NovelToon NovelToon
NusaNTara: Sunda Kelapa

NusaNTara: Sunda Kelapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Spiritual / Evolusi dan Mutasi / Slice of Life
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Jonda

Perjalanan NusaNTara dan keluarga didunia spiritual. Dunia yang dipenuhi Wayang Kulit dan Hewan Buas yang menemani perjalanan. Mencari tempat-tempat yang indah dan menarik, demi mewujudkan impian masa kecil. Tapi, sebuah tali yang bernama takdir, menarik mereka untuk ikut dalam rangkaian peristiwa besar. Melewati perselisihan, kerusuhan, kelahiran, kehancuran dan pemusnahan. Sampai segolongan menjadi pemilik hak yang menulis sejarah. Apapun itu, pendahulu belum tentu pemilik.

"Yoo Wan, selamat membaca. Walau akan sedikit aneh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencuri Petunjuk. Adik Tian.

# Cover Story; Berkunjung Ke Rumah Mbak Tari

Mereka berlima makan kue di bawah jemuran.

Bu Windi memangku salah satu anak Mbak Tari dan menyuapinya ubi jalar rebus. Dia terlihat sangat gembira melakukannya.

Bu Nurma mengusap makanan yang belepotan di sekitar mulut anak Mbak Tari menggunakan jempolnya.

Rinson berada di pangkuan Bu Winda.

Bu Winda marah ketika Rinson makan ubi jalar dengan santai dan di kepalanya ada kutang berwarna ungu yang terjatuh dari jemuran.

Mbak Tari menunjukkan ekspresi terkejut melihat kutangnya jatuh di kepala Rinson. Dia sedang memangku anaknya yang satunya.

Bu Sari menyuapi anak yang di pangku Mbak Tari dengan ubi jalar sambil membuka mulutnya, menginstruksikan anak Mbak Tari untuk membuka mulut.

Anak yang di pangku Mbak Tari menjulurkan kedua tangannya kedepan dan membuka mulutnya. Dia ingin merampas ubi itu dan memakannya.

##

Malam telah tiba. Yudha dan Supa menggunakan jubah dan masker untuk menyembunyikan wajah mereka. Mereka sedang mencongkel jendela belakang toko.

Tiba-tiba, pintu belakang toko terbuka dan dua orang laki-laki keluar.

"Dua hari lagi volume terbaru akan sampai— huh?"

Keempat orang itu saling memandang dan saling terkejut.

Kedua orang itu melihat Yudha dan Supa sedang berusaha membongkar jendela. Belum sempat bereaksi, keduanya melihat Supa melompat dan melakukan serangan dengan kedua lututnya. Salah satu mereka terkena serangan di rahang. Yang satunya sempat sedikit memundurkan badannya dan berhasil menghindar.

Supa mendarat dengan salah satu lututnya berada di pangkal rahang laki-laki yang di serangnya. Orang itu langsung pingsan seketika.

Laki-laki yang masih berdiri menarik goloknya dan menodongkannya ke Supa. Tangannya gemetaran karena panik. Dia melihat temannya langsung pingsan dalam sekali serang.

"Si—siapa ka—mmm ... mmm." Belum sempat menyelesaikan ucapannya, seutas kain masuk kedalam mulutnya dari belakang, membuatnya susah bicara.

Yudha mengurungkan niatnya–mencongkel jendela–dan memilih membantu Supa. Yudha mengambil kain dari sakunya dan memeganginya dengan kedua tangan. Dia mengulurkan tangannya dan memasukkan kain ke mulut laki-laki itu.

Melihat kesempatan, Supa langsung kembali melompat dan menyerang perut laki-laki itu dengan lututnya.

Mata laki-laki itu melotot dan mulutnya terbuka lebar karena serangan kuat mengenai perutnya.

Yudha mengeser tubuhnya kesamping dan membuat laki-laki itu terjungkal ke belakang.

Pria itu ambruk dan langsung pingsan.

"Kau sepertinya sangat ahli membuat orang meregang nyawa," ucap Yudha miris melihat kedua orang itu sekarat dalam sekali serang.

"Ini karena aku masih lembut," balas Supa seakan dia sengaja menahan diri.

Mereka masuk kedalam toko dan melihat banyak kotak di sana.

** Bagian depan toko.

Kedua penjaga sedang duduk santai dan minum kopi.

