Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Hidup ini penuh rahasia, tak seorang pun tau apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Bisa beruntung atau pun bisa jadi sebaliknya. Itulah lika liku takdir hanya Allah yang maha tau.
Ira merasakan secercah harapan saat dirinya masih bisa membantu suaminya untuk menambah penghasilan keluarga. Walau ia belum tau akan terjadi seperti apa selanjutnya.
Wajah Ira dan Haris nampak begitu bahagia. Sepanjang jalan mereka bercerita ini dan itu. Saat hendak mau berbelok keruamh mereka, mereka berpapasan dengan budenya Ira.
"Eh ada orang miskin lagi - jalan." sindir bude sambil mencibir.
"Bude." sapa Ira dan Haris mencoba tetap sopan.
"Kalian habis dari mana, bude tungguin dari tadi di rumah ga nonggol - nonggol." jiwa keponya muncul juga.
"Seperti kata bude kita habis jalan - jalan, ya kan dek?" Haris yang kesal mewakili menjawab pertanyaan dari bude istrinya itu. Jawaban dari Haris membuat bude meradang.
"Maksud kamu apa ngomong kaya gitu?" Bentak bude.
"Lah kan bude sendiri bilang kalau kami habis jalan - jalan ya memang kami habis jalan - jalan, lalu salahnya dimana, bude?" jawab Haris santai.
"Kalian benar - benar ya bikin saya darah tinggi."
"Makanya kalau darah tinggi itu ga usah marah - marah, bude." celetuk Haris membaut bude semakin emosi.
"Dasar menantu kurang ajar, kamu nyumpahi saya?" mata bude melotot menatap Haris.
"Ga ada yang nyumpahi, bude kok. Perasaan bude aja kali. Saya tuh cuma ngasih nasehat aja." Haris tertawa ringan sehabis menjawab perkataan mertuanya.
"Mas, bude, sudah. Malu di liat orang ." lerai Ira.
"Ini semua gara - gara suami kamu yang kurang ajar itu." Bude masih saja menyalahkan Haris. Haris memilih diam karna istrinya melarang dirinya untuk meladeni bude makin jauh.
"Sudah bude, cukup. Kami mau pulang dulu, permisi." Ira memilih menghindar bukan karna takut tapi ia hanya sekedar masih menaruh rasa hormat padahal ibunya itu.
"Ira, tunggu." tahan bude.
"Ada apa lagi, bude? Saya dan suami saya mau pulang."
"Kapan kamu mengosongkan rumah?" tanya Bude.
"Tunggu, tunggu maksud bude mengosongkan rumah bagaiman ya?" tanya Haris saat mendengar mertuanya berucap barusan.
"Emang istrimu ga cerita? Kamu bagaimana sih Ira masa ga kasih tau suami kamu dulu."
"Maaf, mas aku lupa. Jadi gini mas, bude dan Kak Mia datang kerumah meminta aku mengosongkan rumah karna mau di renov total."
"Lalu kamu jawab apa?" tanya suaminya.
"Aku bilang kebenaranya lah, mas."
"Mas tau ini pasti akal - akan Mia dan Bude ingin mengusir kita dari sana."
"Jaga ya mulut kamu, Haris. Rumah itu rumah almarhum kakak aku, kamu ga ada hak disana." teriak bude.
"Emang bude ada hak juga disana?" balas Haris.
"Itu haknya Mia dan adiknya, kamu ga usah ikut campur."
"Bude, bude. Bude ini sudah tua ga usah mengadu domba adik kakak, lebih baik perbanyak ibadah biar ga masuk neraka." Haris menertawakan mertuanya yang terlanjur campur urusan Ira dan saudaranya.
"Menantu sialan, awas kamu ya. Tunggu saja kamu bakal di usir dari sana. " Bude berjalan meninggalkan Ira dan Haris begitu saja dengan wajah memerah menahan amarah.
Ira dan Haris saling tatap dan tersenyum lalu mereka melanjutkan perjalan kembali kerumah mereka.
...****************...
Assalamualaikum kk, up lg ya. Thor ucapkan banyak - banyak terimakasih atas semua supportnya kk.
Jangan tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya yang banyak biar thor semakin semangat menulis bab selanjutnya 😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik