NovelToon NovelToon
Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Selina harus menerima kenyataan bahwa dirinya ternyata menjadi istri kedua. Tristan suaminya ternyata telah menikah siri sebelum ia mempersuntingnya.

Namun, Selina harus berjuang untuk mendapatkan cinta sang suami, hingga ia tersadar bahwa cinta Tristan sudah habis untuk istri pertamanya.

Selina memilih menyerah dan mencoba kembali menata hidupnya. Perubahan Selina membuat Tristan perlahan justru tertarik padanya. Namun, Selina yang sudah lama patah hati memutuskan untuk meminta berpisah.

Di tengah perjuangannya mencari kebebasan, Sellina menemukan cinta yang berani dan menggairahkan. Namun, kebahagiaan itu terasa rapuh, terancam oleh trauma masa lalu dan bayangan mantan suami yang tak rela melepaskannya.

Akankah Sellina mampu meraih kebahagiaannya sendiri, atau takdir telah menyiapkan jalan yang berbeda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Kebenaran yang sebenarnya.

Elena segera melangkah masuk ke ruang rapat. Suasana hening seketika.

Semua mata tertuju padanya—tak satu pun yang mengerti mengapa Erza tiba-tiba memanggil asistennya di tengah rapat penting itu.

Tanpa banyak bicara, Elena menyalakan laptopnya dan menyambungkannya ke proyektor.

Layar putih di depan perlahan menampilkan deretan angka, grafik, dan laporan keuangan yang tersusun rapi. Di bagian atas terpampang jelas sebuah nama—nama sang koki senior yang selama ini mereka hormati.

Erza berdiri. Langkahnya tenang, namun sorot matanya tajam dan penuh kendali. Ia mendekati layar, menatap setiap wajah yang kini mulai menunjukkan tanda-tanda kebingungan.

“Kalian lihat sendiri,” suaranya berat namun tegas. “Aku tidak memecatnya hanya karena masalah Sellina. Semua alasan ada di depan kalian.”

Sejenak ruangan kembali sunyi, hanya terdengar dengung lembut proyektor yang menyorotkan cahaya ke layar.

Setiap orang mulai membaca data yang terpampang—catatan pengeluaran yang dimanipulasi, laporan pembelian bahan yang tidak sesuai, dan bukti transfer yang tak pernah mereka duga.

“Dia,” lanjut Erza, suaranya kini meninggi, “selama ini telah menyelewengkan dana operasional dapur. Tidak banyak memang, tapi dilakukan terus-menerus—sedikit demi sedikit, tanpa ada yang menyadari. Dan jika dijumlahkan…” Ia menatap layar, menahan amarah yang mulai naik ke wajahnya. “...kerugian yang kita tanggung mencapai ratusan juta rupiah.”

Beberapa orang menunduk, terkejut. Nama besar sang koki senior kini runtuh seketika, berganti dengan rasa kecewa dan ketidakpercayaan.

“Kita sudah ditipu olehnya selama ini!” suara Erza bergema memenuhi ruang rapat. Tatapannya tajam menusuk pria yang berdiri di ujung meja, wajahnya memucat.

“Dia bukan hanya menyelewengkan dana, tapi juga bersikap semena-mena pada para koki junior. Memperlakukan mereka dengan tidak manusiawi. Bahkan…” Erza menarik napas dalam, suaranya bergetar menahan amarah, “…beberapa koki wanita mengaku pernah dilecehkan olehnya. Kau kira aku diam saja selama ini? Kau pikir aku tidak bekerja mencari bukti, hah?”

Ruangan mendadak senyap. Beberapa orang menatap satu sama lain dengan wajah terkejut.

“Itu bohong! Fitnah semua itu!” sang koki berteriak, suaranya parau dan gemetar.

Ia menoleh ke arah seorang wanita elegan yang duduk di kursi utama. “Bu Dania, saya tidak mungkin melakukan hal seperti itu! Ini semua akal-akalan anakmu! Erza belum pantas jadi pemimpin—dia masih bocah yang tidak tahu apa-apa tentang bisnis!”

