Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.
Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.
Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 — Pelatihan yang Terlalu Dekat
Setelah pengakuan tentang kepekaan Rubah di Bab 12, Ryuko memutuskan bahwa mereka tidak bisa lagi membuang waktu dengan resonansi Qi jarak jauh. Teknik Meditasi Naga-Rubah, jika ingin dikuasai sebelum Purnama berikutnya, menuntut sinkronisasi total, yang berarti, kontak kulit yang lebih lama dan lebih dalam.
Di sore hari, saat kabut mulai tebal menyelimuti puncak Sekte Naga Hitam, Ryuko menyiapkan ruang meditasi mereka. Ia menyalakan dupa spiritual yang konon memiliki efek menenangkan pikiran, tetapi Lian Yue tahu itu tidak akan banyak membantu.
“Langkah kedua,” kata Ryuko, berdiri di hadapan Lian Yue. Ia hanya mengenakan celana latihan hitam yang longgar. Otot lengannya, bahu, dan dadanya yang keras terlihat jelas, memancarkan aura maskulin yang dingin.
Ryuko menatap Lian Yue, matanya tenang, tetapi Lian Yue merasakan Qi Naga yang bergejolak di balik kontrol dirinya. “Teknik ini memerlukan penyaluran Qi dari pusat Yin ke pusat Yang secara terus-menerus, melalui titik akupuntur utama. Ini adalah ritual penyatuan energi yang paling murni, tetapi tanpa sentuhan langsung, Qi Yin-mu akan memakan dirinya sendiri.”
Lian Yue mengangguk, jantungnya berdebar. Ia juga hanya mengenakan jubah latihan paling tipis, kulitnya terasa sangat rentan.
“Kita akan mulai dengan kontak di punggung,” perintah Ryuko. “Pusat Qi utama ada di tulang ekor dan tulang belakang. Qi-ku akan mengikuti tulang punggungmu. Jangan bergerak. Jangan berpikir. Biarkan Qi Rubahmu yang memimpin.”
Lian Yue berbalik, punggungnya menghadap Ryuko. Ia mencoba menenangkan napasnya. Rasa takutnya tidak lagi pada kematian, tetapi pada keintiman yang akan datang.
Ryuko melangkah mendekat. Lian Yue bisa merasakan panas yang luar biasa dari tubuh Ryuko sebelum sentuhan itu terjadi.
Srett.
Ryuko menyingkap jubah Lian Yue, mengekspos kulit punggung gadis itu dari tengkuk hingga tulang ekor. Lian Yue menahan napas. Rasa dingin dari udara lembap gunung menyentuh kulitnya, diikuti oleh kehangatan yang mencekam saat jari-jari Ryuko akhirnya menyentuh tulang punggungnya.
Ryuko meletakkan telapak tangannya tepat di tengah punggung Lian Yue—pusat utama fusi Qi. Telapak tangannya panas, kuat, dan terasa seperti besi cair yang menempel di kulit porselen Lian Yue.
Gemetar.
Tubuh Lian Yue langsung merespons. Bukan gemetar karena dingin, tetapi karena gelombang listrik yang menjalar, langsung menuju inti spiritualnya.
“Fokus, Lian Yue. Tarik napas,” perintah Ryuko, suaranya kini terdengar berat, seolah sedang menahan beban yang luar biasa.
Ryuko mulai menyalurkan Qi-nya. Qi Naga Hitam itu, yang kini mengalir melalui telapak tangan yang bersentuhan dengan kulit Lian Yue, terasa jauh lebih kuat dan lebih intim daripada sekadar genggaman tangan. Qi itu tidak hanya menstabilkan; ia menjelajahi, menyentuh setiap meridian Lian Yue.
Lian Yue menggigit bibirnya untuk menahan erangan. Rasa sakit dan kenikmatan menyatu. Ia merasa seperti tanah kering yang akhirnya disirami air suci. Qi Yin-nya yang liar langsung merangkul Qi Yang Ryuko dengan rasa haus yang brutal.
Tuan. Tuan. Tuan. Yueyin menjerit kegirangan dalam benaknya.
“Lepaskan semua ketegangan. Jangan menahanku,” Ryuko berbisik di dekat telinga Lian Yue. Napas panas Ryuko menerpa tengkuk Lian Yue, dan Lian Yue merasa merinding.
“Aku—aku tidak bisa fokus,” Lian Yue mengaku, suaranya bergetar.
“Kau harus,” balas Ryuko, suaranya kental dengan emosi yang tertahan. “Jika kau goyah, Qi-mu akan menyambar Qi-ku, dan kita tidak akan bisa berhenti lagi.”
Ryuko memindahkan tangannya, jari-jarinya perlahan naik di sepanjang tulang punggung Lian Yue, menyentuh titik-titik Qi yang sensitif. Setiap sentuhan itu membuat Lian Yue terasa seperti ditarik ke dalam spiral gairah spiritual.
Saat tangan Ryuko mencapai leher belakang Lian Yue, tempat Tanda Ikatan mulai menyala halus, Ryuko berhenti sejenak, mengencangkan cengkeramannya.
“Di sini,” bisik Ryuko, suaranya kini mengandung nada yang lebih gelap. “Inilah pusat takdirmu. Aku harus mengisi ini sepenuhnya.”
Ia menyalurkan ledakan Qi Naga ke titik itu. Lian Yue merasakan Tanda Ikatan di lehernya memanas, dan ia tersentak, punggungnya melengkung secara naluriah. Ia tanpa sadar bersandar ke belakang, mencari sentuhan Ryuko.
