Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sangat menyakitkan
"Dasar anak tidak tahu di untung, sudah aku bilang jangan buat masalah di sekolah. Apakah kamu tidak kasihan dengan orang tua kamu Laura, kamu sudah membuat Ayah malu. Apakah kamu tidak bisa mencontoh saudara-saudaramu ? Mereka itu pintar, mereka sekolah dengan benar tidak selalu membuat ulah sepertimu" bug bug bug sambil menendang kaki Laura beberapa kali.
"Ampun Ayah ampun sakit sekali. Laura benar-benar tidak melakukan itu. Mereka yang memaksa Laura untuk merokok, untuk minum-minuman keras itu. Laura tidak mungkin melakukan itu" Laura hanya bisa memohon ampun tanpa bisa membalas apa yang Ayahnya lakukan.
Sudah beribu-ribu kali Ayahnya memukul Laura, sejak masih kecil sampai sekarang Laura berumur 17 tahun. Apakah hidupnya akan terus seperti ini, apakah hidupnya akan hanya ada kesakitan, kesedihan, kesengsaraan saja. Apakah hidupnya ini tidak akan ada kebahagiaan.
Ibunya tidak ada semenjak Laura lahir. Ibunya meninggal karena melahirkannya. Laura benar-benar tidak tahu harus berpegangan pada siapa. Ayahnya begitu kejam, Ayahnya begitu ringan tangan selalu memukul Laura apapun itu kesalahannya.
Meskipun masalahnya kecil Ayahnya akan selalu memukul Laura. Padahal Laura di sekolah mendapatkan perundungan, tapi Ayahnya tidak pernah percaya dengan apa yang Laura katakan. Ayahnya selalu berkata kalau Laura berbohong, tidak mungkin katanya teman-temannya sampai melakukan perundungan padanya. Apalagi katanya di sana ada saudaranya.
Plak "Masih berani kamu membela diri kamu, sudah tahu kamu ini dari awal masuk sekolah sudah membuat ulah. Merokok, pacaran bebas apakah itu mencerminkan anak yang baik tentu saja tidak Laura. Aku benar-benar menyesal mempunyai anak sepertimu"
"Sudah Ayah sudah, ini sangat sakit sekali sudah "Laura memegang kaki Ayahnya untuk menghentikan tendangan-tendangan yang terus Ayahnya berikan padanya.
Kakinya rasanya sudah remuk, tulang-tulangnya sudah sangat sakit sekali. Apalagi kepalanya beberapa kali dibenturkan oleh Ayahnya. Dari pulang sekolah tadi sampai sekarang Laura disiksa oleh Ayahnya, tidak ada yang berani untuk menghentikannya. Laura sudah tidak kuat untuk hidup.
Laura ditarik paksa oleh Ayahnya masuk ke dalam kamar mandi yang begitu gelap. Lalu mendorongnya dengan keras tanpa memperdulikan luka-luka yang dialami oleh anaknya itu.
"Diam di sini akan aku kurung kamu seharian, mungkin akan berhari-hari lebih lama lagi karena kamu sudah membuat aku malu Laura. Sekali lagi jika kamu membuat masalah akan aku bunuh sekalian. Dasar anak tidak tahu diri "
"Tolong Ayah jangan jangan "Laura menahan pintunya agar tidak tertutup. Laura benar-benar takut dengan kegelapan. Sejak kecil Laura selalu dikurung oleh Ibu tirinya. Laura benar-benar takut.
"Ahh, kalau tidak ingin dihukum makanya jangan buat masalah. Dasar anak bebal tidak ada membanggakan orang tua sama sekali kamu ini "
Brak, Laura didorong begitu saja oleh Ayahnya lalu pintu ditutup dengan sangat kencang. Ruangan ini gelap sekali, tapi yang Laura pikirkan sekarang bukan itu kepalanya begitu sakit. Ternyata kepalanya berdarah karena terkena ujung tajam yang ada dikamar mandi. Darah segar sudah merembes dan menetes dengan banyak.
Laura hanya bisa menangis dengan keadaan ini. Berteriak pun rasanya sudah tidak bisa. Tubuhnya sudah lelah suaranya sudah tidak ada "Tolong siapa saja tolong, aku benar-benar butuh bantuan tolong"lirih Laura
Pandangan Laura sudah buram, nafasnya sudah sangat sesak sekali dan sakit. Apakah ini benar-benar akhir hidupnya ? Sungguh menyedihkan hidupnya, bahkan saat akan pergi pun rasanya sangat menyakitkan.
