SPESIAL RAMADHAN
Sekuel dari cerita Jual Diri Demi Keluarga.
Setelah melewati masa kelam yang penuh luka, Santi memutuskan untuk meninggalkan hidup lamanya dan mencari jalan menuju ketenangan. Pesantren menjadi tempat persinggahannya, tempat di mana ia berharap bisa kembali kepada Tuhannya.
Diperjalanan hijrahnya, ia menemukan pasangan hidupnya. Seorang pria yang ia harapkan mampu membimbingnya, ternyata Allah hadirkan sebagai penghapus dosanya di masa lalu.
**"Menjemput Cahaya"** adalah kisah tentang perjalanan batin, pengampunan, dan pencarian cahaya hidup. Mampukah Santi menemukan kedamaian yang selama ini ia cari? Dan siapa pria yang menjadi jodohnya? Dan mengapa pria itu sebagai penghapus dosanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22_Adam dan Santi
Setelah lima belas menit perjalanan, mobil akhirnya berhenti di halaman pondok pesantren. Langit mulai meredup, dan sebentar lagi adzan Magrib berkumandang. Suasana sore terasa syahdu, angin sepoi-sepoi mengayun dedaunan, sementara santri-santri lain tampak bergegas menuju masjid untuk bersiap shalat berjamaah.
Sebelum Santi turun, Adam menoleh padanya dengan ekspresi datar, "mengenai barang belanjaan yang jatuh di pasar tadi, kamu tidak perlu khawatir. Nanti biar saya yang menjelaskannya kepada Bu Nyai," katanya dengan suara yang tenang.
Santi mengangguk pelan, merasa lega, "terima kasih banyak, Ustadz," ucapnya dengan suara lirih.
Adam hanya mengangguk, tetapi ada sesuatu di sorot matanya yang sulit ditebak. Santi pun segera turun dari mobil dengan membawa barang belanjaannya ke dapur. Ia menyusun bahan makanan itu dengan rapi sebelum bergegas ke kamarnya untuk bersiap melaksanakan shalat Magrib.
Namun, Adam tidak segera turun dari mobilnya. Ia hanya duduk diam di balik kemudi, matanya terus mengikuti langkah Santi hingga menghilang di balik bangunan asrama santri putri. Sejak pertemuan mereka di dalam bus, Adam sebenarnya sudah merasa penasaran dengan gadis itu.
Santi memang cantik, lebih dari itu, ia punya pesona yang sulit diabaikan. Adam menggelengkan kepalanya, bibirnya mengulas senyum tipis. "Santi... Santi..." gumamnya lirih. Setelah merasa cukup, barulah ia turun dari mobil dan melangkah ke masjid untuk menunaikan shalat Magrib.
*****
Di dalam kamar asrama, Zahra dan Alea sudah menunggu Santi dengan wajah penuh antusias. Begitu Santi masuk, keduanya langsung melompat mendekat.
"Seriusan, San? Ustadz Adam nolongin kamu?" seru Zahra dengan mata berbinar.
"Ya ampun, kayak adegan drama banget. Udah gitu kamu duduk di kursi depan, kan?" tambah Alea, matanya penuh rasa ingin tahu.
Santi yang masih kelelahan hanya bisa mengangguk sambil melepas jilbabnya, "iya, tadi pas aku mau duduk di kursi belakang, dia nyuruh aku pindah ke kursi depan," jawabnya.
Zahra dan Alea langsung saling pandang dengan ekspresi gemas, "jadi kalian duduk samping-sampingan dong?" tanya Alea dengan nada dramatis.
Santi kembali mengangguk.
"Aduh, so sweet banget! Terus selama di perjalanan kalian ngobrol apa aja?" Alea makin penasaran.
Santi langsung menghela napas panjang, "nggak ada. Kami cuma diam aja. Dia cuma nanya kenapa aku belanja sendirian, setelah itu ya sudah... diem-dieman lagi," ujarnya dengan nada pasrah.
Zahra menghela napas, kecewa, "duh, San. Harusnya kamu manfaatin kesempatan itu buat ngobrol lebih lama. Siapa tahu dia jadi tertarik sama kamu!"
Santi mendelik, "Zahra, aku ke pasar bukan buat cari jodoh, ya. Lagian Ustadz Adam itu bukan tipe orang yang gampang diajak ngobrol. Dia tuh dingin banget. Jangankan ngobrol, natap matanya aja bikin merinding."
"Ya tapi kan dia nolongin kamu," kata Zahra sambil menahan tawa, "bisa jadi ini pertanda awal dari kisah cinta yang penuh liku."
Alea tiba-tiba menepuk pundak Santi dengan ekspresi serius, "San, jujur aja. Kamu ada rasa nggak sama Ustadz Adam?"
Santi langsung tersedak air liurnya sendiri, "gah? Nggak lah!" jawabnya cepat, hampir seperti refleks.
Zahra dan Alea langsung saling melirik penuh arti, "wah, reaksinya mencurigakan banget," gumam Zahra.
"Biasanya kalau orang buru-buru nolak, itu artinya ada sesuatu yang disembunyikan," tambah Alea dengan nada menggoda.
Santi mendesah, "serius, aku nggak ada perasaan apa-apa. Lagian dia itu... ya, Ustadz. Aku nggak kepikiran ke arah situ."
"Yah, tapi kalau jodoh siapa yang tahu," Zahra menyeringai nakal.
Santi hanya bisa menghela napas panjang.
