kisah nyata seorang anak baik hati yang dipaksa menjalani hidup diluar keinginannya, hingga merubah nya menjadi anak yang introvert dengan beribu luka hati bahkan dendam yang hanya bisa dia simpan dan rasakan sendirian...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widhi Labonee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilabrak
Pagi itu kembali Tiwi berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Sepedanya memang sudah dibelikan ban baru, tapi dia memang lagi pingin jalan kaki. Seperti biasanya gadis remaja itu akan melewati jalan raya, dengan langkah pasti dia melangkah, sesekali dia tersenyum kepada siapapun yang mengenalinya. Tiba-tiba sebuah motor berhenti di sebelahnya. Cowok itu, Rudy Hartono, tersenyum manis sekali,
“Pagi Dek, ayo baiklah, aku antar ke sekolahmu.”
Tiwi pun tanpa banyak bicara segera naik ke boncengan. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan kejadian itu dengan hati dipenuhi rasa amarah.
Setelah sampai di gerbang sekolah Tiwi pun turun. Dia membuka tas nya, mencari buku yang dia selipkan sepucuk surat warna biru muda. Setelah ketemu dengan segera dia berikan kepada cowok yang memang menunggunya ini.
“Makasih Dek. Oiya, kamu ujian minggu depan ini kan?”
Tiwi mengangguk, dia mencoba tersenyum.
“Belajar yang rajin ya… semoga kamu dapat mengerjakan ujian dengan lancar. Aku mau pulang ke kampung dulu Dek, sambil menunggu pengumuman kelulusan. Nanti setelah kamu selesai ujian, kita jumpa lagi ya… Hati-hati dan tetap semangat..aku sayang kamu Dek…” Kata-kata Rudy mampu membuat Tiwi terkesima.
Dan sebelum cowok itu melakukan motornya kembali, Tiwi pun memegang tangannya,
“Kamu hati-hati ya Mas.. Aku..aku juga sayang kamu…”
Rudy mengambil tangan Tiwi yang memegang lengannya itu kemudian mengecupnya.
Seketika dunia seperti berhenti, Tiwi hanya bisa berdiri termangu melihat Rudy yang sudah menjauh darinya itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
Bugh! Sebuah tepukan keras di bahunya menyadarkan Tiwi dari lamunan.
“Masih pagi udah melamun! Nanti kemasukan tetangga sebelah lho Wi!” Anita berkata sembari merangkulnya masuk kehalaman sekolah.
“Kamu lagi lihat apa sih kok sampai melamun di pinggir jalan gitu?” Tanya Anita ingin tau.
“Eh, itu.. Masku yang antar aku tadi loh..” jawab Tiwi beralasan.
“Mas Adi kah? Haduuuuhh.. Titip salam doongg.. Aku juga mau jadi iparmu Wi, ya..yaa..?” Ujar teman sebangkunya ini konyol.
“Hahahhaha.. Ngawurr kamu Nit!”
Kedua gadis remaja itu pun masuk kedalam kelas sembari tertawa-tawa.
—--------------
Tak terasa hari berganti dengan cepatnya, pagi ini adalah hari pertama Tiwi melaksanakan Ujian akhir sekolah. Ismawan menyuruh Adi untuk mengantar dan menjemput adiknya itu selama ujian berlangsung. Toh Adi sudah tidak ada aktivitas di sekolah hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja.
Dengan penuh semangat, Tiwi pun berangkat ke sekolah, apalagi kedua orangtuanya berubah baik dan mendukung serta menyemangatinya mengerjakan ujian dengan baik.
Sampai hari terakhir ujian, saat Tiwi sedang berjalan pulang menyusuri tepian jalan raya seperti biasanya, karena Adi terlambat menjemput rupanya. Tiba-tiba ada sebuah sepeda yang berhenti menghadang langkahnya. Tampak dia orang gadis berseragam SMA yang dia tahu adalah anak dari tetangganya yang memiliki kost dan Rudy merupakan salah satu yang tinggal disana.
“Heh! Kamu yang namanya Tiwi kan? Anak pungut Bulik Riyanti! Kamu jangan sok cantik ya!” Ujar salah satunya yang bernama Iis itu. Sedang yang satu lagi bernama Sylvi, adalah keponakannya.
Tiwi mundur selangkah. Dia heran, ada angin apa tiba-tiba mereka menghadang dan memakinya?
