Revan Santiago adalah seorang pemuda biasa yang telah menjadi menantu mitralokal di keluarga Barnes. saat ini, dia sedang berjuang untuk mencari biaya untuk pengobatan ibunya dirumah sakit. ketika dia meminta bantuan kepada temannya, Revan bukan hanya tidak mendapatkan pinjaman namun, dia malah di pukuli hingga sekarat. dalam kondisi sekarat dia tiba-tiba mendapat warisan, "Selamat datang pewaris Dewa semesta!" tiba-tiba Revan mendengar suara seorang pria tua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hancurkan Mobil Itu
Dia menatap Nadine dengan tatapan dingin. kemudian pergi kekamar tidur, mengabaikan Nadine yang masih mengoceh.
"Kamu berani menatapku seperti itu?" Nadine sangat marah. Dia kemudian melompat dan langsung mencengkram kerah baju Revan dan Berteriak.
"Lepaskan aku!" bentak Revan.
"Dasar tidak berguna! Beraninya kau berbicara seperti itu padaku?" Nadine berteriak marah. Orang tidak berguna ini sudah berani membentaknya. Dia sudah numpang makan dan tinggal di rumahku, berani-beraninya dia tidak menghormatiku?
Nadine kemudian meregangkan tangannya dan kuku jarinya menggores leher Revan hingga mengeluarkan darah akibat terkena cakar Nadine.
"Lepaskan!"
Revan sangat marah lalu memancarkan aura mengintimidasi membuat Nadine segera melepaskan cengkraman dan mundur beberapa langkah. Aura Revan barusan membuatnya ketakutan.
Dia kemudian berjalan ke kamar milik Laura lalu dengan lembut membaringkan wanita itu diatas tempat tidurnya
Ketika dia keluar, Nadine kembali mencengkram kerah bajunya.
Dia bertanya-tanya sejak kapan sampah ini memiliki aura yang begitu mengintimidasi.
Ketika sadar bahwa Revan telah memarahinya, dia semakin marah.
"Orang tidak berguna ini benar-benar sudah melewati batas!" gumamnya dalam hati.
memikirkan hal itu, Nadine berteriak marah sambil mencengkram kerah baju Revan, "Dari mana kamu memperoleh keberanian untuk berbicara lancang padaku, hah? kamu benar-benar dalam masalah!" Nadine mencoba untuk mencakar leher Revan lagi, Namun dengan lembut Revan mendorong wanita itu Karan dia adalah ibu Laura.
Karena mendapat perlakuan seperti itu, Nadine menangis sejadi-jadinya. "Nah, betapa hebatnya ini! sampah ini telah memukul ibu mertuanya. Aku tidak bisa hidup di dunia ini lagi!"
"Bukankah kamu terus menyangkal bahwa aku bukan menantumu?" Revan menatap wanita itu dan kata dengan suara dingin.
Mendengar itu, Nadine seketika berhenti menangis. Awalnya dia ingin menangis keras agar Laura bangun dan memfitnah Revan bahwa dia telah di pukuli.
Namun karena mendengar perkataan Revan barusan, dia langsung berhenti menangis dan meludahi pria itu dan berkata, "Aku tidak pernah menerimamu sebagai menantuku. Kamu pikir kamu siapa? Kamu sama sekali tidak layak untuk putriku. Lihatlah dirimu di cermin."
"Hanya pemuda seperti Martin yang pantas menikahi putriku!"
"Kamu pasti belum tahu, bukan? Martin sekarang adalah tamu kehormatan Herry Samos. dengan satu hentakan kakinya, seluruh kota Renville akan gemetar. Ada kesenjangan yang besar antara kamu dan Martin!"
"Benarkah?" Revan mencibir.
Melihat ekspresi Revan yang seperti itu membuat Nadine semakin marah. "Dasar tidak berguna. kamu tidak akan pernah sukses dalam hidupmu. apa kamu tahu apa yang Nyonya Besar katakan setelah kamu pergi?"
"Apa?" tanya Revan penasaran.
"Dia ingin kamu menceraikan Laura. jika kamu menolak, dia memiliki seribu cara untuk berurusan denganmu. Aku menyarankan, kamu pergilah ke biro bersama Laura untuk mengurus surat perceraian besok."
"Aku bersedia untuk bercerai!" kata Revan dengan nada datar.
Nadine tercengang. Dia tidak pernah berpikir bahwa pria tidak berguna ini akan setuju begitu saja.
"Apa yang kamu inginkan sebagai gantinya? dengar, jangan pernah berpikir untuk mendapat sepeserpun dari kami!"
"Tidak ada yang saya inginkan. Aku juga tidak menginginkan uang!"
"Tapi, aku butuh persetujuan Laura. Jika dia tidak setuju, tidak ada yang bisa memaksaku untuk bercerai." kata Revan.
Nadine tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Laura sudah lama ingin bercerai darimu. Kamu pikir kamu siapa?"
"Itu bukan keputusanmu. Biarkan Laura yang memutuskannya!" setelah berkata seperti itu, Revan melangkah keluar Tanpa memberi kesempatan Nadine untuk berbicara.
"Kau ..." sebelum Nadine melanjutkan kata-katanya, Revan sudah menjauh. Wanita itu sangat kesal karena Revan sudah berani bersikap lancang padanya.
Setelah meninggalkan kediaman Laura, Revan mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Ronny.
Tak berselang lama, sebuah Toyota putih berhenti di depan Revan.
"Kita akan kemana?" tanya Ronny.
'Bar King!"
Bar King adalah tempat berkumpulnya orang-orang terkenal. tempat itu sering di kunjungi oleh mereka yang sudah kaya sejak lahir di kota Renville.
Sepuluh menit kemudian mereka pun sampai di Bar King.