"Cok, bagianmu patroli," ucap salah satu penjaga yang botak dan berjenggot.

"Jangan kau habiskan gorengannya," balas penjaga berambut kribo.

"Iya, iya. Udah pergi sana," usir penjaga botak.

Penjaga kribo pergi ke samping toko.

Toko itu terletak di bangunan paling ujung. Sebuah gang kecil memisahkan toko dengan bangunan sebelah. Penjaga kribo memperhatikan bagian samping toko itu dengan malas.

** Dalam toko

"Kalau Tian, mungkin tubuh mereka terpisah, karena mereka berhubungan dengan musuhnya," sambung Supa mengungkapkan ke sadisan Tian. Supa melihat-lihat ruangan itu dan melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Ada kamar kecil di pojok toko.

"Makannya aku senang ketika Tian terpaksa pulang. Dia susah untuk diajak mencari informasi. Selalu saja dia me—." Yudha melihat Supa masuk kedalam suatu ruangan.

"Woi! Apa yang kau lakukan? Ini barang yang akan kita ambil! Cepat kita bawa dan pergi!" Yudha marah ketika temannya malah mencari-cari hal lain di ruangan itu.

Ruangan itu ternyata kamar tidur para penjaga toko. Di sana Supa menemukan bantal dan guling yang ada di atas kasur.

"A—a—a—?" Supa tidak bisa berkata-kata ketika melihat barang didepannya. Dia membeku dan hanya bisa menganga.

Yudha melihat temannya hanya diam. Dia penasaran dan menghampirinya.

"Kau ngapain, sih? Diam dan menganga seperti orang to—." Yudha juga ikut menganga ketika melihat bantal dan guling di atas kasur.

"B—b—bantal dan g—guling Loli Idol ...." ucap Yudha tergagap.

"Edisi tiga tahun sakali?" sambung Supa.

"Uuwwooooohhhh." Mereka terlihat sangat senang sampai-sampai melupakan tujuan mereka.

** Samping toko

"Uuwwooooohhhh ...."

Penjaga kribo mendengar dua orang berteriak di dalam toko.

"Mereka ngapain, sih, cok? Ribut banget. Baca komik H saja sampai ribut begitu,"ucap Penjaga Kribo jengkel mendengar kedua temannya ribut.

Penjaga Kribo sampai di belakang toko dan melihat dua orang tergeletak di tanah. Dia terkejut ternyata itu adalah kedua temannya.

"Tiko! Diga! Kenapa dengan kalian?," tanya penjaga Kribo panik. Dia tidak mendengar jawaban dari kedua temannya.

"Mereka pingsan. Siapa pelaku—." Penjaga Kribo ingat dia mendengar dua orang tertawa di dalam toko. Dia bergegas kedalam toko.

** Dalam kamar

"Punyaku!" Supa mengambil bantal dan memeluknya.

"Loli Idol!" Yudha mengambil guling dan mengangkatnya seperti mendapat piala. Dia menangis terharu karena mendapatkan barang impiannya.

Supa melihat sebuah buku di atas meja. Dia menghampirinya.

"Yudha! Lihat ini."

Yudha berhenti selebrasi dan menghampiri Supa.

Mereka berdua menemukan sebuah buku komik bergambarkan Loli.

Yudha membaca judul buku; Di Jem*** O* Sa** Pul*** Sek****. Terlihat huruf H besar di bawah judul.

Mereka penasaran.

Supa langsung membuka di bagian pertengahan buku.

"Terlewat pintar kau! Baca komik itu dari—" Yudha menganga melihat gambar di dalam komik.

"Wooohhh, adegan panas!" Supa terlihat bersemangat melihat gambar itu.

Yudha merampas buku itu dan langsung membakarnya menggunakan Energi Spiritual miliknya. Buku itu menjadi butiran abu.

"Woi! Kenapa kau bakar?" tanya Supa geram. Supa menarik kerah baju Yudha dan menatapnya dengan wajah marah. Yudha sedikit terangkat karena dia lebih pendek dari Supa.

"Ini penistaan," balas Yudha dengan wajah datar tapi penuh emosi marah. Yudha sepertinya tidak terima dengan isi komik itu.

"Woi! Siapa kalian," tanya Penjaga Kribo marah. Dia menodongkan kedua goloknya dan siap menyerang.

