CEO perusahaan literasi ternama, Hyung menjual dirinya di situs online sebagai pacar sewaan hanya karena GABUT. Tak disangka yg membelinya adalah karyawati perusahaannya sendiri. Ia terjebak satu atap berminggu-minggu lamanya. Benih-benih asmara pun muncul tanpa tahu jika ia adalah bosnya. Namun, saat benih itu tumbuh, sang karyawati, Saras malah memutuskannya secara sepihak. Ia tak terima dan terpaksa membongkar jati dirinya.
"Kau keterlaluan, Saras. Kau memperlakukanku semena-mena tanpa menimbang kembali perasaanku. Lihat saja! Kau akan datang padaku secara terpaksa ataupun patuh. Camkan itu!"
Ia pun ingin membalas terhadap apa yang pernah Saras lakukan padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaharu Wood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARUS BICARA
Mungkin ini jalan yang terbaik untuk kami.
Lantas ia pun memutuskan untuk melamar pekerjaan. Bagian keuangan perusahaan tempat di mana Elen bekerja sedang membutuhkan karyawan. Saras pun ingin mencoba peruntungannya.
Esok harinya...
Pagi-pagi Saras bangun bersama dengan terbitnya matahari. Ia bergegas mandi lalu merapikan diri sebelum interview pagi ini. Tampak Saras yang begitu bersemangat setelah melewati malam sepi. Ia pun memutuskan untuk meneruskan hidup agar lebih berarti.
Kini ia sedang menunggu interview di kantor Elen. Tampak Elen yang menemaninya sampai masuk ke dalam ruangan. Terlihat sudah ada yang menunggunya di dalam sana. Yang mana seorang pria paruh baya berkacamata. Saras pun akan segera memulai wawancaranya.
"Jadi ini temanmu, Elen?" tanya sang bos kepada Elen.
"Benar, Pak. Saya cukup mengenalnya. Dia dapat diandalkan." Elen meyakinkan.
Saras terlihat kaget dengan pernyataan Elen. Tidak menyangka Elen akan semendukung ini padanya. Ia pun terus menebarkan senyuman agar peluang kerja itu bisa didapatkan.
"Baiklah. Silakan duduk."
Dan akhirnya wawancara Saras dimulai. Tampak Elen yang menyemangati temannya. Ia kemudian keluar ruangan dan membiarkan Saras melakukan tanya jawab dengan bosnya. Berharap bisa satu kantor secepatnya.
Sementara itu di gedung sebelah...
Hyung tampak memerhatikan meja Saras yang kosong dari layar monitornya. Ia pun mencoba menelepon line Stefany untuk menanyakan ke mana gerangan Saras. Tapi saat mendengar jawaban dari Stefany, saat itu juga Hyung terkejut tak percaya.
"Izin sakit?!" Hyung tak percaya.
"Benar, Pak. Saras sedang demam. Surat izinnya ada di saya. Apakah saya perlu mengantarkannya?" tanya Stefany.
"Tidak.Tidak perlu. Terima kasih." Hyung pun mengakhiri sambungan teleponnya. Ia tampak cemas saat mengetahui kabar Saras yang sakit.
"Dia tidak masuk hari ini. Izin sakit karena demam. Apakah dia benar-benar sakit atau marah padaku?"
Lantas Hyung pun mencoba menelepon Saras. Namun ternyata nomor Saras tidak aktif. Hyung pun mencoba mengirimkan Saras pesan. Namun ternyata tidak ada jawaban. Pesan Hyung ceklis satu tanpa ada kabar.
Saras, jangan bilang kau balas dendam padaku.
Lantas Hyung pun bergegas mencari Saras. Ia ingin ke rumah kontrakan Saras sekarang.
Sesampainya di rumah kontrakan Saras...
Hyung tiba di rumah kontrakan Saras. Namun saat tiba, Hyung tidak melihat siapa-siapa di sana. Rumah kontrakan Saras tampak sepi seperti tidak berpenghuni.
"Ke mana dia?"
Hyung resah saat melihat tidak ada orang di dalam sana. Tiba-tiba tetangga kontrakan Saras pun keluar dari rumah. Ia melihat Hyung yang kebingungan di sana.
"Tuan, Anda mencari siapa?" Tetangga kontrakan Saras bertanya.
Hyung tersadar. "Em, maaf. Apakah Anda tahu ke mana Saras pergi?" tanya Hyung kepada tetangga kontrakan Saras.
