Aksa yang selalu saja merasakan sakit hati kala jatuh cinta, kini ia harus merasakan sakit hati lagi kala sang kekasih memilih pergi kala pernikahan akan berlangsung besok.
Mau tidak mau demi menjaga martabat keluarga dan Perusahaan, Aksa harus menikahi Adik Iparnya, Yara.
Apakah yang terjadi dengan pernikahan serba terpaksa mereka?
jangan lupa follow, vote, dan like yaa 🤩
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 (Revisi)
•
•
•
Aksa sedang menyiapkan untuk acara pernikahan.Semua sudah disusun secara rapi, tinggal menunggu hari esok saja.
“Semua sudah beres Tuan Muda, semoga semua berjalan dengan lancar.” Ucap Arzan sembari tersenyum kepada Aksa yang berdiri menatap ballroom pelaminan.
Membayangkan melewati para tamu bersama Hera, sang kekasih. Sudah membuat Aksa tersenyum simpul, ia tidak menyangka akan diposisi ini.
“Kenapa Hera belum sampai juga?” Tanya Aksa kepada Arzan, sudah melewati batas janji, itu sebabnya Aksa sedikit khawatir.
Arzan tidak tahu mengapa Hera belum sampai juga. “Mungkin Nona Hera terjebak macet, Tuan. Wajar saja, jam segini memang lagi sibuk nya.” Ucap Arzan untuk menenangkan Tuan nya.
Aksa mengangguk saja, ia memerhatikan para pekerja yang sedang menyiapkan sisa acara resepsi. Senyuman diwajahnya tiada henti terukir, Aksa bahagia kali saat ini.
Aksa terkejut kala melihat seorang gadis sedang melamun menatap nanar ballroom pelaminan. Gadis yang cukup tidak asing dimata nya, ia ingat siapa gadis itu. Ya, gadis itu adalah Yara adik tiri dari Hera.
"Kau lihat gadis itu?" Tanya Aksa kepada Arzan yang seperti nya tidak melihat Yara.
Arzan langsung melihat arah tangan Aksa menunjuk, ia juga sama terkejut nya kala melihat Yara yang berdiri tegak menatap ballroom pelaminan.
"Tanya saja pada calon adik ipar mu, Tuan.." Saran dari Arzan ada benarnya juga menurut Aksa.
Mengingat sebentar lagi akan menjadi satu keluarga, tidak ada salahnya jika sedikit ramah saja. Tanpa ditemani oleh Arzan, Aksa datang menghampiri calon adik iparnya. Dengan ekspresi wajah datarnya ia menghampiri gadis kecil yang belum genap 20 tahun itu.
"Yara.." Sapa Aksa dengan senyuman terpaksa, sepertinya bibir miliknya sudah terlalu kaku untuk tersenyum dengan orang lain kecuali dengan Hera.
Sang pemilik nama melirik kearah Aksa, ia terkejut setengah mati melihat Aksa.
"Kakak?"
"Hem, kau kenapa disini?" Tanya Aksa langsung to the point saja, ia tahu seperti apa gadis di hadapan nya ini. Sulit diajak bicara serius, ia tahu sedikit dari Hera.
"Aku.." Yara kebingungan harus menjawab apa, ia sangat tidak pandai berbohong. Yara tidak mau terjebak dengan pria dewasa itu, ia langsung berlari begitu saja meninggalkan Aksa yang malah terpelongo.
"Heih? kenapa dia?" Aksa menaikkan bahu tanda tidak peduli, dengan tangan berkacak pinggang ia memerhatikan kepergian Yara yang cepat sekali.
"Aneh!" Padahal Aksa sudah mengumpulkan banyak energi untuk menyapa Yara tadi. Ternyata semua usaha yang ia keluarkan tadi sia-sia saja. Tapi, Aksa ingat sekali dengan mata sembab Yara tadi. Biasanya gadis kecil itu berpenampilan ceria dan cerewet, sangat berbeda dengan yang ia temui tadi.
"Dasar gadis aneh, semoga kau segera mendapatkan kekasih yang memahami keanehan mu." Harapan Aksa kepada Yara.
•
Aksa dan Arzan menuju parkiran, kala Aksa ingin masuk ke mobil. Tangannya ditarik oleh seseorang, membuat nya terkejut.
“Loh, Hera?” Aksa heran karena larut malam begini Hera baru muncul.
“Kenapa baru datang? Aku menunggu mu, apa kau baik-baik saja?” Aksa khawatir sekali, karna sebelumnya Hera tidak pernah seperti ini.
