Jasmine terpaksa menerima perjodohan yang telah di atur oleh ibunya, sebelum meninggal dunia. Namum kebenaran terungkap sehari setelah pesta pertunanganya di langsungkan.
Jasmine mendapati sang tunangan Dirga berselingkuh dengan saudara sepupunya sendiri, untuk membalas rasa sakit hatinya. Lily juga berani bermain api dengan kakak kandung Dirga sendiri. yang tak lain adalah bos-nya di kantor. akankah perselingkuhan ini tetap berlanjut atau malah sebaliknya Jasmine benar-benar jatuh cinta pada bos Devan yang mesum tingkat dewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rayuan Mikla
Setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh dan cukup melelahkan, akhirnya Jasmin dan Dirga sampai juga di negara superpower tersebut.
"Dirga, sebaiknya kita langsung kerumah sakit saja. Aku khawatir dengan kondisi papa yang semakin menurun." ucap Jasmine terlihat cemas.
"Jasmine, maaf aku tidak bisa langsung kerumah sakit. Bagaimana jika kamu duluan saja, setelah itu aku menyusul."
Nampak perubahan dari raut wajah Dirga, karena dia ingin pergi ke penginapan terlebih dahulu. bersantai lalu beristrahat. bahkan dia sangat berharap Reya segera menghubunginya untuk ketemuan baru setelah itu dia mengunjungi papa angkatnya kerumah sakit, pria yang sudah mengasuh dirinya semenjak kecil.
"Terserah kamu Dirga." ucap Jasmine kesal dan pergi meninggalkan Dirga begitu saja.
"Hati-hati ya Jasmine, semoga kamu tidak tersesat nantinya ha...ha." Dirga tertawa dalam hatinya merasa lucu, apalagi setelah melihat wajah cemberut Jasmin yang tengah menyeret kopernya.
Begitu sampai dirumah sakit yang dituju, Jasmin langsung berjalan tergesa-gesa menuju unit tempat calon papa mertuanya dirawat. Helena yang melihat kedatangan Jasmine langsung tersenyum seraya merentangkan kedua tangannya.
"Anakku Jasmine, pa kabarmu sayang." memeluk Jasmine.
"Alhamdulillah, baik ma. Bagaimana kondisi papa sekarang?"
"Sudah stabil, yuk masuk kedalam. papa udah nanyain kamu terus. Ngomong-ngomong mana Dirga?" Helena mengedarkan pandangannya namun tidak melihat sosok Dirga yang datang bersama Jasmin.
"Katanya mau istirahat ke penginapan dulu ma." terang Jasmine, berbarengan dengan ponsel Helena yang berdering setelahnya.
"Baru saja ditanyain, udah nelpon duluan." Helena langsung mengangkat panggilan masuk dari Dirga.
"Hallo Dirga, kenapa tidak langsung kerumah sakit nak, kasihan Jasmine datang sendirian."
"Maaf ma, badanku kurang enak habis perjalanan jauh. Makanya Dirga pengen istirahat setengah jam dulu, lagian kondisi papa pasti sudah membaik kan ma."
"Iya, kata dokter yang menangani. Nanti sore papa sudah diperbolehkan untuk pulang. kamu istrahat saja dulu, mama tahu bagaimana kondisi mu setiap habis perjalanan jauh."
"Iya, terimakasih ma karena selalu ngertiin Dirga selama ini."
"Iya nak."
Jasmine berjalan mendekati calon papa mertuanya, yang langsung tersenyum hangat menatap Jasmine.
"Pa, cepat sembuh ya." ucap Jasmine seraya mencium punggung tangan pria separuh baya tersebut.
"Jasmin, papa senang sekali atas kedatangan mu nak. Rasanya papa sudah tidak sabar menunggu pernikahan kalian dilangsungkan."
"Makanya papa harus cepat sembuh, dan rajin minum obatnya."
"Ya, kamu benar sekali nak. Baiklah papa akan minum obatnya sekarang." mengusap rambut Jasmine dengan penuh kasih sayang.
"Ets..! Tapi papa harus makan dulu." ucap Helen mengingatkan suaminya.
