengan Jesslyn Light, kehilangan janin dalam kandungan akibat orang ketiga membangunkan sisi lain dalam dirinya. Hingga dia memilih untuk membalas perbuatan suaminya dan meninggalkannya, tanpa menoleh sedikit pun.
Dia lantas pindah ke negara lain, hingga bertemu dengan Nicholas Bannerick dan menemukan fakta pembantaian keluarganya demi kepentingan seseorang.
Bagaimanakah Jesslyn menjalani hidupnya yang penuh dengan misteri?
Mampukah dia membalaskan dendam?
WARNING!!! 21+++
INI BUKAN CERITA ROMANSA WANITA
TAPI KEHIDUPAN SEORANG WANITA YANG MENGUASAI DUNIA MAFIA.
MENGANDUNG BANYAK PSYCOPATH YANG MEMERLUKAN KESEHATAN MENTAL KUAT SEBELUM MEMBACANYA.
JADI JANGAN CARI BAWANG DI SINI!!!
KARENA BANYAK MENGANDUNG ADEGAN ACTION.
Bab awal akan Author revisi secara bertahap agar penulisannya lebih rapi. Namun, tidak mengubah makna dan alur di cerita.
Karya ini hanya fiktif belaka yang dibuat atas imajinasi Author, segala kesamaan latar, tempat, dan tokoh murni karena ketidaksengajaan. Harap dimaklumi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rissa audy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulau Ceria 3
Di tengah pusat pulau yang luas tempat helikopter tadi mendarat, semua anggota Lucifer telah berkumpul.
Seorang wanita berjalan didampingi dua ekor jaguar yang sebelumnya mereka tangkap, dengan George pemimpin mereka di belakangnya. Jessi terlihat seperti tokoh Maleficent di mata mereka.
(yang mereka bayangkan)
Jessi meminta sebuah kursi untuk duduknya.
Dia mengamati seluruh anak buah George yang jumlahnya mungkin lebih dari seribu orang.
"Kenapa anggotamu banyak sekali? Membuat mataku sakit saja." Jessi memijit pangkal hidungnya. Dia lantas duduk di kursinya menyesap kelapa muda, dengan jaguar di samping kanan dan kirinya.
"Kalian cari yang memiliki tatto kupu-kupu di belakang lehernya, pisahkan mereka!" perintah Jessi pada George dan anak buahnya.
Satu persatu orang yang bertato kupu-kupu dipisahkan, hingga terkumpul hampir seratus orang. "Lihat! Kau memelihara sampah banyak sekali." Jessi berdecak kecil, tetapi decakannya jelas terdengar di telinga Goerge.
"Benarkah mereka adalah mata-mata Johny, Nona?" George terperangah dan dibuat tidak percaya dengan mata-mata yang jumlahnya tidak hanya satu atau dua orang, melainkan banyak. Dia sungguh ibarat memelihara sampah dalam hidupnya yang malah berakhir mengganggu kesehatan.
Para mata-mata berkumpul di tengah lapang saling melirik satu sama lain karena tak tahu apa yang tengah terjadi, sedangkan anggota lain melihat di pinggir lapangan.
"Siapa pimpinan kalian?" Suara tegas Jessi terdengar begitu jelas di telinga mereka. Namun, tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaan wanita tersebut karena tidak yakin bagaimana harus menjawabnya.
Lama tak mendapatkan jawaban, Jessi pun mendengus kesal. "Kalian sungguh merepotkan!"
"Percaya atau tidak, kalian tidak akan ada yang bisa kabur dari sini tanpa seizinku!" Jessi memainkan kuku-kuku jarinya dengan santai seolah para mafia di depannya hanyalah kumpulan semut bagi wanita tersebut. "Aku tau kalian adalah mata-mata kiriman Johny dari klan Virgoun, dengan jumlah kalian yang sebanyak ini mustahil tidak ada pemimpin di antara kalian!"
Pernyataan Jessi sontak menimbulkam kericuhan dan membuat para mata-mata saling melirik. Berdasarkan apa yang dikatakan Jessi, bukanlah jati diri mereka sudah ketahuan. Namun, mereka tidak berani bertindak karena pemimpin kelompok itu terlihat tenang.
"Kalian cobalah untuk kabur dari sini jika ingin!" Jessi menunjukkan jarinya pada orang-orang di depannya. Mereka saling memandang dan tanpa berpikir panjang beberapa orang berlari keluar lapangan.
Tak butuh waktu lama, tubuh mereka seketika terpotong ketika berlari keluar lapangan. "Arg!" Suara teriakan orang-orang yang menyaksikan hal tersebut terdengar jelas di udara. Aroma anyir darah segar serta tanah kering berubah menjadi tempat penjagalan membuat suasana di sekitar sana menjadi lebih mencengangkan.
Bisa mereka lihat laser pembunuh langsung memotong tubuh orang yang melewatinya. Benda yang telah dipasang dan diatur oleh Maurer sejak tiba di pulau ini atas perintah Jessi. Setelah tidak ada lagi manusia yang lewat, garis laser kembali menghilang, seperti tidak ada apa-apa di sana.
Semua orang dibuat buat ngeri dengan hal itu. Termasuk George, dia tidak menyangka wanita ini telah menyiapkan banyak hal untuk mereka.
Bau anyir darah orang-orang yang terpotong menyeruak, membuat mual siapa pun yang mencium baunya. Namun, tidak dengan Jessi, dia tetap asik meminum kelapa mudanya seolah tidak terjadi apa-apa. "Aku tanya sekali lagi. Siapa pimpinan kalian?"
Melihat betapa berbahayanya wanita tersebut, mau tak mau seorang pria bertubuh kurus kering mendekat demi keselamatanyang lainnya. Tampak pria itu hanya seperti orang biasa dan bukanlah dari mafia jika dilihat berdasarkan postur tubuhnya. "Aku pemimpin mereka."
George semakin heran atas pengakuan pria itu, dia tidak menyangka bahkan pemimpin mereka bisa dibilang lebih mirip rakyat jelata dibandingkan dengan mafia. Tapi apa ini? Dia sungguh merasa bodoh karena sudah ditipu habis-habisan.
"Kau yang biasanya melaporkan pada Johny tentang apa yang terjadi di sini?" tanya Jessi sambil menelisik setiap inchi bagian tubuh pria itu.
Pria itu hanya diam, mereka masih belum mengakui jika mereka adalah mata-mata. Dalam benak pria itu meremehkan kemampuan seorang wanita. Namun, salah menyinggung orang, Jessi bukanlah wanita sabar dengan segala tipu daya dan air mata.
"Ckk ... kalian membuatku kesal saja!" Jessi lantas memanggil kedua jaguarnya, hingga para binatang itu mengaum keras di udara. "Night! Pilih makanan yang kalian suka!"
Mendapat perintah dari Jessi, para jaguar lantas berlari ke arah mata-mata. Hingga membuat mereka yang di sana mulai berpikir, apakah mereka yang Jessi anggap makanan?
Para mata-mata mulai berlarian tak karuan di saat melihat jaguar menyerang dengan membabi buta. Dia menampakkan taring runcing dan mulut yang terbuka lebar mengoyak tubuh manusia seakan tak pernah diberi makan. Sebagian orang berlari menghindari hewan itu, tetapi malah melewati batas dan tubuh mereka seketika terpotong oleh laser, sedangkan yang diam saja tanpa melawan tubuhnya terkapar tak berdaya bersimbah darah karena terkoyak gigi tajam jaguar.
Semua orang yang menyaksikan hal tersebut dibuat ngeri sekaligus merinding. Bagaimana bisa seorang perempuan dengan santainya melakukan hal sekeji ini tanpa mengedipkan mata? Bahkan masih asyik menyesap kelapa muda. Padahal mereka saja rasanya ingin muntah melihat semua itu.
"Ya! Aku yang melaporkan semua yang terjadi di sini pada klan Virgoun!" teriak pria tersebut mengakui perbuatannya dengan keringat dingin bercucuran, perut mual, wajah pucat pasi, dan badannya bergetar hebat, melihat jaguar mengoyak perut anak buahnya dengan mulut itu. Bahkan tak sedikit yang dikeluarkan organ dalamnya untuk memakan isi perut mereka.
"Night, Light, fokuslah makan dulu! Biarkan sebagian hidup, untuk stok makananmu besok!"
Siapa pun yang mendengar pastilah syok, manusia dianggap sebagai stok makanan jaguar yang sejatinya memanglah pemakan daging. Namun, Jessi tidak peduli dengan hal itu dia hanya butuh sedikit gertakan untuk mengatur penduduk di pulau tersebut dengan caranya sendiri.
"Bagaimana cara kalian berkomunikasi?" tanya Jessi.