Hera terlihat gelisah, ia terus menatap Aksa lekat-lekat. Seperti ingin mengatakan sesuatu, terlihat dari raut wajahnya.
“Ayo aku antar pulang saja, besok pagi acara pernikahan kita.” Ajak Aksa, ia mengenggam tangan Hera untuk masuk bersama kedalam mobil.
Hera pasrah saja, terlihat tidak ada pemberontakan sedikitpun. Ia duduk disamping Aksa yang terus saja menatap nya.
“Kau terlihat gugup, apa kau makan dengan baik tadi?” Tanya Aksa sembari mengelus pipi Hera.
Hera memegang tangan Aksa yang berada diwajah nya, ia mencium tangan itu dengan durasi yang lama.
“Aku ikut ke Mansion Utama, ada yang ingin aku katakan dengan keluarga mu.” Ucap Hera, ia menatap intens Aksa yang terlihat belum mengerti dengan apa maksudnya.
“Hal apa, Sayang? Apa tidak bisa besok saja, kenapa harus mepet begini?” Tanya Aksa beruntun, bagaimana pun besok adalah waktu terpenting mereka. Aksa juga tidak mau Hera kelelahan karna melakukan hal yang tidak penting.
Hera semakin menguatkan genggaman tangannya, ia terlihat takut lebih tepatnya gugup.
“Ayah dan Ibu ku juga sedang dalam perjalanan menuju kesana, malam ini aku akan mengatakan hal yang penting.” Kata Hera, ia terlihat serius.
Aksa mengangguk saja, ia memeluk Hera erat. Tidak menaruh curiga sedikitpun, Aksa yakin jika Hera hanya gugup sedikit. Karna sebenarnya juga Aksa juga merasakan gugup yang luar biasa.
Sepanjang perjalanan Hera terus mencium aroma Aksa banyak-banyak. Memeluk erat dan tidak melepas genggaman tangannya sedikitpun. Malah semakin erat, apa lagi kala semakin dekat dengan tujuan.
Jantung Hera semakin berdegup kencang kala memasuki area Mansion Utama. Gerbang besar yang menjulang tinggi terbuka menyambut kedatangan mereka. Disaat itulah Hera semakin erat menggenggam tangan Aksa.
“Kenapa takut? Setelah menjadi istriku, Mansion ini akan menjadi kediaman kita.” Ucap Aksa, ia melera pelukannya untuk menatap sang kekasih.
Terlihat Hera yang tersenyum manis, ia menatap Aksa dengan sangat dalam. Hingga Arzan membuka pintu mobil, mempersilahkan Tuan dan Nona nya untuk masuk.
Aksa keluar terlebih dahulu lalu ia membantu Hera untuk keluar. Hera susah payah menelan salivanya kala melihat bangunan mewah bak istana itu. Ia semakin takut, tapi tidak ada waktu lagi.
Dengan senyuman yang terus terukir diwajahnya, Aksa membawa Hera untuk masuk kedalam Mansion. Para pelayan menunduk hormat kepada kedua insan manusia itu. Kekayaan keluarga Pratama sungguh nyata, dan Hera mengagumi itu.
Kala memasuki area ruang tamu, Hera melihat kedua orang tuanya yang sudah duduk manis bersama Jake serta Hani.
“Kami sampai Ayah, Ibu..” Ucap Aksa, membuat semua orang langsung menatap kearahnya.
Aksa membawa Hera untuk duduk bersebelahan, ia terus tersenyum.
“Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan, Hera?” Tanya Jake, karna posisi waktu yang juga sudah larut malam.
Hera terus meremas jari jemari nya, dan itu tidak lepas dari perhatian Aksa.
“Katakan saja, ada acara resepsi yang kurang kau sukai?” Tanya Hani, membuat Hera langsung menatap ke arah nya.
“Jika hal seperti itu ada, katakan saja. Aksa akan mengurus secepatnya, karna juga tinggal besok pernikahan kalian.” Timpal Jake, Reynald serta Hanum tertawa kecil.
“Ayo, Nak Hera, katakan apa yang ingin kau bicarakan,” Ucap Jake membuat Hera langsung kalang kabut.
Hera meremas erat jari jemarinya dan itu tidak lepas dari perhatian Aksa. Sebenarnya pikiran buruk sudah terlintas di benak nya. Aksa mengabaikan itu, ia menganggap bahwa pikiran itu hanya trauma di masa lalu saja.
"Katakan saja, jangan takut. Aku ada di samping mu, percayalah kepada ku." Ucap Aksa sembari menggenggam tangan Hera erat-erat.