Yudha dan Supa menoleh ke Penjaga Kribo.

"Kita bahas ini di penginapan!" ucap Supa geram.

Supa meletakkan bantal di tengkuknya. Dia menyatukan sepuluh jarinya dan meletakkannya di belakang tengkuk agar bantal tidak terjatuh. Supa berjalan ke arah Penjaga Kribo.

"Apa yang—."

Supa menendang dada Penjaga Kribo dan membuat semua tulang rusuk Penjaga Kribo patah. Sepertinya Supa dalam keadaan marah dan masih bisa sedikit mengendalikan kekuatannya. Supa berjalan keluar toko meninggalkan Yudha.

Yudha melihat Supa pergi dengan pandangan sinis. Dia memeluk guling di pipi kirinya, menempatkan wajah Loli Idol sejajar dengan wajahnya.

Dia menendang sebuah kotak dan tutup kotak terpental. Yudha mengambil beberapa botol berisi cairan yang ada di dalam kotak dan memasukkannya ke dalam tasnya. Dia memunculkan lingkaran Aksara di bawah kakinya dan menghilang.

...****************...

** Penginapan

Yudha meringkuk di kasur sambil memeluk gulingnya.

Supa bersandar di dinding sambil memeluk bantalnya.

Mereka saling menatap dan enggan bicara satu sama lain.

Sebuah lingkaran Aksara muncul di tengah ruangan. Tian muncul sambil menggendong dua balita di dadanya dalam kondisi tertidur. Satu anak laki-laki di pundaknya, dan dua anak perempuan yang memegangi kedua kakinya.

Tian melihat Yudha dan Supa saling bertatap-tatapan dengan wajah sinis. Dia bingung dengan situasi ini. Suasana menjadi canggung.

"Mas Tian. Aku takut," ucap anak di kaki kirinya sambil menarik celana Tian, bernama Lala, menyembunyikan wajahnya.

"Katanya mau tidur, kenapa malah kesini?" tanya anak di kaki kanan dengan wajah masam, bernama Lili.

"Asik! Kita Kita bisa muncul dan menghilang. Mas Tian, lakukan lagi," desak anak di pundaknya, bernama Olan.

"Tunggu dulu. Mas mau ngambil tebu hitam dulu. Kakak mu sudah ngambek dari tadi," ucap Tian mencoba menenangkan adik-adiknya.

"Lala?"Supa terkejut melihat Lala muncul.

"Hmm?" Lala memandang ke arah Supa.

"*Om Suap?" ucap Lala.

* Adik-adik Tian memanggil Supa dengan panggilan Om Suap, karena supa sering menyuap mereka agar mau main dengannya.

"Lili?" Yudha terkejut melihat Lili muncul

"Hmm?" Lili menoleh ke arah Yudha.

"*Om Yuyu?" ucap Lili.

*Adik-adik Tian memanggil Yudha dengan panggilan Om Yuyu. Yuyu adalah sebutan untuk kepiting air tawar. Biasanya kepitingnya ukurannya kecil. Yudha sering mengajak adik Tian untuk mencari Yuyu di sungai, kemudian membakarnya.

"Kenapa kalian ke sini?" tanya Yudha dan Supa.

"Mereka ikut denganku. Sebenarnya kami ingin berangkat tidur, tapi Mumu memdesakku untuk segera di carikan tebu hitam. Nah, mana tebu hitamnya Yudha?" ucap Tian.

"Supa yang makan habis!" Yudha menunjuk Supa seakan dia pelaku utama.

"Mana ada. Aku makan milikku!" balas Supa melakukan pembelaan.

"Halah, punyamu sudah lama habis. Dan kau mengambil punyaku!" balas Yudha.

"Mas Tian. Ayo kita hancurkan sebuah desa dengan petasan. Booommm. Karya adalah ledakan," ucap Olan menambah runyam suasana.

Suasana menjadi berisik dan membuat kedua adik Tian terbangun dan menangis.

"Diam!" Lili berteriak dan semua orang terdiam, ke kecuali kedua adik balitanya. Tian mencoba menenangkannya.

"Om Suap dan Om Yuyu jahat! Tidak mau ngasih Kakak Mumu tebu hitam! Aku tidak mau lagi dengan kalian!" ucap Lili dengan wajah kesal khas gaya anak kecil.

