"Mulai sekarang, kamu adalah istri saya Feby Ayodhya Larasati. Apapun yang ada di dalam diri kamu, hanyalah milik saya!" Kalimat yang keluar dari mulut pria tampan di hadapannya ini membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Jantungnya berdebar kencang saat pria itu semakin menatapnya dengan tatapan intens.
.....
Feby Ayodhya Larasati gadis cantik dan periang yang duduk di bangku SMA.
Tak hanya parasnya yang cantik, dia juga memiliki prestasi yang sangat bagus di sekolah. Impian dalam hidupnya hanya satu, yaitu mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri.
Kehidupannya selama ini selalu berjalan lancar namun, tidak saat ia bertemu dengan pria bernama Arka William Megantara.
Pertemuan yang berawal dari mimpi, kini berubah menjadi nyata. Pertemuan yang berawal dari kesalahpahaman, kini berubah menjadi hubungan pernikahan.
.....
Arka William Megantara, seorang CEO muda yang memiliki paras tampan, tubuh tegap, tinggi, dan atletis. Dia adalah satu-satunya pewaris tunggal di perusahaan Mega
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Briany Feby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Terlambat sekolah?!
Semua murid di SMA Ganesha telah masuk ke dalam kelas masing-masing saat bel berbunyi. Satpam yang berjaga di pintu gerbang sekolah, sudah bersiap-siap untuk menutup gerbang masuk. Namun masih ada saja beberapa siswa bandel yang sengaja datang saat bel sudah berbunyi.
Mereka berlarian seraya berteriak kepada Satpam agar tidak menutup pintu gerbang dulu.
Ada sekitar tujuh siswa dengan tubuh tinggi dan penampilan kurang rapih. Diantara gerombolan cowok tersebut, Evandra ikut berlari. Pria yang terkenal sebagai Kapten basket sekolah itu, memang seringkali datang terlambat. Namun tidak setiap hari. Kadangkala ia juga datang sangat pagi untuk tebar pesona dengan Feby. Namun beberapa hari ini gadis itu tidak berangkat.
Jadi, Evandra malas untuk datang pagi.
"Kalian itu ya! Kebiasaan datang terlambat!" Ucap Satpam bernama Pak Anto pada gerombolan cowok itu.
Satpam yang terkenal galak di SMA Ganesha. Bahkan, galaknya melebihi guru BK!
"Tolong Pak Anto buka dulu gerbangnya. Biarin kita masuk ya? Kita nggak terlambat setiap hari kok. Cuma hari ini aja" Saut Aji salah satu teman sekelas Evandra dan juga Feby yang terkenal paling bawel.
"Kemarin kamu juga ngomong kaya gitu. Saya sudah hapal omongan kamu Aji!"
"Kita sebenernya nggak terlambat Pak. Kita udah datang dari jam setengah tujuh. Tapi kita nunggu bel di warung depan dulu Pak"
Jelas Riyan yang berdiri di samping Aji.
"Kamu pikir saya percaya, Hah?!"
Pak Anto menatap Riyan dengan tatapan tajam.
Cukup lama Satpam itu menceramahi mereka bertujuh. Begitu melihat Evandra yang berdiri di antar ketujuh pria itu, pandangan Pak Anto langsung berhenti.
"Kamu juga Evandra! Kamu ini murid yang berprestasi! Kamu seorang atlet basket! Jangan ikut-ikutan jadi berandalan kaya mereka ini!"
Evandra tampak mundur beberapa langkah saat Pak Anto bicara. Bukannya ia takut pada Satpam itu. Hanya saja, saat bicara air liur Pak Anto muncrat dan hampir saja mengenai wajah tampannya.
Teman-teman Evandra langsung tertawa terpingkal-pingkal melihat kejadian itu.
Terutama Aji, pria itu tertawa begitu keras hingga Pak Anto langsung menatapnya dengan tatapan tajam.
"KENAPA KALIAN KETAWA APA YANG LUCU HAH?!" Bentak Pak Anto.
