Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
"Astaga, ngapain tu orang malah ngikutin segala. Dari mana juga dia bisa dapat motor." kesal Kinara saat melihat Abidzar mengikutinya dari belakang.
"Lah, iya... itu motornya Mang Maman. Yang rumahnya terhalang tiga rumah dari kost aku." jawab Maya mengenali motor yang digunakan oleh Abidzar.
"Pake senyum tebar pesona dia." kesal Kinara saat melihat dari kaca spion.
"Eh tapi jujur dan seriusan ya, Suamimu aslinya ganteng parah tau. Aku sampe gak nyangka kalau dia adalah suamimu. Ngapain sih gak balikan aja. Daripada main kucing-kucingan gini." ujar Maya jujur.
"Berisik. Kalau kamu mau ambil aja sono."kesal Kinara kepada sahabatnya.
"Ogah. Bekas kamu." jawab Maya sambil tertawa.
"Pegangan. Mau ngebut." ujar Kinara.
"Eh buset jangan ngebut... Masih mau idup gue. belum kawin." teriak Maya.
Tapi Kinara bodo amat dan terus menarik gas motornya saat melihat Abidzar mendekat kearahnya. Terlihat Abidzar sedikit kesulitan saat mengejar Kinara.
"Ck, dasar istrinya Abidzar." Kekeh Abidzar ya g melihat Kinara kabur. Tapi dia tetap bisa mengikuti Kinara dari belakang walau sedikit jauh, tapi masih bisa terlihat. Kinara berhenti di tempat kerja Maya. Karena buru-buru memundurkan motornya agar tidak di kejar Abidzar, dia sampai tak melihat jika di belakangnya ada mobil yang baru datang.
Brukkk
Belakang motor yang Kinara gunakan menabrak bagian depan mobil tersebut.
"Mampush..." ujar Kinara sambil Menepuk keningnya. Dia turun dan melihat kerusakan body mobil dan belakang motor Maya. Kemudian pemilik mobil juga turun untuk melihatnya.
"Kalau gak bisa bawa motor lebih baik jalan kaki saja. Atau naik sepeda, lihat saja bodily mobilku jadi lecet begini. Atau kamu emang buta gak bisa liat mobil segede gini di belakangmu?" kesal suara bariton pemilik mobil tersebut.
"Ck... Berapa sih paling biayanya? Gak usah pake ngatain orang buta segala." kesal Kinara menatap ke arah pria tampan yang ada di depannya. Tatapan mereka beradu satu sama lain.
"Apa kamu Kinara?" tanyanya kemudian saat melihat dengan seksama wajah Kinara.
"Siapa kamu? Maaf gak kenal dan gak inget." jawab Kinara ketus. Masih kesal dengan ucapan pria itu yang mengatakan jika dia Buta.
"Aku Farash... Kamu masih ingat kan? Kakak angkatanmu di kampus." ujar pria itu sambil mendekat ke arah Kinara.
"Farash? Oh, yang playboy itu ya..." jawab Kinara karena sering mendengar nama Farash tapi dia gak terlalu ingat dengan wajahnya. Karena memang dia adalah wanita yang cuek dan bodo amat. Hanya saja teman-teman sekelasnya sering berbicara tentang dia. Mendengar julukannya yang palyboy membuat Farash meringis dan menggaruk kepalanya yang tam gatal.
"Itu zaman masih muda. Sekarang tidak." jawab Farash.
"Kamu ngapain ada disini? Apa tinggal disini juga? " tanya Farash penasaran karena baru pertama kali melihat Kinara disini.
"Lagi liburan aja di rumah temen. Kebetulan kerja disini jadi aku anterin. Sekarang aku jalan-jalan." jawab Kinara.
"Sendirian?" tanya Farash. Kinara mengangguk. Ujung matanya melihat Abidzar tak jauh dari sana memperhatikan mereka berdua.
