Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35 - Tidak Membiarkan
***
Perjalanan paling resah seumur hidup. Berulang kali pewaris sah perusahaan besar Anderson Grup menghela frustasi.
"Tenang Dude, Kimi baik-baik saja." Ucap Marsel mengusap pundak William.
Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil ambulance. Kendaraan melaju cepat menuju rumah sakit milik keluarga Anderson.
Terdapat dua buah ambulance membelah jalanan Ibu kota yg lenggang dini hari. Satu ambulance berisi William, Alex, Marsel dan Kimi sebagai pasien. Sedangkan di ambulance yg lain, terdapat Vivian James dan juga Darren.
Di dalam perjalanan, Alex memasang apapun yg di butuhkan Kimi untuk bertahan hidup setelah sempat sadar dari hilangnya denyut nadi sesaat. Kini Kimi mengalami turun kesadaran kembali. Berita baiknya adalah, wanita itu tetap memiliki denyut nadi. Akan tetapi, meskipun begitu, tetap saja William khawatir.
"Lex!" Tatap William nanar penuh harap. Getaran suara yg mengiringi panggilan, menegaskan bahwa pria itu tidak baik-baik saja. Pasalnya sebelum naik ke dalam ambulance, wanita cantik di hadapannya ini, sempat tersenyum padanya. Mengedipkan mata beberapa kali. Seolah berkata, bahwa ia baik-baik saja. Setelah melakukan hal itu yg tidak lebih dari lima menit saja. Kimi kembali menutup mata dan enggan membuka kembali walau William mengguncang keras bahu wanita itu.
Alex yg tengah sibuk menyuntik punggung tangan Kimi, guna memberikan infus. Menoleh sesaat. ia menatap prihatin sahabat lama nya. Menggangguk sebagai harapan bisa membangkitkan semangat William untuk tetap berpikir positif.
William kembali menangis. Ia hancur, dua minggu tidak bertemu, tetapi kenapa malah di pertemukan dalam keadaan sang wanita yg benar-benar membuatnya remuk.
Pundak pria itu terguncang menangis tertahan. Marsel yg berada di sebelahnya, sigap menarik bahu William untuk ia dekap. Memberi semangat lewat tepukan beberapa kali bersama mata yg ikut berkaca-kaca.
Sungguh pilu nasib sahabat dekatnya ini. Ia pun tidak meyakini, jika ini terjadi dalam hidupnya. Apakah ia bisa bertahan? Tidak ada yg tahu.
***
"Pasien darurat!" Teriakan Alex begitu turun dari ambulance. Sontak semua yg berada diruang IGD keluar tergesa.
"Turunkan!" Sigap perawat saling membantu menurunkan Kimi. "Go! Dorong!" Lanjutnya setelah roda brangkar telah menyentuh lantai.
William? Sudah tidak bisa di deskripsikan seperti apa yg ia rasakan. Semua gerakan, suara dan juga situasi disana. Bagai gerakan slow motion tertayang jelas di pelupuk. Hening... Sesekali orang berteriak memandu kesigapan penyelamatan sang kekasih. William... Tetap gontai.
Di pegang kuat oleh Marsel, William berjalan mengikuti jalur brangkar. "Boleh tunggu di luar Tuan."
Jeder!
"Fuck!" Lirihnya memijit kening yg terasa pusing. William di tuntun untuk duduk di salah satu kursi pasien.
Baru saja ia mendaratkan bokong bersama Marsel, Langkah berlari terdengar.
"Lex!" Panggilan William pada sahabatnya. Kali ini matanya sudah memerah parah. Ia berharap penuh pada sang sahabat yg akan ikut masuk ke ruangan penyelamatan Kimi. Ternyata dokter muda itu tadi memasuki ruangan pribadinya di rumah sakit ini. Ia mengambil jas kedokteran.
Mendengar sang sahabat memanggil dirinya lagi. Alex bergegas menuju William, ia peluk sebentar untuk meyakinkan pewaris sah Anderson Grup tersebut, bahwa sang kekasih akan baik-baik saja.
"Doakan Kimi, dia kuat! Aku akan berusaha semaksimal mungkin Willy! tidak mungkin aku membiarkan kamu gagal menikah. Oke! aku masuk dulu." Ucapan Alex sedikit memberi angin segar untuk William. Ia sedikit terkekeh saat kalimat 'Tidak mungkin aku membiarkanmu gagal menikah.'
sungguh! Itu sangat berarti buat William. Ia sampai meresapi kalimat itu terus menerus dalam pikirannya. Hatinya ikut mengucapkan amin ketika doa tersebut meluncur. Mata menutup mengulang kembali memori Alex berkata demikian. 'Terimakasih Lex! Terimakasih!'
***
BERSAMBUNG