NovelToon NovelToon
MUTIARA SETELAH LUKA

MUTIARA SETELAH LUKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Keluarga / CEO / Penyesalan Suami / Ibu Pengganti
Popularitas:577
Nilai: 5
Nama Author: zanita nuraini

“Mutiara Setelah Luka”

Kenzo hidup dalam penyesalan paling gelap setelah kehilangan Amara—istrinya yang selama ini ia abaikan. Amara menghembuskan napas terakhir usai melahirkan putra mereka, Zavian, menyisakan luka yang menghantam kehidupan Kenzo tanpa ampun. Dalam ketidakstabilan emosi, Kenzo mengalami kecelakaan yang membuatnya lumpuh dan kehilangan harapan untuk hidup.

Hidupnya berubah ketika Mutiara datang sebagai pengasuh Zavian anak nya. Gadis sederhana itu hadir membawa ketulusan dan cahaya yang perlahan meruntuhkan tembok dingin Kenzo. Dengan kesabaran, perhatian, dan kata-kata hangatnya, Mutiara menjadi satu-satunya alasan Kenzo mencoba bangkit dari lembah penyesalan.

Namun, mampukah hati yang dipenuhi luka dan rasa bersalah sedalam itu kembali percaya pada kehidupan?
Dan sanggupkah Mutiara menjadi cahaya baru yang menyembuhkan Kenzo—atau justru ikut tenggelam dalam luka masa lalunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 MIMPI AMARA

Waktu berjalan tanpa terasa. Tiba juga hari yang selama dua tahun terakhir selalu membuat suasana rumah terasa berbeda.

Hari ini tepat dua tahun sejak Amara meninggal, sekaligus hari ulang tahun Zavian yang kedua. Sejak pagi suasana rumah tidak menunjukkan tanda-tanda perayaan seperti keluarga lain pada umumnya. Tidak ada dekorasi, tidak ada balon warna-warni, tidak ada kue ulang tahun yang meriah. Semua berjalan sederhana, seperti tahun pertama dulu.

Nyonya Saras sudah menyiapkan beberapa makanan untuk dibagikan ke panti asuhan, seperti yang mereka lakukan setiap tahun. Kali ini berbeda sedikit, ibu Laras Ayu, ibu dari mendiang Amara, ikut datang. Sudah beberapa bulan ini hubungan kedua keluarga mulai lebih cair.

Rasa sakit akibat kehilangan memang tidak bisa hilang begitu saja, tetapi mereka sama-sama sadar bahwa Zavian tidak boleh tumbuh dengan dikelilingi suasana suram setiap hari. Kunjungan ke panti asuhan menjadi momen kecil di mana semuanya bisa bernapas sedikit lebih lega.

Zavian sudah akrab dengan panti itu. Setiap kali datang, anak-anak lain langsung berlari memanggil namanya. Mereka sudah terbiasa melihat Zavian dibawa oleh Tiara untuk sekadar bermain, memberi suasana baru, sekaligus membuat anak itu punya banyak teman.

Tiara sendiri selalu terlihat tenang saat berada di sana. Seperti ada kedamaian tertentu yang muncul setiap kali ia melangkah masuk ke halaman panti, tempat ia tumbuh dulu.

Begitu mereka tiba, ibu panti langsung tersenyum melihat rombongan kecil itu. Pandangan matanya paling lama tertuju pada Zavian yang sekarang aktif, ceria, dan mulai banyak bicara.

Anak itu berlari ke sana kemari sambil memanggil teman-temannya. Ibu Laras Ayu terlihat menyeka sudut matanya diam-diam setiap kali memperhatikan Zavian. Ada rasa haru sekaligus sedih. Zavian semakin mirip Amara dari hari ke hari, terutama matanya.

Setelah makan bersama, berdoa, dan berbagi cerita, mereka semua kembali ke rumah menjelang sore. Tiara menggendong Zavian yang tertidur pulas setelah banyak bermain. Di ruang keluarga, mereka langsung melihat Kenzo duduk di kursi rodanya.

Penampilannya tidak jauh berbeda dari beberapa bulan terakhir. Rambutnya panjang tidak terurus, jatuh menutupi sebagian wajah. Brewok memenuhi rahangnya. Ia terlihat seperti pria yang tidak peduli lagi pada hidupnya sendiri.

Zavian, meski masih mengantuk, tetap tahu ketika papa nya ada di ruangan. Ia membuka mata, menggerakkan tubuh kecilnya, dan langsung berkata, pa pa pa... seperti kebiasaannya. Tangannya terulur, meminta digendong Kenzo.

Namun seperti selalu, tidak ada reaksi dari pria itu. Kenzo hanya melirik sekilas, kemudian memalingkan wajahnya dengan cepat. Seolah kehadiran anaknya tidak berarti apa pun.

Tiara menunduk sambil menenangkan Zavian. Ia mengusap punggung bocah itu lalu berbicara pelan, zavi sama ibu dulu ya. Papa lagi sakit. Zavian menggeleng, mencoba memberontak, tapi Tiara tetap membawanya menuju kamar. Dari jauh, hanya terdengar suara lirih anak kecil yang masih memanggil papanya.

