CEO paling disegani meninggal dan bangun di tubuh Anggun, putri yang sudah dilupakan semua orang.
Bagaimana bisa Anggun mendapatkan kerja sama dengan Alvin?
Dari mana kemampuan bahasa inggris,, oh, dia juga bisa bahasa arab?
Gawat!
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Penyerangan di Villa
Malam berikutnya di Villa milik ibu Anggun.
"Ayo bereskan lalu tidur," kata Anggun pada Harni yang membantunya di ruang kerja.
"Baik, Nona," ucap Harni segera merapikan dokumen yang berserakan di hadapannya.
Setelah membereskan ruang kerja, kedua perempuan itu pergi ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.
Tetapi malam yang dikira akan dilalui dengan tenang itu berubah menjadi mencekam ketika dini hari Anggun terbangun karena merasa haus.
Namun saat ia akan keluar dari kamar dengan tujuan mengisi gelas yang kosong, seorang pria tiba-tiba membekap mulut Anggun dan menarik Anggun kembali ke dalam kamar.
Dalam cahaya yang remang-remang itu pun Anggun ditarik sampai ke kamar mandi lalu dihempaskan ke bath up.
Bruk!
Anggun sangat terkejut, ia menatap sang pria yang menyeretnya bersamaan dengan lampu kamar mandi yang menyala membuat Anggun terkejut mendapati pria bertopeng di hadapannya membawa sebuah pistol.
"Siapa kau?!" Tanya Anggun merasa takut.
Bagaimana kalau dia mati untuk yang kedua kalinya?
Sungguh sial!
"Cepat tunjukkan di mana kau menyimpan video CCTV yang kau ambil dari kediaman keluarga Baraya!" Perintah sang pria membuat kening Anggun berkerut, sepertinya ini adalah pekerjaan Agatha dan putrinya.
Anggun kemudian berkata, "Aku sudah menghapusnya sesuai dengan kesepakatan ku dengan Agatha, bahkan--"
"Bawa dia ke sini!" Sang pria menyela ucapan Anggun bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka memperlihatkan seorang pria lain yang juga memakai topeng memasuki kamar mandi sambil mendorong Harni yang sedang menangis.
Pisau milik pria bertopeng ditekan di leher Harni hingga menyebabkan luka di sana yang mengeluarkan darah mengotori piyama Harni yang berwarna putih.
"Cepat katakan!" Perintah pria bertopeng dengan nada memaksa.
"Di ruang kerja, laci kedua di meja kerja," kata Anggun.
Pria bertopeng itu kemudian mengangkat kembali tubuh Anggun dan menyeret Harni bersama Anggun ke ruang kerja.
Mereka pun memeriksa laci kedua dan mendapati beberapa flashdisk disana, pria itu tidak menunggu lagi dan langsung mengambil semua flashdisk disana lalu memasukkannya ke dalam tas miliknya.
"Apa sekarang kita membunuh mereka?" Tanya pria yang sedang memegang pisau di leher Harni membuat seluruh tubuh Harni kembali gemetar dalam tangisnya.
Tidak mungkin orang-orang itu benar-benar membunuh mereka 'kan?
Kalau iya pun, ini pasti hanya mimpi, bunga tidur saja!
"Tentu," jawab sang pria yang telah mendapatkan flash disk di tangannya dan mengangkat pistolnya untuk menembak Anggun.
"Tunggu!" Anggun berteriak mengangkat kedua tangannya, "aku tahu Agatha dan putrinya lah yang menyuruh kalian datang kemari, katakan saja berapa perempuan itu membayar kalian, aku akan membayar dua kali lipat," kata Anggun berusaha mengulur waktu dan meyakinkan dua penjahat di sana.
"Heh, kau pikir kami mudah dibohongi?" Pria yang memegang pisau dengan satu kali ayunan tangannya menusuk perut Harni.
Tsk!
"Akhhh!!" Harni berteriak keras saat ia terjatuh ke lantai sambil memegangi perutnya yang bersimbah darah.
Anggun terkejut, orang ini benar-benar tidak akan membiarkan mereka, jadi dia kembali berkata, "katakan yang kalian inginkan, aku bisa mengabulkan apapun yang kalian inginkan! Tapi tolong lepaskan kami."