Tatapan Dania berubah sendu, bercampur kecewa dan kebingungan. Namun sebelum ia sempat berkata apa pun, sang koki kembali membuka mulutnya, kini dengan nada yang lebih nekat. “Apa kau akan percaya begitu saja pada ucapan putramu, Dania? Lalu melupakan semua persahabatan kita selama ini? Aku sudah banyak membantu perkembangan hotel ini! Tanpa aku, hotel ini tidak akan sebesar sekarang!”

Ruangan kembali bergemuruh oleh bisik-bisik kaget. Salah satu staf bahkan tak bisa menahan diri untuk berbisik lirih, “Kurang ajar … dia berani mengancam pimpinan dengan menjual persahabatan mereka.”

Erza melangkah maju, berdiri tegak di depan ibunya—menjadi tameng kokoh di antara Dania dan sang koki. Sorot matanya penuh api.

“Kau benar-benar tidak tahu malu,” katanya tajam. “Sudah jelas salah, masih berani menyangkal. Kalau perlu, aku panggil polisi sekarang juga untuk menyelidiki semuanya—biar kau tahu rasanya mempertanggungjawabkan perbuatanmu di balik jeruji besi.”

Pria itu terdiam. Wajahnya pucat, bibirnya bergetar, namun tak sepatah kata pun keluar. Sementara itu, Erza berdiri tegap, tegas, dan tak lagi terlihat sebagai “bocah” seperti yang dituduhkan.

Dania menunduk, kecewa terpancar jelas dari wajahnya. Mata yang biasanya berbinar kini meredup, dikhianati oleh orang yang selama ini ia percayai.

Tubuhnya terasa lemas, hampir saja ia terjatuh dari kursi jika Sellina tidak sigap menopangnya.

"Ibu, tidak apa-apa? Perlu ke rumah sakit?" tanya Sellina panik.

Dania menggeleng lemah. "Tidak usah, Sellina. Aku hanya sedikit terkejut."

Dengan bantuan Sellina, ia mencoba berdiri tegak, mengumpulkan sisa kekuatan untuk menyembunyikan kerapuhan hatinya.

"Masalah korupsi dan sikap semena-mena, aku bisa memaklumi, mengingat persahabatan kita yang sudah lama terjalin," suara Dania bergetar, berat untuk melanjutkan kalimatnya. "Tapi pelecehan ... itu tidak bisa ditolerir. Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu di kantor polisi."

Ruangan yang tadinya sunyi senyap mendadak riuh. Para tamu undangan tampak setuju dengan usulan Dania. Namun, koki itu jelas tidak terima.

"Omong kosong! Jangan menuduh sembarangan, Dania! Aku tidak melakukan semua itu!" serunya dengan nada tinggi.

Dengan emosi yang meluap-luap, ia berlari ke arah Dania, berniat menyerangnya. Namun, Erza dengan sigap menghadang, merobohkannya dengan satu gerakan cepat dan terukur.

Kedua tangan koki itu diringkus ke belakang, tubuh Erza menindihnya hingga ia hanya bisa tergeletak tak berdaya di lantai.

"Panggil sekuriti, cepat!" teriak seseorang dari kerumunan.

Tak lama kemudian, beberapa petugas keamanan datang dan memborgol koki itu, membawanya keluar ruangan menuju kantor polisi.

Suasana kembali tenang, meskipun ketegangan masih terasa di udara. Para dewan direksi kembali duduk di kursi masing-masing, menunggu kelanjutan acara.

"Apa sekarang masih ada yang meragukan Erza?" pertanyaan Dania memecah keheningan.

Matanya menatap tajam ke sekeliling ruangan, seolah menantang siapa pun yang masih memiliki keraguan terhadap kemampuan Erza.