Fatimah yang sedari tadi, hanya diam sambil melipat pakaiannya, akhirnya berbicara, "sudahlah, jangan menggoda Santi terus, dia itu tidak seperti kalian berdua, yang kalau di hadapkan sama Ustadz Adam langsung klepek-klepek. Sudah, ayo siap-siap ke masjid. Nanti keburu telat."
Setelah shalat Magrib, para santri kembali ke asrama masing-masing. Santi berusaha menghindari Adam, tetapi tanpa diduga, ia malah bertemu dengannya di lorong menuju dapur umum. Padahal, tadinya dia hanya ingin mengecek barang belanjaannya, kembali tapi malah bertemu dengan Adam.
"Santi," panggil Adam dengan suara rendah.
Santi terhenti, menoleh dengan ragu, "i-iya, Ustadz?"
Adam menatapnya sejenak sebelum akhirnya berkata, "mau ke mana jam segini, memangnya tidak ada jadwal kajian malam ini?"
Santi mengerjapkan matanya, tak yakin harus merespons apa, dia takut kena marah Adam. Sebab sehabis magrib memang ada kajian di mesjid, bahkan teman-temannya masih di mesjid mendengarkan kajian. Tapi, ia pun harus mengecek barang belanjaan tadi, sebab tadi ia tidak sempat mengeceknya karena harus buru-buru, sholat magrib berjamaah. Kalau, telat sholat berjamaah nanti dirinya bisa kena hukuman. Dan, Yap meninggalkan kajian tanpa alasan yang jelas pun sebenarnya dapat hukuman. Tapi, ia tidak menyangka akan tertangkap basah seperti ini. Apalagi, langsung oleh Adam.
"Maaf Ustadz, saya hendak ke dapur mengecek barang belanjaan tadi. Sekalian saya mau rapikan," jawab Santi dengan wajah menunduk, dan tangan saling meremas dibalik ujung jilbabnya.
"Sudah pamit ke pada ustadz/ustadzahnya?" tanya Adam.
Dan Santi menggeleng pelan.
"Itu artinya kamu bolos?" tanya Adam.
"Ta-pi Ustadz..."
Belum sempat Santi melakukan pembelaan, Adam sudah berkata lagi, "ya sudah, sana cepat bereskan belanjaanmu tadi, biar saya yang permisikan kamu dengan ustadz/ustadzah yang mengisi kajian hari ini."
Mendengar itu, Santi langsung mendongakkan wajahnya, menatap Adam dengan tatapan tidak percaya.
"Kenapa? Tidak senang saya permisikan? Atau mau saya laporkan saja kalau kamu cabut dari pengajian?" ujar Adam menatap datar wajah Santi.
Spontan Santi langsung menunduk, dan menggelengkan kepalanya cepat, "tidak Ustadz, saya senang dipermisikan, terimakasih banyak Ustadz," ujar Santi.
"Ngomong-ngomong, tasbih saya mana?" tanya Adam, kini melipat tangannya di dada.
"maaf Ustadz, masih ada di lemari saya, apa perlu saya ambilkan sekarang?"
"Tidak perlu, besok pagi saja, temui saya di ruangan administrasi," sahut Adam.
Ruang administrasi di pesantren ini berfungsi sebagi pusat pengelolaan berbagai urusan kepesantrenan. Di ruangan ini, para pengurus mencatat data santri, mengurus pendaftaran santri baru, serta menyimpan berbagai dokumen penting. Segala hal yang berkaitan dengan keuangan, seperti pembayaran SPP atau infaq, juga diatur di sini.
Selain itu, ruang administrasi sering digunakan untuk mengatur jadwal kegiatan pesantren, termasuk pengajian, pertemuan wali santri, dan acara-acara besar lainnya. Jika ada santri yang membutuhkan surat izin keluar atau keperluan lainnya, mereka biasanya akan datang ke ruangan ini.
"Baik Ustadz," sahut Santi.
"Ya sudah, sana cepat bereskan belanjaanmu, dan nanti jangan telat sholat isya," ujar Adam masih menatap wajah Santi yang tengah menunduk.
"Baik Ustadz, Assalamualaikum."
"Wa'alaikumusslam."
Adam biasanya sangat tegas kepada Santri atau santriwati yang bolos kajian, tidak perduli apapun alasannya. Tapi, khusus Santi, hatinya melembut.
jgn asal nyosor..
bahaya donk..
kan udah jadi ustad..
😀😀😀❤❤❤❤❤
myngkin saja ada yg lihat mereka lagi ambil vairan pel atau saat nuang di lantai..
❤❤❤❤❤
halalin aja.
😀😀😀❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤❤
dingin..
menghanyutkan..
❤❤❤❤❤❤😉
pasti Adam.paham Santi punya daya tarik pemikat..
mudah2an..
Adam.mau halalin Santi lebih dulu...
❤❤❤❤❤
mudah2an karena sama2 pendosa..
jadi sama2 mau neryonat dan menyayangi..
❤❤❤❤❤
Santi jadi gak kuat..
😀😀😀❤😉❤
atau jgn2 Dam pernah tau Santi sblm mereka ktmu di bus.
mungkinkah hanya Adam yg tulus mau nikahi Santi..
mengingat ibu Adam kan udah meninggal.. .
jadi gak ada yg ngelarang seperti ibu Fahri..
❤❤❤❤❤❤
jadi penasarannn...
siapa akhirnya jodoh Santi..
❤❤❤❤❤❤
saingan terberat Santi datang..
😀😀❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
jadi penasarannn..
❤❤❤❤❤❤