Nyonya Saras menatap kejadian itu sambil menahan napas panjang. Hatinya sakit setiap kali melihat anak dan cucunya terjebak dalam situasi seperti ini. Ia tahu kesedihan Kenzo dalam ketika kehilangan Amara, tetapi tidak pernah menyangka dampaknya akan selama ini.

Dua tahun sudah berlalu, tetapi Kenzo seperti tersesat jauh dan tidak tahu jalan kembali. Berkali-kali keluarga mencoba membantu, menuntun, bahkan memaksa, namun semuanya berakhir dengan pertengkaran.

Suatu waktu Tiara pernah berani mengajak Kenzo untuk merapikan diri. Ia bicara perlahan, meminta Kenzo mencukur brewoknya atau setidaknya memotong rambutnya agar wajahnya lebih bersih.

Jawaban Kenzo sangat menusuk. Kamu siapa berani mengatur hidup aku. Setelah itu, Tiara tidak pernah mencoba lagi. Ia tahu batasnya. Ia hanya seorang ibu pengasuh yang kebetulan berada dalam lingkaran keluarga ini. Ia tidak ingin membuat keadaan semakin buruk.

Beberapa minggu belakangan, Zavian semakin banyak menghabiskan waktu bersama Tiara. Anak itu sudah bisa berjalan dengan lincah, sesekali jatuh, tapi cepat bangkit lagi.

Setiap pagi Tiara membawanya keliling halaman atau berjalan di sekitar taman dekat rumah. Zavi mau jalan jalan, tanya Tiara suatu siang. Anak itu mengangguk keras, lalu menarik tangan Tiara sambil tertawa. Tawa polos itu selalu menjadi penyelamat hari-hari Tiara.

Karena terlalu sering dikecewakan oleh sikap dingin Kenzo, Zavian perlahan tidak lagi memaksa mendekat seperti dulu. Walaupun sesekali ia masih mencoba memanggil papanya, sering kali ia langsung berhenti setelah hanya mendapat lirikan kosong.

Keterikatan anak kecil terhadap orang yang merawatnya memang tumbuh alami. Tidak heran Zavian lebih dekat pada Tiara.

Malam hari datang. Rumah sunyi. Setelah menidurkan Zavian, Tiara pulang ke kamar kecilnya. Semua penghuni rumah sudah tertidur, termasuk Nyonya Saras. Hanya satu orang yang tidak pernah tidur nyenyak: Kenzo.

Kenzo berbaring di tempat tidur, tetapi matanya kosong menatap langit-langit. Sudah dua tahun ia berada di titik terendah hidupnya.

Banyak orang mencoba membangunkannya dari keterpurukan ini, tetapi ia memilih tenggelam lebih dalam.

Malam itu ia akhirnya memejamkan mata, tubuhnya lelah meski pikirannya tidak berhenti bekerja.

Dalam tidur itulah sesuatu terjadi.

Kenzo tersentak mendapati dirinya berdiri di sebuah tempat asing. Ia tidak mengenali ruangan itu, tetapi suasananya terasa begitu nyata.

Cahaya lembut menerangi seisi ruangan. Kenzo melihat seorang perempuan berdiri membelakangi dirinya. Bulu kuduknya berdiri. Ada rasa yang tidak asing. Semakin lama ia perhatikan, semakin yakin ia tahu siapa perempuan itu.

Suara lembut itu terdengar tanpa menoleh. Mas ken, bangkitlah dari keterpurukanmu. Aku di sini sudah bahagia. Kenzo menahan napas. Suara itu, gerak tubuh itu, semuanya adalah Amara.

Perempuan itu melanjutkan, mulailah lembaran barumu dengan anak kita dan perempuan yang mengasuh anak kita. Nada suaranya hangat, tidak marah, tidak sedih, hanya seperti seseorang yang ingin memberikan jalan keluar.

Kenzo menggeleng pelan sambil mencoba mendekat. T tapisuaranya bergetar. Amara... jangan pergi dulu. Aku belum siap. Kenapa kamu bicara begitu. Kamu yang seharusnya ada di sini, bukan aku yang tersesat.

Amara akhirnya berbalik. Wajahnya terlihat jelas. Sama seperti yang Kenzo ingat. Sederhana, cantik, dan penuh ketenangan. Tidak ada luka, tidak ada air mata, hanya senyum tenang yang membuat Kenzo sesak.

Mas..., ucapnya pelan sambil menatap lembut. Amara perlahan memudar, tubuhnya berubah transparan. Semakin lama, semakin hilang.

Kenzo berlari kecil, mencoba meraih tangannya, tetapi tidak bisa. Amara menghilang seluruhnya.

Amara... amara... amara..., teriak Kenzo sambil terbangun dari tidurnya dengan napas memburu.

Dadanya naik turun. Keringat dingin membasahi leher. Untuk pertama kalinya setelah dua tahun, hatinya terasa seperti diremas kuat-kuat, tetapi bukan karena sedih saja. Ada sesuatu yang bergerak. Sesuatu yang membuatnya tidak bisa kembali diam seperti sebelumnya.

Pesan Amara hanya satu,amara ingin kenzo bangkit...

Haii readers selamat pagi

Selamat membaca...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!