"Jangan harap," ucap sang pria dengan segera menarik pelatuk senjatanya hingga sebuah timah panas meluncur ke arah dada Anggun.
Dor!
Dalam keheningan malam itu, sebuah tembakan dilepaskan membuat Anggun langsung tersungkur di lantai dengan keadaan tak sadarkan diri.
"Nona!" Harni benar-benar panik melihat peluruh menembus pakaian Anggun di bagian dada.
Tetapi kemudian ia melihat sang pria kembali menatapnya dan hanya dalam satu kali gerakan, pria itu menancapkan pisau kepala Harni.
Tsk!
Segera, kesadaran Harni menghilang dan terkulai lemas di lantai bersama darah panas yang mengalir dari luka terbuka membasahi lantai.
"Ayo pergi," ucap salah seorang pria mengambil sebuah pajangan di atas meja yang terbuat dari emas lalu mereka meninggalkan Villa tersebut.
Bulan yang cerah di atas langit pun perlahan-lahan menghilang digantikan matahari yang muncul menampakkan keindahannya.
Tapi keadaan di villa tak seindah cahaya matahari yang masih terbungkus embun pagi.
Anggun yang terbaring di lantai dingin pun mengedipkan matanya kalah ia mencium bau amis darah yang menyengat di dekatnya.
Segera Anggun melihat ke arah sumber bau amis itu dan mendapati Harni sudah kaku dengan tubuh membiru di lantai.
Anggun langsung teringat kejadian kemarin malam, itu bukan mimpi!
Dia tertembak, tapi bagaimana bisa,,, Anggun cepat-cepat meraba dadanya yang tertembak dan mendapati kalung peninggalan Ibu Anggun yang ia kenakan menghalau peluru yang hampir saja membunuhnya.
Sungguh beruntung!
"Sial! Harni yang memberikan ini padaku kemarin siang, tapi,,," Anggun menghentikan kata-katanya dan menatap Harni yang bernasib tragis di dekatnya.
Dengan segera, Anggun berdiri meraih telepon yang ada di meja dan dengan cepat menghubungi kepolisian.
Kurang dari 30 menit, mobil ambulans beserta para polisi telah tiba di Villa dan segera membereskan kekacauan yang ada di sana.
Anggun bersama sopirnya pun dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan karena pria itu sama sekali tak tersentuh oleh penjahat sebab tidur di belakang villa.
Sementara di tempat lain, Agatha dan putrinya yang sudah tersenyum di balkon lantai 2 rumah mereka menikmati teh kini mendapat panggilan telepon yang berasal dari kantor polisi.
"Ck,, polisi sudah menelpon, sepertinya perempuan itu sudah ditemukan tewas di villanya. Cepat juga mereka ditemukan," komentar Agatha mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Apa ini dengan Nyonya Baraya?" Sebuah suara dari seberang telepon.
"Ya, saya sendiri," jawab Agatha sambil tersenyum ke arah putrinya yang juga ikut tersenyum.
'Rasain kamu Anggun, kau sudah membuatku dipermalukan di hadapan semua teman-temanku dan membuat perempuan-perempuan bodoh itu menjauhi ku, sekarang kaulah yang dikirim ke alam baka, nikmati hidupmu di neraka yang panas itu!' ucap Berlin dalam hati sambil tersenyum mengejek, kembali menyeruput tehnya dengan penuh kemenangan.
Selamat tinggal Anggun!
Tetapi di seberang Berlin, Agatha yang mendapat panggilan telepon mengerutkan keningnya saat dari seberang telepon polisi berkata, "Putri anda, Anggun Baraya sedang berada di kantor polisi, Villa yang ia tempati kemarin malam diserang oleh dua orang misterius yang menewaskan asisten rumah tangga di villa itu, saat ini kam--"
"Lalu bagaimana dengan putriku? Dia baik-baik saja?" Tanya Agatha berpura-pura cemas.
"Nona Anggun baik-baik saja, saat ini sedang dimintai keterangan, silakan datang ke kantor polisi untuk menjemputnya, dia membutuhkan pendampingan dari keluarga," kata polisi dari seberang telepon membuat tubuh Agatha mematung.
Perempuan sialan itu masih hidup?!
Kok bisa?!
### Jangan lupa kepoin novel otor yang lain ya... otor merekomendasikan novel tamat untuk menemani hari-hari kalian....