Raya yang baru saja melakukan ujian nasional, mendapatkan musibah saat akan datang ke tempat tinggal temannya. Kesuciannya direnggut oleh pria tak dikenal. Raya memutuskan untuk melaporkannya ke polisi. Bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun ancaman. Tidak hanya sampai di situ saja, dia dinyatakan hamil akibat insiden itu. Lagi-lagi bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun perlakuan buruk yang dia terima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ROZE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32 Tiba-Tiba
Dengan terpaksa ketiga pria tampan itu mencuci piring. Virza yang merasa tidak enak karena sudah menumpang makan. Vindra yang ingin kembali mendekati Nina dan membicarakan banyak hal dengan perempuan itu, sedangkan Keanu, dia diam saja, seolah hanya dengan menatap, semua piring itu akan bersih.
"Daddy, ayo kita mewalnai," ucap Rion.
"Oke, boy."
Keanu tentu saja tidak akan menolak. Memang ini yang dia inginkan, membuat anak-anaknya dekat dengan dirinya, hingga mereka sendiri yang tidak bisa lepas dari dirinya.
Meskipun Keanu tidak terbiasa dengan anak-anak, tapi beda dengan Rean dan Rion yang merupakan anak kandungnya.
Raya menatap tidak suka. Tangannya terkepal erat dan memandang penuh benci pada pria itu.
"Mommy, ayo sini. Gambal sama daddy."
Raya dengan malas-malasan duduk dengan mereka bertiga. Bisa Raya lihat, binar bahagia di wajah kedua anaknya. Raya hanya diam melihat Rean dan Rion yang menggambar. Keanu juga ikut menggambar. Entah apa yang pria itu gambar, Raya tidak peduli.
"Mom, Dad, coba lihat gambal Lion."
Raya dan Keanu sama-sama melihat gambar yang dibuat oleh Rion. Dua orang anak laki-laki, seorang ayah dan seorang ibu. Baik Raya atau pun Keanu diam saja, tidak ada yang berkomentar apa-apa.
"Gambar Rion bagus," ucap Raya.
"Daddy gambal apa?"
Rean dan Rion lalu melihat kertas milik Keanu. Pria itu menggambar robot dan mobil-mobilan.
...----------------...
"Kamu kamu akan kembali?" tanya Justin pada Keanu.
"Nanti, setelah aku bisa mendapatkan anak-anakku."
"Kamu terlalu lama, Keanu."
"Ini bukan masalah lama atau cepat, tapi aku harus menggunakan cara halus untuk mendapatkan mereka. Jangan sampai mereka mengira aku jahat."
"Jangan terlalu lama, Daddy ingin mereka segera dibawa pulang ke keluarga kita."
"Tenang saja."
Maka, siang harinya, Keanu menemui Raya di salah satu kafe.
"Aku akan segera membawa anak-anak tinggal bersama denganku. Jadi, puas-puaskan dirimu bersama dengan mereka."
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
"Kita lihat saja nanti."
Raya merasakan perasaan yang tidak enak. Dia duduk dengan gelisah. Dalam hati, dia berdoa banyak-banyak, semoga dihindarkan dari hal-hal buruk.
Keesokan harinya, Raya tiba di tempatnya bekerja.
"Raya, kamu dipanggil oleh atasan."
"Oke, terima kasih."
"Pagi, Bu. Apa Anda memanggil saya?"
"Hmm, begini ... saya ingin menyampaikan, kalau hari ini adalah hari terakhir kamu bekerja."
"Apa? Tapi kenapa, Bu? Apa saya melakukan kesalahan?"
"Kamu tahu, kan, kalau kamu pekerjaan freelance di sini. Jadi, perusahaan memutuskan untuk tidak memperpanjang masa kerja kamu."
Atasan Raya itu juga sebenarnya merasa tidak enak, tapi dia juga bisa apa, kalau ini sudah menjadi keputusan.
"Baiklah, saya mengerti. Terima kasih atas bimbingan Ibu selama saya bekerja di sini."
Raya berusaha tegar. Dia tidak mau terlihat lemah dengan menangis atau marah-marah. Bisa saja dia merasa keberatan, karena keputusan ini begitu mendadak. Kenapa tidak di hari-hari sebelumnya memberi tahu dia?
Raya kembali ke meja kerjanya. Merapihkan barang-barangnya yang untung saja tidak banyak. Dia bekerja mati-matian untuk bisa bertahan di sini, setidaknya saat dia lulus nanti, dia berharap bisa tetap bekerja bahkan menjadi karyawan tetap.
