Lana Croft, seorang mahasiswi biasa, tiba-tiba terbangun sebagai tokoh antagonis kaya raya dalam novel zombie apokaliptik yang baru dibacanya. Tak hanya mewarisi kekayaan dan wajah "Campus Goddess" yang mencolok, ia juga mewarisi takdir kematian mengerikan: dilempar ke gerombolan zombie oleh pemeran utama pria.
Karena itu dia membuat rencana menjauhi tokoh dalam novel. Namun, takdir mempermainkannya. Saat kabut virus menyelimuti dunia, Lana justru terjebak satu atap dengan pemeran utama pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Untuk mempertahankan penampilan 'standar', tim Vanguard menggunakan SUV militer, sementara tim lain mengendarai kendaraan pribadi mereka. Kael, Lana, Mike, dan Alex berada di mobil terdepan.
Cuaca di luar sangat terik. Panas yang menyengat menembus AC mobil yang bekerja keras. Mike, sang pengemudi, menggerutu.
"Sialan, cuaca ini seperti neraka. Aku butuh air dingin," keluh Mike.
Lana, tersenyum, tiba-tiba mengeluarkan dua ember besar berisi es batu kristal yang jernih dari dimensinya, menaruhnya di lantai mobil. Udara seketika menjadi segar dan sejuk.
"Wow! Kakak Ipar adalah dewi es!" seru Alex dan Mike serempak. Lana melemparkan dua kaleng soda dingin beku dari dimensinya kepada mereka.
"Kakak ingin apa?" tanya Lana, menoleh ke Kael.
Kael melihat Lana yang wajahnya merona karena panas, tetapi matanya berkilauan. Ia mencondongkan tubuh, berbisik di telinga Lana.
"Aku hanya ingin dirimu. Dan mungkin... ciuman yang kau simpan untukku semalam."
Lana memerah seketika, tetapi ia hanya melemparkan sebotol air dingin ke pangkuan Kael. "Minum saja. Dasar mesum."
Kael terkekeh, menerima air itu. Lana melihat leher dan jakun Kael bergerak saat ia minum, dan Lana tanpa sadar merasakan tenggorokannya kering. Ia segera memalingkan wajah, tidak ingin Kael menyadari betapa mudah pria itu memengaruhinya.
Saat sore hari, mereka berhenti di pinggir jalan tol yang sepi untuk beristirahat. Lana dan Riley berjalan sebentar ke area semak-semak untuk kebutuhan pribadi, meninggalkan Kael yang sedang memeriksa peta.
Saat kembali, Lana melihat Kael sedang berbicara dengan Chloe Vance. Kael yang tinggi dan berwibawa, Chloe yang anggun dan lembut, tampak seperti pasangan yang sempurna. Chloe tersenyum manis, matanya penuh kekaguman saat menatap Kael.
Lana merasakan sengatan cemburu yang menusuk. Ia tidak mendekat, hanya berdiri di kejauhan, mengamati mereka.
Kael segera menyadari kehadiran Lana. Ia dengan cepat mengakhiri pembicaraan dengan Chloe dan berjalan ke arah Lana.
Lana memberinya tatapan tajam. "Kenapa? Tidak mau berlama-lama dengan si cantik itu? Datang ke sini mencari apa?" nada suaranya masam.
Kael tersenyum, rasa cemburu Lana menghiburnya. Ia menarik Lana ke pelukannya, meletakkan dagunya di kepala gadis itu. "Dia hanya menanyakan rute besok. Kenapa? Kau cemburu, Sayang?"
"Aku tidak cemburu," Lana mendengus, tetapi memeluk pinggang Kael dengan posesif.
Setelah makan siang darurat, mereka melanjutkan perjalanan. Saat malam tiba, mereka berhenti di sebuah desa kecil yang ditinggalkan, memilih sebuah rumah besar dua lantai untuk dijadikan tempat berlindung.
Tim Vanguard mengambil lantai dasar, sementara Phoenix Squad dan tim lain menempati lantai atas.
Saat mereka sedang bersantai di ruang tamu, Chloe dan rekan satu tim wanitanya, Lilith, turun membawa sesuatu.
"Kapten Kael, ini adalah apel terakhir yang kami temukan. Kami ingin mengucapkan terima kasih atas perlindungan Anda," kata Chloe dengan senyum termanisnya, menyerahkan tiga buah apel merah besar kepada Kael, Lucas, dan Alex, dengan sengaja mengabaikan Lana dan Riley.
Riley mendengus. Lana mengangkat bahu, tidak peduli. Ia punya kebun buah di dimensinya.
Namun, Lilith, gadis yang matanya dipenuhi iri hati, tidak bisa menahan diri. Ia melihat Kael memotong apelnya dan menyuapkannya pada Lana.
"Dasar wanita tidak tahu malu," sembur Lilith. "Apel itu untuk Kapten Kael, dan kau mengambilnya? Kenapa kau begitu serakah? Pura-pura cantik tapi tidak punya apa-apa."
Lana yang sedang mengunyah, tertegun. Aku? Serakah?
Ia menatap Kael, menyuapkan sisa potongan apel ke mulut Kael, yang mengunyahnya dengan puas.
"Dia menyuapiku. Masalah?" Kael menyeringai, matanya memancarkan peringatan.
Lana, muak dengan drama itu, mengeluarkan enam buah apel yang jauh lebih besar dan lebih merah dari dimensinya, meletakkannya di sofa.
"Ini," Lana tersenyum dingin, mendorong apel itu ke arah Chloe dan Lilith. "Apelmu. Aku tidak mau dituduh serakah. Aku punya banyak. Ambil saja semuanya."
Wajah Chloe memucat karena malu. Lilith merasa terhina. Kemarahan menguasai akalnya.
"Kau menghinaku!" teriak Lilith. Ia memiliki kemampuan fisik yang lemah. Ia mengaktifkan kemampuan Anginnya dan melemparkan semburan angin tajam ke arah Lana.
Chloe berteriak, mencoba menghentikan serangan itu dengan kemampuan Anginnya sendiri, tetapi sudah terlambat.
Kael bereaksi sepersekian detik. Sebelum serangan Lilith mencapai Lana, Kael sudah menarik gadisnya ke belakang. Pada saat yang sama, petir ungu yang terkonsentrasi melesat dari telapak tangannya.
CRACKLE!
Petir itu menyambar Lilith dengan kekuatan yang sangat besar, tetapi Kael mengontrolnya agar tidak mematikan. Lilith jatuh ke lantai, tubuhnya berkedut hebat, berteriak kesakitan, dan asap mengepul dari seragamnya.
Kael melangkah maju, tubuhnya memancarkan aura es dan bahaya.
"Ini adalah peringatan," ujar Kael, suaranya sangat dingin. Ia menatap lurus ke mata Chloe yang ketakutan. "Jika ada di antara tim Anda yang berani menyentuh Lana atau mengancamnya lagi, saya tidak akan ragu untuk membunuhnya. Tidak peduli wanita atau pria. Dia milikku. Jaga tim Anda, Nona Vance."
Chloe gemetar ketakutan di bawah tekanan kekuatan Level 4. Ia mengangguk dengan cepat, menarik Lilith yang masih merintih kesakitan, dan bergegas naik ke lantai atas.
Kael kembali ke sofa, menarik Lana ke pangkuannya, dan memeluknya erat-erat, seolah tidak ada yang terjadi. Semua anggota Vanguard terdiam, menyadari betapa kejam dan posesifnya Kapten mereka. Lana kini benar-benar tak tersentuh.
mendengar konpirmasi
jadi
mandengar ucapan itu