"Jangan kira aku gak tau," suara Dania meninggi, menyiratkan kekecewaan yang mendalam.

"Selama ini, banyak dari kalian yang meragukan kemampuan Erza. Sekarang, kalian lihat sendiri, kan? Bahkan dia mampu mengungkap semua masalah ini. Lalu, apa yang sudah kalian lakukan? Hanya bisa mengkritik!"

Dania kembali duduk di kursinya, berusaha menenangkan diri. "Mulai saat ini, semua keputusan akan sepenuhnya dipegang oleh Erza sebagai pewaris utama. Jangan libatkan aku lagi dalam urusan ini. Aku ingin hidup tenang, tanpa memikirkan hal-hal yang memusingkan seperti ini. Tapi ingat," matanya menyipit, sorotnya tajam memperingatkan, "jika ada yang berani macam-macam dengan anakku, aku tidak akan tinggal diam."

Dania menghela napas, lalu menatap satu per satu dewan direksi yang hadir. "Rapat hari ini cukup sampai di sini. Kalian boleh bubar."

Satu per satu orang meninggalkan ruangan, menyisakan Erza, Sellina, dan Nathan.

Dania tampak canggung menghadapi Sellina, yang menatapnya dengan tatapan penuh tanya, seolah menuntut penjelasan.

Nathan, yang menyadari sikap kurang sopan Sellina, segera menghampirinya dengan langkah lebar.

"Kau! Apa maksud dari tatapanmu itu, hah?" bentaknya, nadanya meninggi.

Sellina tersentak kaget, lalu menunduk, mundur selangkah menjauhi Dania.

"Maaf, Pak," ucapnya lirih.

"Kau semakin lama semakin tidak sopan, aku perhatikan," Nathan kembali menyentak, menunjukkan ketidaksenangannya.

Dania segera menghentikan Nathan dengan meraih pergelangan tangannya. "Cukup! Kau tidak perlu kasar begitu, menantu."

"Tuduhanmu itu juga tidak benar, kan? Lain kali, sebaiknya selidiki dulu sebelum membuat kegaduhan seperti ini," kata Dania dengan nada datar namun sarat akan peringatan.

1
🍒⃞⃟🦅☕︎⃝❥~`•suami aku`•~⧗⃟ᷢʷ
lanjut Thor semngat /Joyful/
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
gmn mau punya anak, wong Tristan nggak pernah mau nyentuh selina lohh
Yuli Yulianti
mumpung dirmh orang tua Tristan mending jujur deh sellina klo kamu ud nggak sanggup bertahan lg
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©: bener itu kak.. biar nggak sakit hati mulu
total 1 replies
𝑻𝒉𝒂𝒓𝒊𝒊 🍒⃞⃟🦅
kek pernah liat namanya /Chuckle/
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: 🤭🤭 iya emng sesuatu ini nama🤣
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
udah pada metong dong🤣🤣🤣
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
wehh mau apa lagi itu nenek sihir
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hilih bukan pemilik kok sok2an
⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
Nathan statusnya menantu tapi kelakuan seperti pemilik aja
Mardiana Mardiana
bacanya sambil senyum-senyum dong😁
ditunggu kelanjutannya❤❤
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: siap deh... ngebut nulis
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
awas selina, Ezra mulai nyaman tuhh🤭🤭
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
astaghfirullah tuduhan mu sekejam itu😭😭
Mardiana Mardiana
seruu bab ini😁😁❤❤
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
lanjut Thor, semakin seru🤭🤭
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mantap selina
Mardiana Mardiana
ditunggu lanjutannya 😊
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: sabar ya buk.. ini gebut nulisnya 🤭
total 1 replies
Mardiana Mardiana
ikut gereget bacanya😁
Mardiana Mardiana
suka dengan karakter selina dia tegas keren banget ❤
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mumpung cepat sadar kamu selina
☘𝓡𝓳 𝙉ᗩƁίĻԼል
mampir kak
awan
ada rahasia apa ini..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!