"Nona Saras? Bukannya dia pergi bekerja sedari pagi?" Tetangga kontrakan pun tampak bingung sendiri.
Pergi bekerja? Sedari pagi?
Hyung mulai berpikiran aneh-aneh. Ia khawatir Saras melayap ke mana-mana tanpa sepengetahuan dirinya.
"Baik. Kalau begitu terima kasih." Hyung pun akhirnya pergi. Ia masuk ke mobilnya untuk mencari Saras kembali.
Aku tidak mungkin meminta bantuan Saki saat ini. Ibu dan Zuyu sedang berada bersamanya. Bisa-bisa kejadian tak terduga terulang kembali.
Hyung pun melajukan mobilnya keluar gang kontrakan Saras. Ia berniat mencari Saras kembali. Namun, tiba-tiba saja dering ponsel menyadarkannya.
"Halo?" Hyung pun mengangkat teleponnya sambil memegang kemudi setir.
"Tuan, kami dari EO. Kami sudah berada di kantor."
Dan ternyata Hyung lupa akan janjinya hari ini. Bertemu dengan Event Organizer untuk Anniversary perusahaannya. Hyung pun terpaksa kembali ke kantornya.
Dua puluh menit kemudian...
Hyung hampir saja tiba di kantornya. Ia melewati jalanan perkantoran yang mulai ramai karena sebentar lagi jam makan siang. Namun, saat ia ingin menyeberang, masuk ke gedung kantor, ia seperti melihat Saras yang baru keluar dari gedung sebelah. Sontak Hyung pun segera memutar setir mobilnya.
Saras!
Hyung pun mencoba mengejar Saras. Ia segera memarkirkan mobilnya di tepi jalan. Ia bergegas menemui Saras yang berjalan ke halte bis.
"Saras!" Hyung memanggil Saras dengan sekuat tenaga.
"Vi???" Saras pun terkejut melihat Hyung yang datang. Ia dipergoki Hyung hari ini.
"Saras, apa yang kau lakukan di gedung sebelah?" tanya Hyung kepada Saras.
Saras berpikir cepat. Ia khawatir Hyung marah. "Aku habis menemui Elen," terang Saras.
"Menemui Elen? Kau bilang menemui Elen sedang tidak masuk kantor hari ini? Apa Elen lebih penting bagimu?" tanya Hyung yang mulai berapi-api.
Saras menggelengkan kepala. "Pak, saya sudah menjalankan prosedur. Memberi surat keterangan mengapa tidak masuk hari ini. Mengapa Anda malah marah?" Saras mencoba memberanikan diri.
Hyung menelan ludahnya. Ia merasa perasaan Saras telah hilang begitu saja. "Oh. Jadi begitu. Kita perlu bicara, Saras." Hyung pun menarik tangan Saras.
"Pak, lepaskan aku!" Saras pun berontak.
Hyung diam saja dan terus menarik Saras sampai tiba di mobilnya. "Masuk!" Hyung pun membukakan pintu mobilnya untuk Saras. Ia mendorong Saras agar segera masuk ke dalam.
Pria sialan!
Saras pun merasa kesal. Ia mencoba keluar. Namun ternyata Hyung begitu cekatan. Pintu mobil cepat dikunci olehnya. Saras pun mencoba keluar dari pintu sebelah. Namun Hyung menghadangnya.
"Jangan pulang sebelum kita bicara."
Dan akhirnya keduanya pergi melaju ke suatu tempat. Saras pun tak berdaya melawan. Ia mau tak mau harus menuruti kemauan Hyung. Seorang pria yang kini raut wajahnya sangat tidak enak dipandang.
Taman bunga pusat kota...
Air mancur menjadi saksi Hyung yang meneguk habis air mineralnya. Dadanya bergemuruh sesaat setelah keluar dari mobil. Ia ingin menenangkan dirinya sebelum memulai pembicaraan. Sedang Saras tampak masih berdiam diri sambil menormalkan suasana hatinya. Sejak tadi keduanya hanya berdiaman saja.
Hyung berjalan mendekati Saras. Ia kembali masuk ke dalam mobilnya. Ia kunci pintu mobil itu agar Saras tidak bisa lari darinya.
"Baik. Mari kita mulai pembicaraan ini."
Hyung menarik napasnya dalam-dalam. Seperti ada amarah yang terpendam. Sedang Saras tampak memalingkan wajahnya. Ia seakan acuh tak acuh dengan kehadiran Hyung.
Kaget ya karena dia tamvan 😁