"Dia menghubungiku dengan ini, Nona." Dengan tangan bergetar, pria itu menyerahkan sebuah ponsel lama kepada Jessi. Ponsel yang hanya digunakan untuk menerima panggilan dan semua panggilan itu menggunakan nomor sekali pakai. Pantas saja Maurer tidak bisa meretasnya.
"Kalian pernah bertemu dengannya?" tanya Jessi sambil tetap fokus memainkan benda di genggamannya itu.
Pria itu menggeleng. "Kami hanya bertemu dengan orang suruhannya dulu, dia memberi misi dan juga rencana agar kami bisa masuk ke klan ini."
Jessi menganggukkan sambil sedikit mengerucutkan bibir. Orang itu sungguh cerdik, pantas bisa membantai anggota Belzeebub dengan mudah. Pastilah pemimpin mereka sudah merencanakan segala sesuatu dengan matang. Dia sungguh mengenal para musuh dengan baik tanpa diketahui.
"Apa imbalan yang kalian terima?"
"Kami menerima sejumlah uang yang cukup besar untuk setiap informasi yang kami berikan." Pria itu sangat gugup, dia tidak berani menatap wajah wanita di depannya. Baginya, wajah cantik Jessi tidaklah sinkron dengan sikap kejam yang boleh dianggap layaknya seorang psycopath.
"Apakah uang yang mereka berikan cukup besar?"
Pria itu lantas merogoh sakunya, mengambil ponsel lain miliknya dan menunjukkan jumlah uang yang mereka terima di akunnya.
"Jadi, kau baru saja melaporkan padanya jika aku datang kemari?" tebak Jessi karena melihat tanggal pengiriman uang tersebut.
Pria itu mengangguk, aura Jessi membuatnya sangat takut. Satu kata untuk menggambarkan wanita tersebut 'Mengerikan'.
"Saat dia menghubungimu lagi, katakan padanya aku hanya menyewa jasa kalian untuk membunuh seseorang!" perintah Jessi dengan santai dan menyerahkan kembali ponsel pria itu.
"Baik, Nona."
"Siapa namamu?" lanjutnya.
"Aron, Nona."
"Aron tetap laporkan apa pun yang terjadi di sini padanya!" perintah Jessi.
"Tapi, Nona ...." Goerge ingin protes, tetapi Jessi langsung menatapnya tajam
"Aku belum selesai bicara."
"Maaf, Nona."
"Bayaran dari setiap laporanmu berikan ke George untuk tambahan pemasukan, apa kau keberatan Aron?" ujar Jessi sambil berdiri dari posisinya.
"Tidak, Nona. Saya akan menurutinya."
"Laporkan saja padanya setiap perkembangan buruk seperti biasanya! Untuk kemajuan nanti simpanlah untuk dirimu sendiri! Jika sampai dia tau maka siapkan nyawamu untukku!" ancam Jessi.
"Baik, Nona."
"Apa kau sudah mengerti! Terlalu bodoh jika menyia-nyiakan uang yang mereka kirim kemari, lebih baik kita yang berpura-pura bodoh membiarkan uang mereka mengalir ke pada kita." Jessi menatap George dengan ekspresi yang sama seperti sebelumnya.
"Maafkan kebodohan saya, Nona," sesal George.
"Sudahlah, untuk anak buahmu yang masih hidup akan aku biarkan. Tapi jika kau berani mengkhianatiku bahkan hanya dalam pikiranmu. Apa pun yang terjadi aku tidak akan melepasmu ke mana pun kau berlari," ancam Jessi pada Aron.
"Jadi selama nyawamu masih satu, jangan pernah bertindak bodoh!" lanjutnya.
"Dan untuk kalian semua yang ada di sini! Jika tidak mau mengalami nasib seperti mereka! Maka nikmati saja apa yang kalian miliki saat ini! Jika kalian tergiur untuk berkhianat, maka jangan salahkan aku saat aku meminta nyawamu!" Suara tegas Jessi terdengar jelas di kawasan itu. Membuat siapa pun yang mendengarnya menelan ludahnya sendiri karena takut.
"Baik, Nona Besar," seru mereka serentak.
Jessi lekas melangkah pergi, dia meninggalkan tempat itu dan menyuruh George untuk membereskan mayat-mayat di sana.
Sistem laser sudah dimatikan oleh Maurer, Jessi dan anak buahnya berjalan dengan pasti.
Mereka yang menyaksikan sangat kagum dengan teknologi pembunuhan yang di miliki Jessi. Mengerikan!
To Be Continue