"Ma, biar Jasmine yang suapin papa makan ya."
"Boleh, ini sayang." Helen menyerahkan piring yang dipegangnya ketangan Jasmine.
Hendrawan membuka mulutnya dengan mata berbinar-binar bahagia, menatap kearah Jasmine.
Setelah kondisi Hendrawan dinyatakan sembuh, mereka semua pulang kerumah yang sudah disediakan Devan untuk keluarganya disana.
Jantung Jasmine terus berpacu begitu menginjakkan kakinya dirumah tersebut, bersyukur sudah hampir dua jam dia berada di sana namun belum melihat kemunculan sosok Devan.
"Sepertinya Devan tidak akan pernah muncul, dia pasti tahu jika aku berada di sini sehingga sengaja untuk menghindariku, semoga ini jalan terbaik bagi kami." bathin Jasmine.
***
Dikantornya Devan sengaja menyibukkan diri, dengan begini pikiran nya yang selalu tertuju pada Jasmine bisa teralihkan untuk beberapa saat. dia tahu jika saat ini kelurga besarnya sedang menanti kepulangannya, namun pria itu masih berusaha menyiapkan diri untuk bertemu kembali dengan sang pujaan hati yang sebenar lagi akan menjadi milik orang lain, meskipun itu adik angkatnya sendiri. tiba-tiba pintu ruangan kerjanya diketuk dari luar.
Tok!tok!tok!
"Permisi Devan, aku sengaja datang untuk mengantarkan kopi ini untukmu."
"Milka, kenapa kamu yang datang mengantarkan kopi untuk ku. Mana asisten Sinta?"
"Apa bedanya sih Devan, lagian kita ini masih terikat bisnis jadi tidak salahnya jika aku memberikan perhatian lebih padamu."
Mikla dengan pakaian yang begitu seksi hampir memperlihatkan belahan dadanya secara sempurna berjalan semakin mendekat.
"Devan, please tolong pertimbangan kembali hubungan kita, tidak lama lagi Jasmine dan Dirga menikah, apa kamu mau keduluan mereka?" bisik Mikla berbicara selembut mungkin, bibir mungilnya sudah dipenuhi polesan lipstik dengan warna terang, dengan aroma farfum yang membangkitkan gairah.
"Tidak! berapa kali aku katakan padamu, status kita hanya sebatas rekan kerja sekarang, dan tidak akan pernah berubah, Mikla."
"Devan, apa kurangnya aku. lihatlah aku sedikit saja. Ingat Devan dulu kita saling mencintai dan selalu bersama-sama." Mikla yang kehilangan akal sehatnya, membuka pakaian bagian atasnya, sehingga terpampang jelas dua gundukan yang begitu mempesona. sebagai laki-laki normal bohong jika Devan tidak tergoda.
"Tidurlah dengan ku malam ini Devan, agar kamu bisa merasakan dan mengetahui kelebihan yang aku miliki." bisik Mikla.
"Bahkan aku bisa melebihi Jasmine si jalang mu itu." bathin Mikla tersenyum sinis.
"Cup!"
Kecupan lembut bibir Mikla melayang, kedua tangan gadis itu semakin berani menjamah bagian sensitif dari tubuh Devan yang mulai menegang.
"Hentikan Jasmine."
"Aku bukan Jasmine, tapi Mikla." teriak Mikla tidak terima.
"Milka, jangan terus memancing ku. jika tidak kamu akan menyesal!!!"
"Aku tidak akan pernah menyesal Devan, lakukanlah sesukamu, bahkan aku rela dijadikan objek fantasi liarmu yang terus memikirkan perempuan itu." bisik Mikla mengenyampingkan rasa sakit dihatinya.
Bahkan Mikla dengan berani menggesekkan ***** ke bibir Devan meskipun pria itu masih berusaha mengumpulkan kesadarannya agar semakin tidak terpancing, Devan tidak menyangka jika Mikla begitu berani mempertaruhkan harga diri untuk mendapatkan cinta nya kembali yang sudah terlanjur tercurah pada Jasmine, meskipun cinta untuk Jasmine diselimuti kemarahan dan rasa takut kehilangannya.