"Aku juga. Kalian jahat!" sambung Lala.

"Haaaaaaaa." Yudha dan Supa terkejut mendengar pernyataan itu dan langsung bersujud.

"Tolong, Lili! Jangan seperti itu. Nanti Om bakal carikan lagi, oke?"

"Iya. Akan kami carikan sebanyak rumput di depan rumah kalian."

Yudha dan Supa memohon belas kasihan. Mereka rela melakukan apapun—kalau mereka mau—demi bisa bermain dengan Loli.

"Janji, ya. Besok siang harus ada," ucap Lili dengan tatapan tajam, mengintimidasi keduanya.

"Ayo, Mas. Kita pulang," ajak Lili.

Tian membuka lingkaran Aksara dan menghilang.

"Yeeeyyy, ngebom desa lain."

Yudha dan Supa berkeringat banyak. Mereka mengusap kening mereka dan menghela nafas.

"Fiiuuuhh, selamat. Aaarrggghhh, semua ini gara-gara kau, Supa. Kita jadi di ancam sama Lili. Hampir saja kita tidak bisa datang ke rumah Tian lagi," ucap Yudha menyalahkan Supa.

"Kau tidak bisa. Aku bisa," ucap Supa menyombongkan keuntungannya.

"Taik, kau." Yudha memukulkan gulingnya ke wajah Supa.

"Peh, ngajak perang, kau? Sini." Supa membalas memukul dengan bantalnya.

Terjadilah perang bantal.

"Kreeekk."

"Tidaaakkk. Haaaaa, Loli Idol ku. Sudah robek."

"Guling kuuuu!"

...****************...

**Di ladang tebu

"Untung aku meninggalkan jejak lingkaran Aksara," ucap Yudha.

"Memangnya kita boleh ambil, nih, tebunya? Tidak tanya dulu?" tanya Supa ragu ingin memotong tebu.

"Demi bisa main lagi sama Lili, sikat aja, udah," ajak Yudha.

"Oke gas!"

Mereka akhirnya memanen banyak tebu.

...****************...

** Toko

Seorang pria berjubah datang ke toko.

Penjaga Botak sedang merokok sambil minum kopi. Dia terkejut ketika pria itu datang. Dia membungkuk menyambut pria itu.

"Se—selamat malam, Tuan Gen," sapa Penjaga Botak. Dia mengeluarkan keringat karena takut.

Pria itu melangkah melewati penjaga dan masuk kedalam toko. Dia melihat pintu belakang terbuka. Dia menghampiri bagian belakang toko. Tiga orang tergeletak di dalam toko dan di luar toko. Pria itu melihat ada kotak terbuka dan beberapa cairan hilang dari dalam sana.

"Sepertinya, ada pencuri."

Pria itu mengarahkan tangannya ke ketiga orangan itu. Sebuah energi keluar dari tubuh ketiga orang dan pria itu menyerapnya. Tubuh tiga orang itu berubah menjadi kering.

Pria itu melangkah masuk ke dalam kamar. Dia menjumpai batal dan gulingnya tidak ada.

"Loli Idol? Keman kalian?" Pria itu terkejut ketika barang miliknya hilang.

Dia memandang ke rak buku dan menjumpai semua komiknya tidak ada. Dia melihat ada bayak abu di atas lantai.

"Kalian pencuri sialan! Kembalikan Loli ku!"

** Ladang tebu

"Kau bicara sesuatu?" tanya Yudha.

"Tidak," sahut Supa sambil mengupas kulit tebu.

Mereka kembali ke penginapan dan meninggalkan sekantong koin.

Paginya, warga terkejut melihat ladang mereka hampir separuhnya telah terpotong. Mereka menunjukkan wajah sedih dan pasrah melihat ladang mereka habis.

Seorang pemuda berlari dengan membawa sekantong koin. Ketika di buka, mereka terkejut di dalamnya banyak koin emas.

1
Ermintrude
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
jonda wanda: Terima kasih. Bila ada yang kurang dipahami dalam cerita, tolong disampaikan, agar tidak terjadi kebingungan.
total 1 replies
Shishio Makoto
Ngga bisa move on!
Myōjin Yahiko
Aduh, thor, aku tak sabar menanti kelanjutan ceritanya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!