NovelToon NovelToon
CINTA DATANG BERSAMA SALJU PERTAMA

CINTA DATANG BERSAMA SALJU PERTAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Karir / One Night Stand / Duniahiburan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:334
Nilai: 5
Nama Author: chrisytells

Di Shannonbridge, satu-satunya hal yang tidak bisa direncanakan adalah jatuh cinta.
​Elara O'Connell membangun hidupnya dengan ketelitian seorang perencana kota. Baginya, perasaan hanyalah sebuah variabel yang harus selalu berada di bawah kendali. Namun, Shannonbridge bukan sekadar desa yang indah; desa ini adalah ujian bagi tembok pertahanan yang ia bangun.
​Di balik uap kopi dan aroma kayu bakar, ada Fionn Gallagher. Pria itu adalah lawan dari semua logika Elara. Fionn menawarkan kehangatan yang tidak bisa dibeli dengan kesuksesan di London. Kini, di tengah putihnya salju Irlandia, Elara terperangkap di antara dua pilihan.
​Apakah ia akan mengejar masa depan gemilang yang sudah direncanakan, atau berani berhenti berlari demi pria yang mengajarkannya bahwa kekacauan terkadang adalah tempat ia menemukan rumah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chrisytells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22 : Pesaing dari Menara Kaca

Pagi pertama di tahun baru seharusnya diawali dengan aroma roti jahe dan ketenangan sungai Shannon. Namun, bagi Elara, ketenangan itu pecah saat sebuah mobil sedan hitam mewah bermerek Jerman berhenti tepat di depan kedai The Crooked Spoon. Mobil itu tampak sangat asing dan mencolok di antara traktor tua dan mobil pikap penduduk desa.

Elara, yang sedang membantu Fionn menata kursi, merasakan perutnya mulas. Ia mengenali mobil itu.

Pintu mobil terbuka, dan seorang pria keluar dengan setelan jas abu-abu yang sangat rapi, sepatu kulit yang mengkilap tanpa noda salju, dan tatanan rambut yang terlalu sempurna untuk udara perdesaan.

"Oh, tidak," bisik Elara.

"Siapa dia? Model katalog yang tersesat?" tanya Fionn dengan nada sinis, sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"Julian O’Neill," jawab Elara lemas. "Rekan kerjaku. Sainganku yang paling ambisius. Jika dia di sini, artinya Doherty sudah tidak lagi mempercayaiku."

Julian melangkah masuk ke kedai dengan senyum yang tidak mencapai matanya. Ia melepas kacamata hitamnya dan melihat sekeliling dengan ekspresi yang seolah sedang menilai barang loakan.

"Nona O’Connell...di sini kau rupanya? Jadi, inikah tempat persembunyianmu?" suara Julian halus, namun penuh racun. "Tempatnya... eksentrik. Aromanya seperti mentega dan... apakah itu bau domba?"

Fionn melangkah maju, menghalangi jalan Julian dengan bahunya yang lebar. "Aromanya seperti kerja keras, Bung. Dan di sini kami tidak melayani orang yang terlalu banyak memakai minyak rambut."

Julian tertawa kecil, menatap Fionn dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Dan kau pasti si 'pembuat kopi' itu. Menarik. Elara, Tuan Doherty mengirimku untuk memantau progresmu. Atau lebih tepatnya, untuk mengambil alih tugasmu jika kau terus-menerus memberikan desain reruntuhan batu kapur yang tidak masuk akal itu."

Elara maju, mencoba menengahi. "Julian, ini masih wilayahku. Aku masih punya waktu satu minggu."

"Waktumu sudah habis, Elara. Tuan Doherty kehilangan kesabaran saat melihat sketsa 'Jantung Shannon' milikmu. Dia menyebutnya 'bunuh diri karier'. Aku di sini untuk memastikan proyek ini kembali ke jalurnya: beton, baja, dan efisiensi maksimal." Julian mengeluarkan tablet tipisnya dan mulai mengetuk-ngetuk layar. "Aku sudah memesan alat berat. Mereka akan tiba lusa untuk membongkar dermaga tua itu."

"Apa?! TIDAK!!!" Elara tersentak. "Dermaga itu adalah bagian dari sejarah desa ini! Kau tidak bisa membongkarnya tanpa izin warga!"

"Izin?" Julian menatap Elara dengan iba. "Ini bisnis, Elara. Bukan klub pecinta sejarah. Kau sudah terlalu lama tinggal di sini. Otakmu mulai tumpul oleh udara desa."

Fionn mengepalkan tangannya. "Dengar, Tuan Berjas. Dermaga itu bukan sekadar tumpukan kayu. Dan Elara adalah arsitek terbaik yang pernah menginjakkan kaki di sini. Kau tidak akan menyentuh satu batu pun sebelum berurusan denganku."

Julian hanya tersenyum meremehkan. "Tuan Gallagher? Jangan emosional. Aku tahu kau mencoba melindungi 'pacar kecilmu' ini. Tapi mari bicara fakta. Elara punya sejarah kegagalan... sikapnya yang ceroboh. Satu kesalahan kecil, dan dia menghancurkan perusahaan lamanya. Doherty hanya memberinya kesempatan kedua karena kasihan. Dan sekarang dia mengulanginya lagi dengan rencana batu kapur bodoh ini."

Kata-kata itu menghantam Elara seperti godam. Wajahnya memucat. Rahasia London yang ia ceritakan pada Fionn kini diledakkan di depan umum oleh Julian.