"Mau aku ajak jalan-jalan daerah sini?" tawar Farash
"Lah, kamu kesini mau kerja kan? Ngapa malah jadi bolos. Gak usah. Terimakasih, jangan merepotkan. Aku bisa sendiri, pake motor. Ini berapa aku harus ganti?" jawab Kinara.
"Ganti dengan jalan-jalan seharian denganku hari ini. Nanti aku ambil cuti hari ini. Mumpung ketemu kamu. Kapan lagi kan kita bisa jalan bareng." Tawar Farash. Kinara terlihat berfikir sebentar, dia melirik ke arah Abidzar yang masih ada disana.
"Okey. Hari ini saja." jawab Kinara. Dia ingin membuat Abidzar pergi dan menyetujui untuk melakukan pembatalan pernikahan. Karena dia tak mau hidup dalam bayang-bayang Gladis. Walau Abidzar mengatakan sudah mulai mencintainya. Tapi dia tak percaya begitu saja.
"Gitu dong.. Ayo berangkat." ajak Farash. Kinara masuk kedalam mobil, Abidzar mencoba mencegah tapi Kinara dan Farash terlanjur pergi. Saat dia mencoba mengejar tapi tak bisa juga. Karena Farash membawa kendaraannya cukup kencang.
"Siapa pria tadi? Kenapa Kinara kenal dengan pria itu." kesal Abidzar. Kemudian dia bertanya kepada salah satu karyawan disana dan ternyata namanya Farash, Manager pemasaran disana.
"Devin, cari tau Farash. Dia Manager pemasaran di PT xxxx. Cari tau apa hubungan dia dengan Kinara." perintah Abidzar kepada Devin. Setelahnya dia kembali dan duduk di sebuah warung dengan pemandangan kebun teh terhampar disana. Sejuk.
"Ck, Siapa lagi ini yang menelepon?" Kening Abidzar mengkerut kemudian mengangkat panggilan tersebut. Di panggilan ke tiganya. Mungkin penting. Fikir Abidzar.
"Akhirnya kamu angkat juga telepon ku sayang..." ternyata itu Gladis. Nomor kemarin sudah Abidzar blokir, tapi wanita itu memakai nomor lain untuk menghubungi Abidzar.
"Jangan pernah memanggilku itu. Kita bukan siapa-siapa. Dan aku sudah menikah. Sudah hidup bahagia bersama dengan wanita yang aku cintai. Jangan pernah menghubungiku lagi. " jawab Abidzar datar. Rasanya cinta dia untuk Gladis seketika menguap saat mengetahui kelakuan wanita itu. Di sebrang sana terdengar Gladis menangis.
"Abi... Aku tau kamu masih sangat mencintaiku. Dan kamu berbohong mengatakan jika sudah menikah. Aku tak percaya. Bahkan rumah kita masih tetap sama dan terawat. Aku yakin kamu menungguku pulang kan? Sekarang aku sudah pulang. Mari kita membangun rumah tangga lagi seperti dulu dari awal. Kali ini aku tak akan pernah pergi lagi. Bisakah kita bertemu? Aku akan jelaskan semuanya padamu. Alasan aku pergi saat itu.
"Tidak perlu. Berhentilah mengangguku. Aku tak mau membuat istriku salah faham. Hiduplah semaumu. Aku sudah punya kehidupan baru." ujar Abidzar menutup teleponnya kemudian kembali memblokir nomor baru Gladis. Bahkan foto-foto wanita itu yang ada di galerinya sudah dia hapus. yang ada hanya foto dia dan Kinara.
"Devin, jual rumahku yang lama secepatnya. dan bakar saja semua yang ada di dalam kamar itu." perintah Abidzar kembali menghubungi Devin.
"Aku akan mengejar cintaku yang sesungguhnya dan tak akan lagi melihat ke belakang. Masalalu yang menyakitkan. Mungkin inil adlaah dosaku juga kepada kedua orang tuaku yang selalu membantah setiap ucapan mereka saat mengatakan kebenaran tentang wanita itu." seru Abidzar sambil menarik nafas panjang. dan menghirup minuman hangat yang ada di depannya.