NovelToon NovelToon
Ipar Yang Jahat

Ipar Yang Jahat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ismi Sasmi

Aluna seorang gadis manis yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan pria pilihan keluarganya.Umurnya yang sudah memasuki 25 tahun dan masih lajang membuat keluarganya menjodohkannya.
Bukan harta bukan rupa yang membuat keluarganya menjodohkannya dengan Firman. Karena nyatanya Firman B aja dari segala sisi.
Menikah dengan pria tak dikenal dan HARUS tinggal seatap dengan ipar yang kelewat bar-bar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Sasmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 UNGKAPAN HATI

Lama aku terdiam mendengar penuturan Billy. Pikiranku berkecamuk. Jantungku berdebar tak karuan.

"Luna, aku serius" desak Billy.

Ku tatap lamat iris teduh itu. Di sana terpancar sebuah ketulusan. Haruskah aku percaya ?

"Aku gak bisa, Billy. Aku masih tidak percaya dengan sebuah komitmen. Hatiku masih berdarah. Aku masih trauma." ucapku lirih.

"Jangan kamu anggap semua laki-laki itu sama brengs*knya dengan mantanmu itu, Luna. Aku bukan seperti dia". Ucap Billy menggebu.

"Tapi aku yang belum siap. Aku sudah bahagia dengan kehidupanku kini. Tak ada tekanan batin yang harus ku hadapi."

"Mau sampai kapan, Luna ? Manusia itu kodratnya memang berpasangan agar bisa saling melengkapi satu sama lain. Sekuat-kuatnya seorang perempuan, dia tetap butuh bahu untuk bersandar."

"Kok kamu kayak ngebet pengen kawin gitu ?" candaku mencairkan suasana.

"Ya iya lah, Luna. Umurku sudah pantes punya pasangan. Makanya ayo nikah !" rengek Billy.

"Masih banyak perempuan lain diluar sana, Bill. Bahkan kalau kamu mau, kamu bisa pilih yang masih segelan". Ucapku tersenyum kecut.

Jujur aku minder dengan statusku sekarang. Apa kata keluarga besar Billy nanti jika tahu Billy akan menikahi seorang janda, sementara dia masih perjaka.

"Aku gak peduli dengan status kamu yang janda, Luna. Berapa kali sih aku harus menyakinkan kamu kalau aku bisa menerima kamu apa adanya tanpa melihat masa lalu mu." ucap Billy gregetan.

"Tapi nanti apa kata keluarga kamu, Billy ?" tanyaku ragu.

"Mereka pasti bisa menerima. Orang tuaku bukan orang yang kolot. Mereka pasti mendukung keputusan yang diambil anaknya." ucapnya menyakinkan.

Hatiku dilema. Di satu sisi, aku bahagia mendengar ungkapan hatinya. Kebersamaan yang terjalin beberapa bulan ini membuatku nyaman ada di sampingnya. Meskipun kadang tingkah absurdnya membuatku darah tinggi. Tapi hidupku akan terasa kosong jika tak bertemu walau hanya sehari. Hati-hatiku sudah biasa dengan kehadirannya.

Tapi di sisi lain, trauma masa lalu terus menghantuiku. Bagaimana jika kejadian dulu terulang lagi ? aku tak siap menjanda untuk kedua kalinya. Sekarang aja aku harus menebalkan telinga mendengar gunjingan orang-orang.

"Kasih aku kesempatan untuk membuktikan keseriusan aku sama kamu, Luna". Mohonnya.

Dan entah mengapa kepalaku mengangguk mengiyakan. Senyum pun menyembul dari bibirnya.

"Makasih, Luna. Aku janji akan membahagiakan kamu. Gak akan aku biarkan kamu tersakiti oleh sikapku. Aku akan sabar menanti sampai kamu sudah siap membuka hatimu buat aku. Tapi kalau bisa jangan lama-lama juga, Luna. Gak kasihan apa sama jomblo ngenes kayak aku."

Aku pun tergelak mendengar penuturannya.

Awalnya dia siap untuk menunggu, eh ujung-ujungnya maksa juga. Dasar !

"Jika saat berusaha nanti kamu merasa lelah, kamu boleh berhenti. kamu boleh mencari perempuan lain untuk dijadikan pendamping. Sementara jangan terlalu mengharapkan aku, karena aku gak tau kapan hatiku siap untuk sebuah komitmen. Aku cuma takut nanti kamu bosan". Ucapku mengingatkan.

"Ya elahh, Luna. Maafkan aku deh. Iyaaaa...aku tunggu pokoknya sampai kamu benar-benar siap. Aku cuma mau kamu yang jadi pendamping aku." ucap Billy panik.

Aku tersenyum geli melihat wajah paniknya. Semoga dia memang berbeda dari Bang Firman. Jika dia memang jodohku, semoga nanti dia tidak membuatku harus bersaing dengan keluarganya untuk mendapatkan perhatiannya. Semoga dia bisa memberi perhatian sesuai porsinya tanpa harus ada yang merasa tersisihkan. Semoga dan semoga.

***

"Mbak gimana acara resepsi tadi ?" tanya Fika sambil mengunyah keripik pisang.

Sore ini kami berdua sedang bersantai menonton TV. Sementara ibu sedang rewang ke rumah tetangga. Sementara bapak belum pulang dari sawah.

"Ya gitu aja." jawabku singkat.