Tubuhnya luka-luka, kepalanya berdarah seperti ini tidak ada yang menemani satu orang pun. Kalau tahu akhir hidupnya seperti ini, rasanya Laura lebih baik tidak usah dilahirkan sama sekali daripada harus hidup, tapi dalam kesusahan dan tidak ada yang menyayanginya.
...----------------...
"Tuan, maaf sudah semalaman Nona Laura dikurung. Apakah tidak sebaiknya dikeluarkan saja. Kasihan Nona Laura dari pulang sekolah belum makan apa-apa Tuan tolong "ucap Bi Rina yang memang dari kecil mengurus Laura dan satu-satunya orang yang peduli dan menyayangi Laura.
"Tahu apa kamu tentang Laura, kamu ini hanya seorang pekerja. Lebih baik balik lagi ke dapur dan kerjakan pekerjaanmu, tidak usah mengurusi Laura "marah Ayahnya Laura.
"Tapi Tuan, Nona Laura sudah sering diperlakukan tidak baik seperti ini. Saya mohon untuk hari ini keluarkan Nona Laura, pasti dia sangat kedinginan dan juga sangat kelaparan Tuan"
Ayah Laura mendelik dan kembali menyeruput kopinya. Tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Bibi. Sepertinya pintu hatinya sudah tertutup rapat untuk anaknya sendiri sampai-sampai dia tega mengurung Laura di kamar mandi, tanpa mempedulikan keadaan anaknya. Apakah dia baik-baik saja, apakah dia masih sehat atau sudah tidak ada.
"Akhh"
Tiba-tiba saja ada teriakan yang begitu melengking. Bibi yang memang sangat khawatir dengan Laura segera berlari ke arah teriakan itu. Bibi juga melihat ada genangan darah yang keluar dari dalam kamar mandi.
"Tuan tolong buka " Bibi sampai berlutut pada majikannya itu untuk membuka pintu.
Akhirnya Ayahnya Laura membuka pintu dan melihat keadaan Laura yang sudah sangat pucat sekali. Dia hanya diam berdiri saja melihat anaknya yang sudah tidak berdaya.
Bi Rina langsung masuk dan memangku kepala Laura begitu banyak darah di sini "Tuan bawa Nona Laura ke rumah sakit, Tuan tolong Tuan "lagi-lagi Bi Rina harus memohon.
Barulah setelah itu Ayah Laura membawa anaknya itu ke rumah sakit. Tapi bukan dia yang menggendong anaknya, anak buahnya yang melakukannya. Ayah Laura seperti tidak mau terkena darah anaknya sendiri. Dia hanya mengikuti dari belakang dan yang tadi berteriak adalah istrinya.
"Ayah sepertinya kamu tidak usah ikut ke rumah sakit, kita harus merayakan ulang tahun anak bungsu kita. Cepat kalau tidak dia nanti marah kita harus menyiapkan segalanya"
"Tapi Laura, dia harus dibawa ke rumah sakit dan aku harus tahu keadaannya "
"Alah biasanya juga Ayah ga peduli sama anak itu. Sudahlah ga usah peduli sama anak pembangkang kayak Laura. Lebih baik kita siapkan segalanya untuk anak kita, pokoknya jangan sampai gagal"
Damian akhirnya hanya bisa menghela nafas dan mengikuti langkah istrinya, untuk menyiapkan kejutan untuk anak bungsunya. Damian benar-benar acuh pada Laura dan tidak peduli dengan keadaan Laura mau hidup atau mati sepertinya Damian tidak peduli.
Yang terpenting untuk Damian sekarang kebahagian anak-anaknya yang lain. Laura biarkan saja, sudah biasa dia keluar masuk rumah sakit dan baik-baik saja selalu pulang kembali.
Jadi tak usah diambil pusing. Laura juga tak penting dirumah ini hanya menjadi beban saja dan membuatnya naik pitam terus.
Semoga aja cerita ini g seperti itu yg beda dong thor yg jahat y dihempaskan
Semangat terus dlm berkarya semoga makin maju