NovelToon NovelToon
Perfect Vs Casual

Perfect Vs Casual

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dosen
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Izzmi yuwandira

Apa jadinya jika impian mu hancur di tangan orang yang paling kamu benci, tapi juga tak bisa kamu hindari?

"Satu tesis gagal, Karena seorang dosen menyebalkan, Semua hidup ku jadi berantakan"

Tapi siapa sangka semuanya bisa jadi awal kisah cinta?

Renatta Zephyra punya rencana hidup yang rapi: lulus kuliah, kerja di perusahaan impian, beli rumah, dan angkat kaki dari rumah tantenya yang lebih mirip ibu tiri. Tapi semua rencana itu ambyar karena satu nama: Zavian Alaric, dosen killer dengan wajah ganteng tapi hati dingin kayak lemari es.

Tesisnya ditolak. Ijazahnya tertunda. Pekerjaannya melayang. Dan yang paling parah... dia harus sering ketemu sama si perfeksionis satu itu.

Tapi hidup memang suka ngelawak. Di balik sikap jutek dan aturan kaku Zavian, ternyata ada hal-hal yang bikin Renatta bertanya-tanya: Mengapa harus dia? Dan kenapa jantungnya mulai berdetak aneh tiap kali mereka bertengkar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Renatta keluar dari gedung dengan senyum mengembang, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan impiannya. Interview kerja pertamanya berjalan dengan lancar. Ia bukan tipe yang jenius, nilainya pun biasa-biasa saja, tapi Renatta punya tekad yang kuat. Dan itu cukup.

“HANYA TINGGAL NUNGGU PANGGILAN!!” serunya di telepon sambil menari-nari kecil di pinggir jalan.

Sela yang berada di seberang telepon langsung menjerit, “WAAAAAH SERIUSAN? GILA LO, REN!”

“Gue kabarin Mira sama Arya juga ya, kita harus rayain ini!” Renatta langsung mengirimkan pesan ke dua temannya, dan dalam waktu singkat, mereka semua sepakat untuk bertemu di tempat makan langganan mereka.

Malam itu, tawa mereka memenuhi sudut ruangan. Tempat makan sederhana tapi penuh kenangan. Mira langsung merangkul Renatta dengan heboh.

“Lo tuh ya… kadang gue suka heran. Nilai pas-pasan, muka pasrah, tapi rejeki lo gak pernah pas-pasan!” ejek Mira sambil tertawa.

Arya, satu-satunya cowok di kelompok kecil mereka, ikut nimbrung, “Setuju! Tapi emang lo punya modal penting sih… semangat juangnya tuh, bikin iri!”

Sela mengangkat gelas jus mangga-nya, “Untuk Renatta! Gadis keras kepala yang akhirnya bikin pewawancara luluh!”

“Dan semoga cepat dipanggil kerja, supaya gak ketemu dosen tampan beracun lagi!” celetuk Mira disambut tawa keras semuanya.

Renatta tertawa lepas, malam itu hatinya penuh. Ia merasa hidupnya mulai menemukan arah. Setidaknya, sampai ia pulang ke rumah.

---

Langkah Renatta terasa berat saat ia membuka pagar rumah. Cahaya hangat dari malam tadi kini tergantikan dengan hawa dingin dan menusuk. Ia menarik napas dalam, berusaha menyiapkan mentalnya.

Begitu membuka pintu, suara cempreng langsung menyambutnya.

“Eh, kamu ya! Kalau pulang jangan malam-malam, ini tuh rumah tante. Jangan suka-suka hati keluar masuk kayak gini” suara itu milik Tante Diah, istri dari pamannya Renatta.

"Maaf Tante"

"Udah pulang nggak bawa uang. Udah tau numpang dirumah ku, kamu itu harus pengertian sedikitlah... Buat apa sih kamu kuliah tinggi-tinggi? mending kerja bantuin Tante. kuliah juga ujung-ujungnya bakal jadi pengangguran buat apa? mending kerja dari sekarang"

Renatta tidak menjawab, hanya melangkah pelan ke kamarnya—atau lebih tepatnya, ruang kecil di pojok belakang yang bahkan lebih mirip gudang ketimbang kamar tidur.

Sambil menaruh tasnya, ia memandang sekeliling. Dinding kusam, kasur tipis, rak kecil tempat ia menyimpan buku-bukunya. Dulu, kamar ini adalah ruang setrika.

Perhiasan ibunya sudah lama raib, dicuri oleh Tante Diah. Mobil yang dulu milik ayahnya, dijual tanpa izin. Dan rumah ini… rumah masa kecilnya, kini menjadi milik Tante Diah dan anak-anaknya yang selalu memperlakukannya seperti pembantu. Renatta hanya menumpang. Tak ada ruang untuk protes.

Dulu, saat oom-nya masih belum merantau ke luar negeri, setidaknya ada seseorang yang membelanya. Tapi kini, ia sendirian.

Ia duduk di tepi kasurnya, menggigit bibir agar tidak menangis.

“Aku harus kuat… sebentar lagi ijazah keluar, aku bisa kerja… dan aku akan keluar dari rumah ini.”

Malam itu, Renatta tidur dengan doa dalam hati—agar hidupnya segera berubah, dan ia bisa lepas dari rumah yang tak lagi terasa seperti rumah.

Di luar kamar nya Tante Diah masih mengomel tidak jelas, lagi-lagi Tante Diah selalu mengungkit tentang kebaikan hatinya yang masih mengizinkan Renatta untuk tinggal dan makan dengan gratis dirumah ini.

Padahal ini adalah rumah peninggalan orang tua Renatta, dan entah kenapa rumah ini bisa menjadi atas nama Tante Diah. Saat itu Renatta masih sangat kecil jadi tidak tau apa-apa tentang semua itu.