"Itu, Evandra kena Air mancur Pak" Jawab Aji.
"Air mancur apa?! Kalian ini jangan bercanda ya! Kalian tunggu di sini dulu! Saya akan panggilkan Bu Mun supaya kalian di hukum! Awas jangan berani-berani naik gerbang ya!"
Pan Anto mengunci gerbang lalu melenggang pergi untuk memanggil Bu Mun.
Bu Mun adalah salah satu guru BK paling killer di sekolah. Kegalakan guru tersebut mirip dengan Pak Anto. Tinggi guru itu kurang dari 150 cm, dan tubuhnya gemuk. Namun di balik ukurannya yang mini itu, terdapat suara yang lantang dan menggelegar. Apalagi saat berhadapan dengan murid-murid pembuat onar. Karena itulah murid-murid di SMA Ganesha menyebutnya sebagai 'Bu Landak'.
Tak lama kemudian, Pak Anto dan Bu Mun datang. Mereka berdua berjalan beriringan menghampiri Evandra dan teman-temannya dengan wajah garang.
"Liat tuh, barongsai datang" celetuk Aji.
Yang ia maksud Barongsai adalah Pak Anto dan Bu Mun. Karena wajah mereka berdua nampak begitu merah seperti barongsai.
"Diem Lo Ji! Jangan nambah masalah! Gue lagi pusing!" Ucap Evandra.
"Pusing mikirin apaan? Mikirin utang Lo?" Tanya Aji.
"Dia pasti lagi mikirin si Feby lah. Kan udah beberapa hari ini Feby nggak masuk" Saut Riyan.
"Dasar Bucin Lo!" Ejek Aji.
Evandra langsung melayangkan tatapan tajam pada Aji.
"Bucin teriak bucin!"
"KALIAN KENAPA MALAH NGOBROL HAH?!" Suara teriakan Bu Mun terdengar begitu menggelegar hingga menusuk telinga.
Bahkan Pak Anto yang berdiri di samping guru itu juga ikut menutup telinganya yang berdengung. Secepat kilat Pak Anto langsung menurunkan tangannya begitu Bu Mun melirik ke arahnya.
"Buka gerbangnya Pak Anto! Biar saya yang urus mereka semua!"
Titah Bu Mun pada Pak Anto.
Seperti kata Bu Mun, Pak Anto pun langsung membuka gerbang. Bu Mun menatap gerombolan cowok itu dari atas sampai bawah. Tatapannya begitu tajam dan membunuh. Guru itu langsung menghembuskan napasnya melihat penampilan mereka yang begitu berantakan. Tidak memakai dasi, tidak memakai sabuk, dan baju OSIS yang di keluarkan.
"KALIAN SEMUA IKUT SAYA KE LAPANGAN SEKARANG!" Ujar Bu Mun.
Mereka bertujuh pun akhirnya berjalan mengekor di belakang Bu Mun. Namun langkah mereka tiba-tiba saja berhenti saat mendengar suara seorang gadis dari belakang.
"M-maaf Bu, saya terlambat..."
Ujar gadis itu membuat semua orang langsung menoleh ke belakang dan menatapnya.
Pandangan semua orang langsung tertuju pada gadis cantik berkuncir kuda. Gadis itu menundukkan kepalanya dengan deru napas yang tidak teratur. Keringat dingin menetes dari dahi gadis itu.
"Van! Itu Feby!" Kata Aji seraya menyenggol lengan Evandra.
Mendengar nama sang pujaan hatinya disebut, Evandra langsung bereaksi. Ia berjalan mendekati gadis itu yang terus menunduk. Namun langkahnya terhenti saat ia mendapatkan tatapan tajam dari Bu Mun.
Bu Mun berjalan menghampiri Feby.
"Kenapa kamu terlambat?!" Tanya Bu Mun pada Feby.
"S-saya bangun kesiangan Bu..." Jawab gadis itu terbata-bata.
"Ikut gerombolan cowok itu ke lapangan sekarang!" Perintah Bu Mun pada Feby.