Ryuko menggeram pelan. Ia menyadari bahayanya. Sentuhan ini bukan hanya menstabilkan Qi, tetapi juga memicu naluri dasar yang ia coba tahan.
Ryuko memutar Lian Yue agar mereka menghadap ke depan lagi. Wajah Ryuko memerah, matanya emas berkilat. Keringat membasahi dahinya, bukan dari usaha fisik, tetapi dari perjuangan mental.
“Cukup untuk hari ini,” kata Ryuko, napasnya berat. Ia menarik tangannya dari Lian Yue.
Lian Yue tersentak karena kehilangan kontak, rasa dingin langsung menyergap tempat yang disentuh Ryuko.
“Tidak… tolong,” bisik Lian Yue, kata-kata itu keluar dari naluri Rubahnya. “Qi-ku… dia tidak mau lepas.”
“Jangan memancingku, Lian Yue,” Ryuko mendesis, suaranya tajam dan dipenuhi amarah terpendam. “Kita hampir melanggar batas lagi.”
Ia menenangkan dirinya, kemudian duduk bersila. Lian Yue segera menutup jubahnya, merasa malu dengan naluri Rubahnya yang memberontak.
“Kau harus belajar melawan hasrat Spirit Beast-mu,” jelas Ryuko, matanya kini menatap jauh ke dinding batu. “Jika Qi Rubahmu terlalu cepat menanggapi, Ikatan akan sempurna tanpa persetujuan mentalmu. Dan kau akan kehilangan dirimu.”
Lian Yue menatap Ryuko. “Lalu bagaimana denganmu? Qi Naga-mu… aku bisa merasakannya. Dia juga tidak ingin melepaskan.”
Ryuko terdiam. Ia menundukkan kepalanya, menghela napas.
“Qi Nagaku adalah penjara bagiku,” Ryuko akhirnya mengakui dengan suara serak. “Ia adalah api dan insting. Ia mengenali Qi Rubahmu sebagai keharusan, sebagai bagian yang hilang. Semakin lama kita bersentuhan, semakin aku sadar…”
Ryuko menoleh, menatap Lian Yue dengan tatapan yang intens.
“Aku tidak bisa menghindarimu lagi. Setiap sentuhan ini membuktikan bahwa Tanda Ikatan di tanganku, di lehermu, adalah benar. Kau adalah takdirku, dan aku—aku menginginkannya, Lian Yue. Bukan hanya untuk stabilitas Qi, tetapi juga… untuk hasrat Nagaku sendiri.”
Pengakuan itu menghantam Lian Yue seperti sambaran petir. Ia selalu mengira Ryuko hanya menjalankan tugas, menahan diri. Namun, ternyata Ryuko juga terjebak dalam hasrat yang sama ganasnya.
“Lalu kenapa kau berhenti?” tanya Lian Yue, suaranya lirih.
Ryuko menutup matanya sejenak. “Karena aku adalah Naga Hitam, bukan binatang buas yang didominasi oleh insting. Ritual Ikatan Tubuh akan kita lakukan, tetapi itu akan terjadi ketika kau siap, ketika kita berdua siap, dan ketika itu akan memberikan kekuatan, bukan kehancuran.”
Lian Yue terdiam. Ketulusan dalam pengakuan Ryuko, rasa sakit yang ia dengar dalam suara Ryuko, membuat dinding penolakan Lian Yue mulai runtuh.
Ryuko kemudian berdiri, menyadari betapa panasnya ruangan itu meskipun udara di luar dingin.
“Kita lanjutkan besok. Besok, kita harus beralih ke kontak perut dan paha. Itu akan menjadi yang paling sulit,” Ryuko memperingatkan.
“Kenapa?” tanya Lian Yue, gemetar.
Ryuko menatap Lian Yue, matanya menyala. “Karena itu adalah pusat dari energi Yin dan Yang. Jika kita berhasil menyelaraskan Qi di sana tanpa tergelincir, kita akan menguasai Teknik Meditasi Naga-Rubah. Jika kita gagal… Ritual Ikatan Tubuh akan terjadi sepenuhnya. Bersiaplah.”
Ryuko mengambil jubah latihannya, tetapi tidak memakainya. Ia berjalan ke jendela batu yang terbuka, membiarkan udara dingin gunung menerpa tubuhnya, mencoba mendinginkan amukan Naga di dalam dirinya.
Lian Yue menatap punggung telanjang Ryuko, otot-ototnya yang tegang. Ia menyadari Ryuko adalah pria yang menahan badai dahsyat—demi dirinya.
Di luar Paviliun, di balik pohon pinus, Feng Ruyin kembali mengintai. Ia berhasil mendengar suara-suara lirih, melihat kilatan Qi perak dan emas, dan ia melihat betapa dekatnya mereka. Kecemburuannya kini menjadi rencana yang dingin dan mematikan.
Mereka semakin dekat. Aku harus bertindak sebelum mereka menjadi satu.
Ruyin berbalik, wajahnya tanpa emosi. Rencananya untuk mengusir Lian Yue kini berubah menjadi rencana untuk membuat Lian Yue tampak berbahaya dan tidak stabil di mata seluruh Sekte—sehingga para Tetua akan memaksa Ryuko untuk membunuhnya atau mengusirnya, melepaskan Ryuko dari Tanda Takdir.
Ia tersenyum tipis. Waktunya untuk melibatkan Shen Zhaoling. Mereka akan menggunakan insiden kolam roh sebagai panggung berikutnya.