***

Pagi itu, mata Renatta masih terasa berat. Semalaman ia hanya tidur dua jam, setelah mencuci piring-piring bekas makan malam yang bahkan bukan untuknya. Ia baru saja akan memejamkan mata kembali ketika ponselnya bergetar pelan.

Nama yang muncul di layar membuat jantungnya berdegup lebih cepat.

Om Aryo.

Dengan tergesa, Renatta mengangkat panggilan itu.

“Halo, Nak… ini Om Aryo” suara berat itu terdengar serak tapi hangat, seolah sudah menyimpan rindu terlalu lama.

Renatta mendekap ponselnya erat, matanya langsung memanas.

“Om Aryo? Iya om, ini Renatta...”

Hening beberapa detik. Lalu suara itu kembali terdengar.

“Kamu gimana, Nak? Kuliahmu lancar? Kesehatanmu baik? Tante kamu masih sering bawel?”

Renatta menutup mulutnya, berusaha keras agar isaknya tak terdengar. Tapi air matanya jatuh begitu saja.

“Alhamdulillah semuanya baik, om,” jawabnya sambil menarik napas panjang. Suaranya bergetar, tapi ia berusaha tegar.

“Kamu yakin semuanya baik-baik aja, Ren?” suara sang Paman terdengar lebih pelan kini, namun tajam seperti tahu bahwa keponakannya sedang berbohong.

Renatta terdiam, lalu menggigit bibirnya.

“Om… kapan pulang?” tanyanya akhirnya.

“Belum bisa, Nak… jadwal cuti Om ditunda lagi. Mungkin beberapa bulan ke depan…” jawab sang Paman, pelan, penuh sesal.

Renatta menunduk, rasa hampa mengisi dadanya. Ia ingin sekali berkata “Aku nggak kuat lagi di rumah ini,” tapi ia tahu ia harus tetap kuat. Ia menahan sesak itu sendiri.

Tak lama kemudian, ponselnya kembali bergetar. Notifikasi transfer masuk. Jumlahnya cukup besar.

“Dari: Aryo Widodo”

Renatta buru-buru menelpon balik.

“Om, ini maksudnya apa? Kenapa transfer uang sebanyak ini?” tanyanya panik.

"Bicaranya jangan kuat-kuat nak, nanti Tante mu dengar"

Renatta pun kembali berbicara dengan hati-hati.

"Kenapa Om transfer aku uang sebanyak ini? Aku nggak kekurangan uang kok om" bohong Renatta.

“Kalau kamu nggak tahan lagi tinggal di rumah itu, sewa kosan atau pindah ke asrama kampus. Om gak bisa diam aja kalau kamu disakiti di rumah sendiri.”

Renatta menggeleng pelan, meski tahu Paman tak bisa melihatnya.

“Nggak usah, Om… kasih aja uang itu ke Tante. Dia lebih butuh uang daripada aku. Aku masih bisa tahan, kok.”

Namun suara Paman terdengar tegas.

“Denger ya, Ren. Kamu berhak atas uang itu. Itu bukan sekadar bantuan. Om mau bayar semua hutang Tante kamu atas perhiasan almarhum ibumu yang dia ambil, uang yang dia pakai seenaknya, dan semua yang dia rampas dari kamu.”

Renatta terisak lagi, kali ini tak sanggup menyembunyikan tangisnya.

“Maaf ya, Nak… Om belum bisa jagain kamu. Tapi Om janji… begitu uangnya cukup, Om akan beliin kamu rumah. Rumah yang layak, rumah yang bisa kamu sebut sebagai tempat pulang.”

“Terima kasih banyak om…” jawab Renatta lirih, air matanya mengalir deras.

"Sudah-sudah jangan nangis... Ayah mu menitipkan kamu ke om, tapi om malah nggak ada disana buat jagain kamu nak... Om minta maaf ya"

Pagi itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Renatta merasa hatinya sedikit lebih hangat. Bukan karena rumah yang ia tempati, tapi karena seseorang di luar sana masih peduli dan berjanji akan memperjuangkannya.

***

1
Nur Adam
l njur
Riyuriyus
semangat yaa kakakk,sukses trs
Nurul Fitria
Owalah Renatta /Determined//Determined//Determined/
Nurul Fitria
Wkwk lucu banget kakek dan Renatta /Facepalm//Facepalm/
minwoo
kasihan banget mereka, si Renatta nih nyebelin banget
minwoo
Mantap pak /Hey/
minwoo
Bacottt kauuu bastian
minwoo
Ihhh ngapain sih ketemu sama Bastian lagi /Puke/ sumpah gak suka bangeeeettt /Cry/
minwoo
Seruu banget ceritanya Thor, lanjut dehh/Tongue/
minwoo
Haaa mau yg kayak pak Zavian juga donggg /CoolGuy//Scream//Scream/
minwoo
Lahh ternyata kakek nya pak Zavian /Facepalm//Facepalm//Facepalm/ bisa kali kek dijodohin
Kim nara
Sedih y nasib renata semangat ren
Nur Adam
lnjut
Nurul Fitria
Lanjut Thor... ❤️❤️❤️
audyasfiya
Lanjut author lanjutt... seru nih ceritanya hehehe
minwoo
Suka banget sama chemistry pak zavian dan Renatta... gemes banget /Grin//Grin//Grin//Grin//Grin/
Sasya
wkwk lucu banget, semangat update nya Thor ❤️❤️❤️❤️
audyasfiya
Renatta bisa-bisa nya 🤣🤣🤣🤣
audyasfiya
Pengen punya pacar dosen deh 🤣🤣🤣
Lorenza82
Pak zaviannya nih kadang cuek, kadang dingin, kadang perkataan nya nyelekit, tapi dia lucu juga, perhatian sama Renatta 😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!