"Mas Billy itu baik ya, Mbak. Orangnya ramah. Sama ibu juga santun. Gak kayak si Firman. Sama mertua cewek cuek bener."

"Loh kok bawa-bawa dia ?" tanyaku heran.

"Aku bersyukur loh Mbak gak punya anak sama dia. coba kalau sudah ada anak, aku yakin Mbak bakal bertahan sampai titik darah penghabisan. Gak peduli tiap hari mental Mbak di hajar habis-habisan. Gak guna juga Mbak mempertahankan rumah tangga yang sudah gak sehat meskipun demi anak. Itu cuma membuat Mbak tersiksa lahir batin." ucap Fika sendu.

Sekelebat bayangan masa lalu melintas di kepala. Bagaimana dulu aku harus menjalani kesakitan seorang diri. Sementara dia lebih memilih menemani keponakannya. Tak peduli bagaimana hancurnya aku. Bahkan dengan teganya dia menyalahkanku atas takdir yang terjadi. Hatiku masih berdenyut nyeri bila mengingatnya. Entah kapan sakit ini akan hilang.

"Mbak, maaf kalau perkataanku menyakiti Mbak. Aku hanya gak rela kakak perempuanku satu-satunya menderita di tangan suaminya sendiri." ucap Fika dengan raut menyesal.

"Gak kok, Fik. Kamu benar. Mbak aja yang terlalu bodoh bisa bertahan dengan ketidakadilan yang diberikan. Mbak berharap dia bisa berubah. Nyatanya bagi pungguk merindukan bulan." ucapku lirih.

"Sekarang Mbak harus membuka lembaran baru. Gak usah ingat masa lalu. Karena itu hanya membuat luka Mbak makin berdarah. Semoga nanti Mbak bisa mendapatkan suami yang merasa beruntung karena sudah memiliki Mbak." ucap Fika sambil menggenggam tanganku.

"Makasih ya, Fik. Kammi memang adik Mbak yang paling baik. Semoga nanti kamu bisa mendapatkan suami yang mencintai kamu sepenuh hati." ucapku terharu sambil memeluk Fika.

"Loh ada apa ini ? Kok peluk-pelukan ?" tanya ibu yang baru saja memasuki rumah. Ibu baru saja pulang rewang dari rumah tetangga yang akan menggelar syukuran lepas sholat magrib.

"Gak papa kok, Bu. Lagi pengen pelukan aja." sanggahku.

"Ya udah, ibu mandi dulu. Bapak sudah pulang belum ?" tanya ibu sambil memindai sekeliling.

"Belum, Bu. Mungkin sebentar lagi." jawab Fika.

"Nanti malam kalian masak buat kalian aja. Karena ibu sama bapak mau ke rumah pak Muin yang menggelar syukuran."

"Iya. Gampang Bu." jawab Fika.

Ibu pun segera berlalu ke belakang untuk bersiap mandi. Tak lama kemudian bapak pulang dari sawah dan duduk di teras. Karena tak mungkin masuk rumah dengan keadaan baju yang kotor kena lumpur. Terlihat gurat kelelahan di wajah rentanya.

Sembari menunggu ibu selesai mandi, aku pun menyuguhkan segelas teh hangat untuk bapak. Bapak menyeruputnya dengan nikmat.

Selepas shalat magrib, bapak dan ibu pamit ke rumah Pak Muin. Tinggallah kami berdua di dapur yang sedang bingung mau masak apa.

"Enaknya masak apa ya, Mbak ?" tanya Fika sembari memindai isi kulkas.

"Gak tau, Fik. Mbak juga bingung." ucapku ikut melongokkan kepala di samping Fika.

"Gimana kalau bikin mie instan aja, Mbak ? Biar gak ribet masak." usul Fika.

"Wah bener juga tuh. Fik. Lagian kita udah lama gak makan mie instan." ucapku antusias.

"Mbak mau yang kuah atau yang goreng ?"

"Yang kuah aja, Fik. Enak bisa nyeruput kuahnya." jawabku sambil membayangkan kuahnya yang seger menggoyang lidah.

Fika pun mulai memasak mie-nya. Tak lupa dia tambahkan sawi dan telur teplok dengan irisan cabe rawit yang banyak.

Kami pun makan dengan nikmat. Kuah mie yang seger berpadu rasa pedas dari irisan cabe rawit membuat sensasi tersendiri di lidah. peluh bercucuran dari posisi pelipis karena kuah yang panas juga pedas.

"Biar Mbak yang cuci mangkoknya, Fik." cegahku ketika melihat Fika membawa mangkok kotor ke wastafel untuk di cuci.

"Biar aku aja, Mbak." tolaknya.

"Jangan Fik ! Kan kamu udah masak. Sekarang giliran Mbak yang cuci mangkoknya." ucapku sambil merebut mangkok dari tangannya.

1
kalea rizuky
q ksih bunga lagi nih biar nulisnya rajin
kalea rizuky
lanjut donk thor bagus lo ceritamu
kalea rizuky
gimana nasib mantan laknat thor
kalea rizuky
firman ttep. goblok biar aja dia jd duda karatan
kalea rizuky
up yg banyak thor q ksih bunga
Lala lala
pernah baca alur yg sama
Fan Compás Chivi Ans
Suka sama gaya penulisnya.
Yajaira Gaona
Gak kepikiran sama sekali kalau cerita ini bakal sekeren ini!
Kakashi Hatake
Keren thor, semoga bisa lanjut sampai ke akhir cerita!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!