Kenyataannya, jangankan menjadi karyawan tetap, dia malah diberhentikan begitu saja tanpa perasaan.
Bagaimana pun juga, dia ikut mengharumkan nama perusahaan ini dengan kemenangannya di lomba desain itu. Ikut memberikan masukan-masukan untuk perkembangan perusahaan.
Kini Raya tiba di kampusnya. Ingin pulang, tapi tidak sanggup melihat wajah Rean dan Rion, yang pastinya akan banyak pertanyaan kenapa dia sudah pulang sepagi ini.
Raya lalu membuka ponselnya, mencari lowongan pekerjaan. Ada dua anak yang harus dia nafkahi setiap harinya. Dia langsung mengirimkan surat lamaran yang cocok untuknya.
"Aya, kamu di sini? Tumben."
"Iya, gak apa-apa."
Dia tidak mau bercerita pada Livia. Sejak di restoran saat itu, dia merasa tidak nyaman untuk bercerita pada gadis itu. Untung saja Livia tidak tahu kalau Raya punya anak, dua, lagi!
"Kamu punya masalah?"
"Gak ada."
"Kalau ada masalah apa-apa, cerita saja padaku. Kalau bisa membantu, pasti akan aku bantu."
"Iya, terima kasih banyak."
Ingin sekali Raya meminta pada Livia untuk tidak menikah dengan Keanu. Bukan karena cemburu, tapi takut anak-anaknya akan direbut. Tapi, kalau pun bukan dengan Livia, pasti ada perempuan lainnya, kan?
Bisa Livia lihat, kalau Raya memiliki banyak masalah. Dia jadi merasa, kalau sebenarnya Raya belum menganggapnya sahabat.
Raya mengikuti kelasnya dengan normal. Terlihat aneh untuk mereka yang jarang melihat Raya selama ini.
Perempuan itu lalu pulang ke apartemen saat siang hari.
"Mommy pulang."
"Mommy?"
"Kalian sudah makan?"
"Sudah."
"Maafkan mommy, ya, yang jarang bersama dengan kalian. Terima kasih sudah menjadi anak-anak mommy yang sangat baik."
Akhirnya air mata Raya keluar juga. Dia merasa bersalah karena belum bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya.
Memanfaatkan waktu luangnya, Raya mengajak Rean dan Rion bermain di dalam kamar. Kedua anak itu tentu saja merasa sangat senang. Sore harinya, Raya mengajak Rean dan Rion bermain di taman.
Melihat wajah senang Rean dan Rion, membuat hati Raya senang dan sedih sekaligus. Bagaimana nanti masa depan mereka.
Sudahlah, Raya. Berhenti kerja bukan akhir segalanya. Kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang lain, bahkan mungkin yang lebih baik lagi. Dunia belum berakhir.
Keanu hanya menatap mereka bertiga dari tempatnya berada saat ini. Dia tidak berniat untuk mendekat, biarkan saja mereka bertiga main sepuasnya.
"Ayo, kita pulang. Kalian mau makan malam pakai apa?"
"Apa saja, Mommy."
"Oke, siap."
Untung saja dia masih memiliki uang tabungan. Rean menggandeng tangan kanan Raya, sedangkan Rion menggandeng tangan kiri Raya.
Ketiganya menjadi pusat perhatian, karena paras mereka yang bagus. Kalau Raya mau, sebenarnya dia bisa saja menjadi model sejak dulu, hanya saja mungkin dia tidak percaya diri. Mengingat dia hanya anak yatim piatu, ditambah masa lalunya yang memalukan. Bagaimana nanti kalau orang-orang mencari tahu latar belakang dirinya?
Mereka tiba, Raya segera mengolah bahan makanan, sedangkan Rean dan Rion menggambar.
"Loh, kamu sudah pulang, Aya?" tanya Nina yang baru pulang.
"Iya. Kamu istirahat saja, biar aku yang masak."
Nina langsung masuk ke kamarnya. Dalam hati, Raya bersyukur bisa tinggal di sini. Kalau masih mengontrak di tempat tinggal yang lama, bisa-bisa dia stress.
Keanu hanya memperhatikan mereka dari monitor laptopnya yang tersambung dengan kamera tersembunyi yang dia letakkan di berbagai tempat untuk mengawasi anak-anaknya, bahkan termasuk di dapur, di mana Raya sedang memasak saat ini.