Gadis itu pun berjalan menghampiri gerombolan cowok itu tanpa berani mengangkat wajahnya. Evandra langsung tersenyum melihat Feby. Meskipun di dalam hatinya ia tidak tega melihat Feby di hukum. Namun setidaknya hari ini ia bisa melihat pujaan hatinya itu.
...🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️...
Panasnya terik sinar matahari, terasa membakar ubun-ubun Feby.
Di tengah-tengah lapangan, Feby dan tujuh orang siswa di hukum untuk berlari mengelilingi lapangan sampai istirahat kedua selesai.
Gadis itu beberapa kali menahan pergelangan kakinya yang terasa nyeri. Kemarin ia baru saja jatuh terkilir, dan sekarang ia harus di hukum untuk berlari akibat terlambat.
Sial! Nasibnya sungguh sial!
Pagi tadi setelah menerima surat dari Arka Feby langsung teringat bahwa hari ini ia harus berangkat sekolah. Sebenarnya ia ingin meminta Arka agar mengantarnya ke sekolah. Namun ternyata, pria itu sudah berangkat ke kantor. Hingga pada akhirnya Feby pun terpaksa berangkat naik angkot.
Matahari perlahan semakin naik. Keringat deras mengucur di dahi Feby. Wajah gadis itu kini terlihat begitu merah. Bukan hanya menahan panas, namun juga menahan rasa sakit. Feby sudah berlari lima kali putaran. Namun saat ia hendak melakukan putaran yang ke enam, tiba-tiba saja pergelangan kakinya terasa semakin sakit.
Feby menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit itu. Dan hal itu, tak luput dari perhatian Evandra.
"Lo nggak apa-apa Feb?" Tanya Evandra dengan cemas.
Feby menggeleng pelan.
"Nggak apa-apa Van" Jawab gadis itu dengan lemas.
"Lo yakin? Wajah Lo keliatan merah banget Feb. Mending Lo istirahat aja"
"Nggak Van, kamu liat kan Bu Mun dari tadi ngawasin kita?" Feby mengarahkan pandangannya pada Bu Mun yang duduk di sampingnya lapangan.
"Feb mending istirahat aja gue nggak mau Lo kenapa-kenapa. Lo baru aja sembuh kan?"
Feby tetap keras kepala. Ia terus saja berlari dan menahan rasa sakit di pergelangan kakinya. Hingga pada akhirnya, tak lama kemudian gadis itu jatuh ambruk.
Evandra yang berdiri di belakang Feby langsung dengan sigap menahan tubuh gadis itu agar tidak jatuh ke atas tanah. Semua orang langsung terkejut melihat Feby yang jatuh pingsan.
Begitu pula Bu Mun. Ia berlari menghampiri Feby yang sudah tak sadarkan diri di dalam pelukan Evandra.
"Kenapa ini? Kenapa Feby bisa sampai pingsan?" Tanya Bu Mun dengan khawatir. Namun sebenarnya hukuman dari guru itulah yang membuat Feby pingsan.
"Dia lagi sakit Bu" Jawab Evandra.
"Kenapa kamu nggak bilang kalau dia lagi sakit?! Sudah cepat bawa Feby ke UKS sekarang!" Perintah Bu Mun.
"Kita juga ikut bantu Evandra ya Bu?" Aji menimpali.
"Enak aja! Kalian semua lanjut lari sampai istirahat kedua! Ini baru istirahat pertama!" Sembur Bu Mun.
Evandra pun langsung menggendong tubuh mungil Feby dan membawanya ke UKS. Evandra dan Feby menjadi pusat perhatian. Apalagi saat ini sudah masuk jam istirahat pertama. Banyak siswi yang memekik heboh saat Evandra berjalan melewati koridor kelas dengan menggendong Feby. Bahkan tak jarang dari mereka yang merekam momen tersebut.
Dan diantara ratusan pasang mata yang melihat kejadian itu, Rayya menjadi salah satunya. Gadis berambut sebahu itu mengepalkan kedua tangannya saat ia melihat Evandra menggendong Feby.
...🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️...
Di ruangan UKS, Evandra setia menunggu Feby siuman. Bahkan setelah petugas UKS pergi memberikan minyak angin pada Feby, Evandra masih menemani gadis itu.
Istirahat pertama telah berakhir.
Jam dinding di UKS sudah menunjukan pukul 11:25 artinya, istirahat kedua sebentar lagi.
Evandra meraih tangan Feby.
Ia menggenggam tangan gadis itu seraya terus menatap wajah Feby.
"Lo kenapa selalu bikin gue khawatir sih Feb?" Pria itu mulai berbicara kepada Feby.
Namun masih tidak ada sautan apapun dari gadis itu. Yang terdengar hanyalah suara detak jarum jam dan detak jantung Evandra.
"Gue sayang sama Lo, gue cinta sama Lo lebih dari apapun. Tapi kenapa Lo nggak pernah liat itu? Lo bener-bener nggak liat perasaan gue, atau Lo pura-pura nggak liat karena ada pria lain di hati Lo?"
Evandra tiba-tiba saja mengungkapkan perasaannya kepada Feby. Meskipun saat ini gadis itu masih tidak sadarkan diri. Namun tak selang beberapa lama kemudian, Evandra merasakan tangan Feby yang ia genggam bergerak.
Kedua mata gadis itu perlahan terbuka. Feby diam membisu berusaha untuk menyesuaikan cahaya yang masuk dari celah jendela. Ia mengerutkan keningnya saat bau obat menyeruak di indra penciumannya. Ruangan bercat putih bersih, dan wajah Evandra itulah yang pertama ia lihat.
"Feb Lo udah bangun? Gimana masih sakit nggak?" Tanya Evandra.
Pria itu nampak tersenyum lega saat melihat Feby yang akhirnya sadar.
"A-aku... Aku ini di mana, Van?" Gadis itu malah berbalik tanya.
"Tadi lo pingsan di lapangan, jadi gue bawa Lo ke UKS" Jawab Evandra.
"Kenapa kamu bawa aku ke UKS sih? Kita kan masih di hukum sama Bu Mun gara-gara terlambat"
"Apa maksud Lo? Keadaan Lo kaya gini tapi Lo masih mikirin hukuman dari Bu Mun?! Lo itu lagi sakit Feb! Jangan keras kepala! Gue udah nyuruh Lo istirahat tapi Lo nggak mau. Dan sekarang apa akibatnya? Lo jatuh pingsan. Bisa nggak sih satu hari aja jangan bikin gue khawatir?!"
Raut wajah Evandra nampak berubah saat mengatakan hal itu. Tatapan pria itu terlihat begitu tajam dan penuh kekhawatiran.
"Kenapa kamu jadi marahin aku sih Van?!" Feby menatap Evandra dengan tatapan bingung. Pasalnya, ini baru pertama kalinya ia melihat Evandra marah padanya.
Evandra menatap kedua mata Feby dalam-dalam. Tiba-tiba saja, pria itu memegang pipi Feby dengan tangan kanannya. Sontak Feby pun terkejut bukan main.
"Karena gue cinta sama Lo Feb! Gue nggak mau Lo kenapa-kenapa!" Tandas pria itu membuat Feby langsung mematung.
______________________________________
...
...
...Arka William Megantara ...
...Feby Ayodhya Larasati ...
...
...
...Evandra Bagaskara ...
...WADUH-WADUH GAWAT MR. ARKA ADA SAINGANNYA NIH!...
...Evandra aja udah ngungkapin cintanya ke Feby, masa Mr. Arka nggak sih?!...
...Gimana ya respon Mr. Arka kalau tau Evandra nembak istrinya? ...
Hih kalian yakin nggak penasaran???
dan satu lagi punya seribu cara satu gagal coba lagi sampai mereka salah faham,,jarang ada yg siaga paling banyak kena jebakan nyesel minta maaf
ada satu sih yg lagi aku baca sebelum bergerak dah katauhan duluan
thor