“Apa maksud perkataanmu itu Mbak? Aku nggak merasa sok cantik kok..” Jawab Tiwi, tangannya memelintir ujung jilbab warna putih miliknya.
“Ya emang kamu sok cantik, makanya jadi penggoda dan perebut pacar orang!” Sylvi berkata sembari menuding wajah Tiwi.
Hah? Aku perebut pacar orang? Siapa? Tiwi yang merasa tidak melakukan apa yang dituduhkan pun menjadi semakin bingung.
“ Aku merebut pacar orang? Nggak salah kamu mbak? Bahkan aku loh nggak punya pacar. Lah ngapain aku merebut pacar orang?” sanggah Tiwi dengan keras.
“Heleh, pakai ngeles lagi! Nggak ibu nggak anak sama saja! Suka merusak rumah tangga orang lain! Juh!” Iis meludah di hadapan Tiwi.
Gadis itu kaget setengah mati, apa sih sebenarnya maksud dia orang perempuan berseragam SMA ini? Tiba-tiba datang melabraknya dengan tuduhan yang nggak jelas. Malah membawa nama ibunya lagi. Tentu saja Tiwi marah. Biar bagaimanapun Riyanti adalah orang yang berjasa membesarkan nya, jangan sampai ada satu orangpun yang boleh menghinanya.
“Heh! Yang benar kalau bicara ya! Jangan bawa nama ibu ku! Ibu ku tidak sehina yang kau tuduhkan!!” Ucap Tiwi murka.
“Lah..menolak kenyataan lagi… semua orang tau jika ibumu dulu adalah istri siri alias simpanan pak Mayor Jendral yang tentunya sudah punya istri dah dan anak itu. Lalu sekarang? Malah menikah dengan suami orang lagi. Kan? Apa nama nya kalau bukan perusak rumah tangga orang lain? Sekarang kamu mau ikutan jejak ibumu itu kan?” tanya Iis dengan nada suara mengejek pada Tiwi.
“Mbak, dari tadi mulut jahatmu itu selalu menuduhku merebut pacar orang. Memangnya pacar siapa yang aku rebut hah? Jangan asal menuduh kamu ya! Jatuhnya fitnah, dosa!!” Jawab Tiwi masih dengan nada marah.
Dia tidak Terima dihina, dicaci, dimaki, dituduh, difitnah seenak mulut dua orang ini.
“Ya pacarku lah.. Siapa lagi?”Jawab Iis jumawa.
“Hah? Pacarmu? Siapa? Kapan aku merebutnya? Kenal aja aku nggak sama pacarmu mbak!”
“Nggak kenal? Trus ngapain kamu mau diboncengin dia tiap berangkat sekolah? Pas pulang tarawih selalu jalan berdampingan? Dan yang lebih parah, kalian main surat-suratan di belakangku!” Ucap Iis dengan berkacak pinggang dan marah pada Tiwi.
Gadis berjilbab putih itu kaget setengah mati, ja..jadi selama ini dia di bohongi? Jadi mas Rudy itu pacar Iis? Kalau memang sudah punya pacar kok malah nembak dirinya? Siapakah yang harus dia percaya? Iis ataukah Rudy?
“Hm, sudah ingat sekarang kan?
Ya.. Rudy Hartono. Itu adalah pacarku. Kost dirumah kakakku, dan kami sudah janjian dari setahun lalu. Kemudian tiba-tiba kamu hadir dan merebut semua perhatian dia padaku. Kamu jahat Wi! Jahat banget! Aku benci kamu!” Iis mendorong baju Tiwi dengan kasar, membuat gadis berjilbab putih itu hampir jatuh terjengkang ke tanah.
Beruntung ada Adi yang datang menopang tubuh kurus adiknya itu.
“Ada apa ini? Kenapa kamu mendorong adikku Is?” tanya Adi pada Iis.
Perempuan berseragam SMA itu kaget melihat kedatangan Adi, kakak dari Tiwi yang berwajah ganteng mirip Ismawan itu. Wajahnya langsung berubah total, dia langsung memasang muka manis dan mencoba tersenyum pada kakak dari Tiwi itu.
“Eh, nggak ada apa-apa kok mas Adi… ini tadi cuma gurauan kami saja kok, ya kan Wi..” Ujar Iis dengan lemah lembut pada Tiwi.
