Ratu Primora Anastasia, harus menghadapi kenyataan, bahwa suaminya membawa selir dari perjalanan perangnya.
Seolah kurang untuk menyakitinya, selirnya juga sedang hamil.
Usia pernikahannya yang memasuki 5 tahun saja tidak membuahkan seorang pewaris.
Kejadian demi kejadian akhirnya membuatnya harus diturunkan tahtanya.
Primora yang memiliki harga diri yang tinggi, tidak akan menerima semua ini dengan sia sia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Peri Bumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Apa-apaan ini!" Robert berteriak kencang sekali. "Pembantumu sudah kurang ajar! mengapa seorang ratu tidak dapat mendisiplinkan bawahannya!" Kemarahannya meledak ledak. Dibelakang Robert, Esme terlihat sedang memegangi pipinya kesakitan. Sementara air matanya berkilat jatuh. Rapuh.
Yah, laki laki memang mudah terpikat dengan hal hal rapuh. Jiwa ingin melindunginya lebih kuat. Sedangkan Primora seumur hidupnya selalu terlihat tegas dan rapi. Menyembunyikan borok dan lukanya. Dia akan dipandang Ratu yang lemah jika mudah menangis.
Robert tidak pernah melihatnya menangis.
Primora sudah menyiapkan dirinya akan hal tersebut. Suaminya tidak akan lagi bisa diandalkan untuk berdiri disampingnya.
"Banyak orang melihat Yang Mulia." Tanpa goyah, Primora mencoba memberi peringatan kepada Robert untuk bertindak sebagai mana mestinya. Dia adalah seorang raja, alangkah baiknya jika mempertimbangkan kebijakan dalam bertindak. Tapi Robert seperti kehilangan akalnya. Seolah olah Primora telah menyentuh kesayangannya.
"Huh..." Robert tersenyum sinis. "Mencoba memperingatkan ku? Yah Ratu kita memang hebat dalam menegur seseorang."
Robert yang egonya telah tersentuh kemudian mengucapkan, "Karena Ratu tidak bisa mendisiplinkan bawahannya, maka wewenangnya dalam mengurusi internal kerajaan akan dicabut!"
"Yang Mulia!" Protes Primora. Mencabut wewenang urusan internal sama aja dengan melucutinya. Tindakan itu tegas dan kejam.
Dia sangat mempercayai simpananannya.
"Menanyakan salah satu pihak saja itu sudah tidak adil. Lalu mengambil keputusan di bawah kendali emosi hanya akan merugikan sesuatu Yang Mulia."
Kitab kitab kebajikan yang mereka baca sedari kecil kadang kadang menjadi pegangan dan pedoman hidup.
"Berani-beraninya kamu mengajari ku tentang hal kebajikan!" Robert tambah murka.
"Ampuni saya Yang Mulia. Saya tidak punya niatan dalam hal menggurui Yang Mulia. Tapi tolong pikirkan kembali kebijakan yang akan Yang Mulia ambil. Sebentar lagi perayaan tahun baru, kalau tiba tiba Yang Mulia mencabut wewenang mengurusi internal Kerajaan. Kepada siapa Yang Mulia akan membawa urusan semua perjamuan menyambut utusan utusan Kerajaan yang akan datang?"
Primora bagaimana pun masih memikirkan negeri ini. Raja tidak boleh gegabah dalam bertindak. Itu bukan untuk dirinya melainkan untuk semua orang.
Mendengar hal tersebut Robert terdiam. Dia tidak bisa membantah. Omongan Primora benar. Selama 5 tahun ini dia telah mengelola istana dengan sangat baik. Dia akui itu. Dia bekerja keras meskipun hatinya menolak mengakui itu semua.
"Bawa bawahanmu kemari!"
"Dia adalah bawahanku, saya yang akan mendisiplinkan dirinya. Mohon Yang Mulia berbaik hati."
Primora memohon dengan segenap hati. "Hanya seorang bawahan apa gunanya!"
"Dia adalah orang yang sudah menemani saya sejak kecil Yang Mulia."
"Hahaha... Setia sekali Ratu kita ini."
"Yang Mulia..." Suara Esme hampir mengiba, dia merasa tidak terima telah ditampar oleh Ratu.
Hati Robert melunak melihat penderitaan Esme.
"Dia sedang mengandung anakku, maka sebagaimana kau telah menamparnya. Aku juga akan menamparmu."
Itu adalah hal yang adil menurut Robert.
Primora melangkah ke depan tanpa gentar.
Plak... Sebuah tangan dengan kekuatan laki laki menampar dirinya.
Ini adalah kali pertama... Robert melakukan pukulan kepadanya. Primora hampir menangis tapi dia berhasil menahannya.
Esme meskipun menunduk dan memegangi pipinya yang masih terasa panas. Tersenyum ketika melihat Primora ditampar.
"Jangan ulangi kesalahan mu lagi."
Primora hanya diam.
Robert kemudian menggelandang tangan Esme untuk diajak pergi.
"Ratu..." Para bawahannya segera datang. Mereka bersimpati pada majikannya yang malang. Emosi raja telah mengaburkan pikirannya.
Mungkin kemalangan kemalangan lainnya telah menantinya.
setuju 👍
semoga ini bs bikin semangat othorr untuk up lg 😍😍😍😍
love se kebon thorr