"Tutup mulutmu, Julian!" seru Elara, suaranya bergetar.

"Kenapa? Kau malu mengakuinya, nona?" Julian melangkah mendekat. "Kau seharusnya berterima kasih padaku. Aku datang untuk menyelamatkan reputasimu sebelum kau benar-benar dicap sebagai perencana gagal untuk kedua kalinya."

Fionn melihat kehancuran di mata Elara. Tanpa ragu, ia merangkul bahu Elara dan menariknya mendekat.

"Dia bukan kegagalan," kata Fionn dengan suara rendah yang sangat mengancam. "Dia adalah satu-satunya orang di perusahaanmu yang punya otak dan hati. Dan kau? Kau hanya budak robot dengan jas mahal. Keluar dari kedaiku sekarang. Sebelum aku membuat setelan jasmu itu beraroma kopi selamanya."

"Kau mengusir perwakilan dari perusahaan yang mendanai renovasi desamu?" Julian mengangkat alis.

"Aku mengusir orang yang tidak punya rasa hormat. Keluar!" gertak Fionn.

Julian mengangkat bahu, mengenakan kembali kacamata hitamnya. "Baiklah. Aku akan menginap di penginapan terdekat. Sampai jumpa besok di dermaga, Elara. Pakai helm proyekmu, karena hari-hari bermain rumah-rumahanmu sudah berakhir."

Setelah Julian O’Neill pergi, Elara langsung melepaskan diri dari pelukan Fionn dan berlari ke dapur belakang. Fionn menyusulnya dengan tergesa-gesa. Ia menemukan Elara sedang bersandar di meja dapur, napasnya memburu, air mata mulai jatuh di pipinya.

"Elara, hei... jangan dengarkan dia," bisik Fionn, mencoba menyentuh tangannya.

"Dia benar, Fionn!" Elara berteriak pelan. "Kegagalan pertamaku adalah lubang hitam dalam hidupku, dan dia menggunakannya untuk mengebiri keberanianku. Aku tidak bisa melawan mereka. Doherty mengirim Julian karena dia tahu Julian adalah versiku yang dulu—dingin, kejam, dan hanya peduli pada angka."

"Tapi kau bukan orang itu lagi!" Fionn memegang kedua pipi Elara, memaksanya untuk menatap matanya. "Julian adalah bayangan masa lalumu. Tapi di sini, kau punya aku. Kau punya warga desa. Kau pikir kami akan membiarkan dia menyentuh dermaga itu?"

"Dia punya kekuasaan hukum, Fionn! Aku hanya seorang karyawan yang terancam dipecat!"

Fionn menarik Elara ke dalam pelukan erat, membiarkan wanita itu menangis di dadanya. "Biarkan mereka memecatmu. Aku serius. Biarkan saja. Kita akan melawan dengan cara kita sendiri. Aku lebih baik melihatmu kehilangan pekerjaan daripada melihatmu kehilangan jiwamu lagi karena menuruti orang-orang seperti mereka."

Elara terisak, tangannya meremas kemeja Fionn. "Aku takut, Fionn. Aku takut semuanya hancur lagi."

"Tidak akan. Selama ada aku, tidak ada yang akan hancur." Fionn mencium puncak kepala Elara dengan lembut. "Malam ini, kita tidak akan membuat Gantt Chart. Kita akan membuat rencana perlawanan. Aku akan memanggil Seamus, Moira, dan Bibi O’Malley. Kita akan menunjukkan pada si Julian itu bahwa Shannonbridge bukan tempat yang bisa dia tindas."

...****************...

Sore itu, suasana di The Crooked Spoon berubah menjadi markas darurat. Biscotti tampak sibuk berlarian di antara kaki orang-orang yang mulai berkumpul. Berita tentang kedatangan "pria kota yang jahat" sudah menyebar ke seantero desa.

"Jadi, dia ingin merobohkan dermaga kita?" tanya Seamus sambil menggebrak meja. "Aku akan memarkir traktorku tepat di tengah jalan!"

"Dan aku akan membawa semua domba Agnes ke depan penginapannya!" tambah Bibi O’Malley dengan semangat.

Elara melihat dukungan yang begitu besar dari orang-orang yang dulunya ia anggap sebagai "gangguan". Ia menatap Fionn yang sedang berdiskusi serius dengan warga, lalu beralih ke kunci pemberian Fionn di tangannya.

Rasa takut itu masih ada, namun ada api baru yang menyala di hati Elara. Api yang tidak berasal dari ambisi karier, melainkan dari rasa memiliki.

"Julian berpikir aku lemah karena aku punya perasaan," bisik Elara pada dirinya sendiri. "Dia akan segera tahu bahwa perasaan adalah motivasi paling kuat di dunia."

Fionn mendekati Elara, memberikan kedipan mata yang menggemaskan di tengah ketegangan itu. "Siap untuk menjadi arsitek pemberontak, Nona Perencana Kota?"

Elara tersenyum, kali ini dengan tekad yang bulat. "Bukan arsitek pemberontak, Fionn. Sebut saja... arsitek pelindung sejarah. Dan ya, aku sangat siap."

Drama baru saja dimulai. Dublin telah mengirimkan senjatanya, namun Shannonbridge memiliki perisainya sendiri. Dan perisai itu bernama cinta.

1
d_midah
ceilah bergantung gak tuh🤭🤭☺️
d_midah: kaya yang lebih ke 'sedikit demi sedikit saling mengenal, tanpa terasa gitu' 🤭🤭
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!