Tiwi yang merasa heran dengan perubahan yang cukup signifikan itu pun segera menyadari ada yang tidak beres dengan Iis itu.
“Nggak Mas, tadi mbak Iis marah padaku, menuduhku merebut pacarnya, padahal aku tidak pernah melakukan itu. Dan aku juga tidak punya pacar,” jawab Tiwi tegas.
Iis segera melotot tajam kearah Tiwi, yang membuat adik Adi itu bertanya lebih heran lagi, orang itu kenapa sih? Sebentar marah sebentar baik eh, sekarang ngamuk lagi.. Gejala g*la mungkin…
“Eh, engg..enggak mas Adi.. Tiwi salah paham rupanya. Tadi kami hanya bertanya saja padanya, apakah benar kabar yang tersiar di kampung jika Tiwi pacaran dengan salah satu anak kost di rumah Sylvi ini, yang kebetulan adalah pacar Sylvi, daripada menimbulkan fitnah, kami pun bertanya langsung pada adikmu ini Mas… ya kan Sylvi?” Iis memberi kode mengedipkan matanya pada keponakannya itu.
“I-iya, Mas. Betul yang disampaikan mbak Is itu,” Jawab Sylvi seraya menunduk.
Adi menghela nafas panjang. Lalu berkata pada adiknya,
“Cepat kamu minta maaf pada mereka, dan kita cepat pulang, sudah ditunggu Bapak dari tadi.”
Tiwi menatap kakaknya dengan dahi berkerut. Untuk apa harus dia yang minta maaf? Seharusnya ya dua perempuan di depan mereka ini yang meminta maaf padanya. Karena sudah menuduhnya yang tidak-tidak bahkan sudah menghina ibunya tadi.
“Tidak! Aku tidak.mau minta maaf pada mereka. Aku tidak bersalah. Aku tidak merebut pacar siapapun. Bahkan kalian yang seharusnya minta maaf padaku karena sudah menghina ibuku! Sudah Mas, kalau kamu malah mau membela mereka silahkan. Aku mau pulang sendiri!” Tanpa menghiraukan apapun lagi Tiwi langsung berjalan menjauh dari tempat itu meninggalkan ketiga orang itu.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara motor mendekat, dan Adi pun berteriak,” Naik!”
Maka Tiwi pun segera naik ke boncengan dan mereka pun pulang.
—----------
Sesampainya dirumah, Tiwi melihat sang Ibu yang sudah berganti pakaian bagus dan duduk diruang keluarga sepertinya sedang menunggunya.
“Cepat ganti baju Wi, kita akan pergi ke rumah Nenekmu di Ponorogo, bawa beberapa baju, mungkin kita menginap beberapa hari disana,” titah sang ibu yang langsung membuat mood Tiwi anjlok.
Dia paling malas dan benci jika diajak ke tanah kelahiran Ismawan itu. Karena orang sana selalu mengatainya mirip Lina, anak Rosalina yang dititipkan di Malang, atau anak penyebab renggangnya hubungan Ismawan dan istri di kota M. Belum lagi anak-anak paman dan bibinya yang suka meminta baju atau apapun yang dia bawa dari rumah. Dengan dalih, Tiwi itu anak orang kaya dari kota, jadi harus rajin berbagi apapun yang dia punya. Nanti kan bisa minta lagi pada ibunya. Duh, sumpah Tiwi kesel banget. Tapi siapa yang bisa mendengar keluhannya selain bu Mirah? Itu pun hanya bisa menyuruhnya untuk sabar…
Maka dengan berat hati, Tiwi pun menuruti apa perintah sang ibu, dan beberapa saat kemudian dia sudah naik ke mobil Jeep, bersama Adi, ibu dan bapaknya serta pak Sopir, berangkat ke Ponorogo. Sebuah perjalanan yang paling Tiwi benci, dia lebih rela ditinggal di rumah berdua dengan bu Mirah, daripada diajak tapi menderita disana nanti. Huft… sementara hatinya sedang tidak baik-baik saja. Peristiwa dilabrak Iis dan Sylvi tadi masih begitu membekas di hatinya. Bercampur dengan rasa kecewa nya karena dia merasa.telah ditipu oleh cowok yang perlahan mulai mengisi relung hatinya itu.
***********
Akankah Rudy menjelaskan apa yang sebenarnya pada Tiwi?
Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya pada gadis muda itu?