Area parkir bar tersebut di penuhi oleh mobil-mobil mewah. Namun yang menarik perhatian semua adalah mobil Toyota putih milik Ronny.
Setelah memarkirkan mobil, keduanya berjalan menuju Bar.
Di pintu masuk Bar, dua penjaga. Berbaju hitam berdiri dengan tangan di punggung mereka.
Saat Revan dan Ronny hendak masuk, mereka di hentikan oleh sebuah suara, "Hei, apa yang kalian lakukan disini?"
Itu adalah suara dari resepsionis wanita dengan pakaian seksi. Dia tampak muda dan cantik dengan pakaian ketat memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna.
"Apa kamu sedang berbicara dengan kami?" Tanya Revan sambil berbalik dan menatap gadis itu.
"Tentu saja kalian! apa yang kalian lakukan disini?" gadis itu menatap Revan dari atas sampai kebawa. Ketika melihat Revan dan Ronny hanya mengenakan pakaian biasa, ekspresi menghina tampak jelas dari wanita itu.
"Apa lagi yang bisa aku lakukan disini?" kata Revan sambil mengangkat bahunya.
Melihat sikap Revan yang cuek dan acuh tak acuh, Wanita itu langsung berseru, "Kalian tidak pantas untuk datang ketempat seperti ini. silahkan pergi. Kalian tidak di terima disini!" wanita itu mengusir keduanya, "Apa kalian tahu tempat apa ini? Ini bukan tempat yang bisa kalian kunjungi!"
"Beri kami alasan yang jelas, mengapa kamu tidak boleh datang kesini? Bukan kah ini bar, tempat untuk orang minum dan bersenang-senang?" kata Revan.
Resepsionis itu terkekeh dan berkata, "Apa kalian tahu berapa harga sebotol minuman disini? Kalau kalian punya uang, setidaknya gunakan uang kalian untuk membeli pakaian yang layak. Dengar, keberadaan kalian di sini akan merusak reputasi Bar King. Dan jelas akan sangat berpengaruh untuk kegiatan bisnis kami!" kata wanita itu dengan ekspresi menghina.
"Kau ..." Ronny sangat kesal.
"Kenapa? apa aku mengatakan hal yang salah?" wanita itu berkata, "Ini bukan tempat bagi orang miskin seperti kalian untuk datangi. Kalian lebih layak mengunjungi tempat pinggir jalan!"
"Panggil manager mu untuk menemui aku. pelanggan seharusnya menjadi raja. Aku ingin bertanya, apa ini cara Bar King menyambut tamunya?" kata Revan sambil menatap resepsionis itu.
"Kamu itu lucu. Kamu menganggap dirimu raja?" resepsionis itu berkata sambil tertawa terbahak-bahak. "Segera pergi dari sini. Atau aku akan meminta petugas keamanan untuk menyeret kalian keluar dari sini!"
beberapa saat kemudian.
Tiba-tiba saja, seseorang berteriak dari Area parkir, "Sial! siapa pemilik mobil ini? mengapa dia memarkirkan mobilnya di tempatku?"
Seorang pria berambut merah, memakai anting dengan dua orang wanita di pelukannya berteriak marah.
Melihat kedatangan pria berambut merah itu, wajah sang resepsionis langsung berbinar. Dia kemudian menunjuk Refan dan berkata, "Tuan Muda Kano, senang bisa melihatmu, pemilik mobil itu adalah pria ini!"
Pemuda berambut merah itu menoleh kearah yang di tunjuk wanita itu lalu berjalan menghampiri Revan, "Apa itu mobilmu?"
"Benar!" jawab Revan sambil mengangguk.
"Apa kamu tahu, kamu sudah parkir di tempatku?" tanya pria itu dengan ekspresi merendahkan.
"Itu adalah parkir yang di siapkan oleh Bar King, siapa cepat dia dapat. Apa kamu tidak tahu itu?" tanya Revan tenang sambil menatap pria berambut merah itu.
Mendengar itu pria berambut merah itu menjadi marah, "Apa kamu tahu siapa aku? Kamu berani berbicara seperti itu padaku?" pria berambut merah itu melambaikan tangannya kepada beberapa pengawal yang ada di belakangnya dan berkata, "Hancurkan mobil Toyota putih itu!"
"Baik Tuan!"
Beberapa pengawal segera mengambil batang besi dari mobil dan menghancurkan mobil Toyota putih itu.
"Mobilku!" Ronny berteriak dengan panik. Mobil itu adalah pemberian istrinya. Jika dihancurkan, istrinya akan benar-benar marah.
"Aku akan membayar ganti ruginya!" kata pria berambut merah itu dengan arogan. Dia kemudian melempar sebuah kartu kepada Ronny, "Di dalamnya ada satu juta Dollar. Seharusnya bisa membeli dua mobil seperti milikmu, bukan? Aku tidak ingin berurusan dengan orang miskin seperti kalian. enyahlah dari hadapanku!"
"Kamu tidak akan mampu untuk membayarnya!" kata Revan dengan suara dingin sambil menatap tajam kearah pria berambut merah itu.
"Apa yang kamu katakan barusan? Aku tidak mendengarnya!" pria berambut merah itu mengira dia salah dengar. "Kamu mengatakan, saya tidak akan sanggup untuk membayarnya?" pemuda berambut merah itu tertawa terbahak-bahak.
Sambil melirik kedua wanita dalam pelukannya pria itu berkata, "Dia mengatakan bahwa, aku tidak mampu membayar ganti rugi mobil rongsokan itu?"
"Kamu tidak akan mampu membayar apapun yang merupakan milikku!" kata Revan sambil menatap tajam pada pria Berambut merah itu.
...****************...